
MENGUTAMAKAN KETAATAN DI ATAS KEKECEWAAN
Tepat 14 bulan yang lalu kami menginjakkan kaki lagi di sebuah desa bernama Manislor. Ini kali ke-3 kami datang, tapi saat ini kami diamanahkan untuk berkhidmat di cabang Manislor, sebuah perkampungan di bawah kaki gunung Ciremai, cabang dengan jumlah anggota ahmadiyah terbanyak se-Indonesia. Sebuah karunia yang luar biasa untuk kami, setelah hampir 18 tahun bertugas.
Tahun lalu kami mendapat karunia untuk langsung mengikuti Jalsah Salanah 2023, masih mencakup jalsah wilayah. Pada tahun lalu, Jalsah Salanah dibagi menjadi 16 titik di seluruh Indonesia dan saat itu semua berjalan dengan lancar.
Sayup-sayup sudah terdengar di awal bulan Mei bahwa Jalsah akan diadakan di Manislor. Akhirnya di awal bulan September’24, pendaftaran Jalsah Nasional dibuka, kami anggota Manislor mendapatkan karunia untuk menjadi tuan rumah JSN ’24, Jalsah Nasional yang setelah hampir 20 tahun tidak terlaksana.
“Kami dengar kami taat.” Dan, kami pun harus bersiap menyambut tamu Masih Mau’ud. Sebuah acara beberkat yang harus kami persiapkan sebaik mungkin.
Rabtah ke berbagai pihak terkait dilaksanakan, guna mendapat perizinan dan dukungan terselenggaranya acara. Manislor mulai berbenah. Anggota Jemaat antusias menyambut Jalsah Salanah.
Rumah-rumah dipercantik, ada yang mengecat ulang rumah, ada yang merenovasi rumah, sarana kamar mandi ditambah di beberapa rumah warga. Semuanya menggunakan dana pribadi anggota.
Saya dan suami selalu menyempatkan untuk berkeliling Manislor untuk mengecek persiapan Jalsah. Menyusuri jalan setapak, mengunjungi rumah warga, menyusuri sawah hingga menyusuri kebun ubi yang menjadi gah (aula) utama kaum laki-laki. Setelah dipanen oleh pemilik, kebun ubi mulai dibersihkan dan dipadatkan.
Butuh proses yang lumayan lama untuk memadatkan kebun ubi yang struktur tanahnya gembur. Hamparan kebun ubi hijau berubah menjadi lapangan luas berwarna coklat, sejauh mata memandang hanya lapangan yang sangat luas terlihat. Masya Allah! Lagi-lagi saya tertegun, nanti di sini akan menjadi saksi naree takbir dikumandangkan.
Perekrutan panitia, rapat panitia lokal dan pusat mulai dilaksanakan. Anggota antusias mengambil berkat berkhidmat menjadi panitia. Sarana pun mulai dibangun, ratusan MCK semi permanen dibuat, bak penampungan air berdiameter sangat luas disiapkan, jalan setapak dibangun untuk peserta agar merasa aman dan nyaman ketika melewati gah. Para anggota dan panitia bekerja siang dan malam 24 jam untuk menyulap kebun ubi menjadi gah utama.
Rumah anggota didata untuk dijadikan tempat menginap anggota. Di sepuluh Halqoh (kelompok), rumah yang dijadikan penginapan didata oleh panitia, tapi mengapa kami merasa rumah menjadi sedikit untuk menampung peserta Jalsah?
Kami berpikir kembali untuk menambah tempat penginapan. Gedung dan ruang kelas SMP milik Jemaat pun tak luput untuk dijadikan tempat menginap. Bismillah! Semoga semua peserta tertampung dan nyaman untuk menginap.
Tak terasa November menghampiri. Waktu hanya tinggal 1 bulan lagi, pekerjaan masih banyak, waktu tinggal sedikit, bekerja lebih giat. Mampukah kami? Hanya dengan doa dan bekerja menyiapkan semuanya, semata-mata demi kelancaran dan kesuksesan acara Jalsah Salanah Nasional 2024, acara yang sangat dirindukan oleh semua anggota Ahmadi diseluruh Indonesia.
Tiga minggu menuju hari H, tenda gah mulai didirikan. Manislor akan mengadakan hajat besar. Tak pernah percaya, di kebun ini berdiri tenda-tenda megah yang nantinya menjadi ajang meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT. Tak hanya gah kaum laki-laki yang didirikan, gah kaum perempuan juga didirikan.
Gah untuk kaum perempuan ditempatkan di Gedung Fadhal Umar, gedung serbaguna milik Jemaat, juga di 3 titik masjid besar, yaitu Masjid An-Nur, Masjid Al-Barokah dan Masjid Al-Hikmah. Di empat lokasi itulah nanti kaum perempuan akan berkumpul, khidmat mendengarkan siraman rohani dari para pembicara Jalsah. Sudah terbayang, shalat Tahajjud dan shalat Fardhu berjamaah dengan ribuan jamaah.
Akhir November, warga Manislor sempat fokus pada Pilkada, karena tanggal 27 November 2024 adalah pelaksanaan Pilkada serentak di seluruh Indonesia. Hampir semua panitia lokal menjadi bagian dari panitia Pilkada di Kuningan. Kami tetap berkhidmat pada Pemerintah, melaksanakan kewajiban untuk taat pada aturan negara, taat pada pemerintahan di tempat kami tinggal.
Setelah Pilkada kami pun fokus kembali pada persiapan JSN’24. Apakah kami mampu menyiapkan semuanya hingga siap pada waktunya di tanggal 6,7 dan 8 Desember 2024? Bismillah bisa! Kami bisa!
Kamis, 28 Desember, panitia Pusat dan relawan Jalsah mulai berdatangan ke Manislor. Tak sedikit juga panitia Pusat yang sudah ngantor di Manislor 2 minggu sebelumnya, karena mereka bertanggung jawab penuh di lapangan. Rabu, peserta luar Jawa juga sudah sampai Manislor. Dari Kalimatan, Bangka, dan Sumatra.
Bahkan, relawan dari Markaz yaitu siswa Jamiah dan siswa Tahfiz diberangkatkan lebih dulu untuk menjadi relawan Jalsah, mereka datang menggunakan 2 Bus. Perjalanan 5 jam ditempuh para relawan muda dan langsung terjun ke lapangan untuk membantu mempercantik gah utama agar nyaman ditempati oleh peserta Jalsah.
Pak Amir Nasional datang hari Rabu sore ke Manislor. Hati merasa senang, Pimpinan Jemaat di Indonesia sudah datang. Ayo kita terus bersiap! Jalsah tinggal di depan mata. Kamis pagi semua panitia terjun ke lapangan sesuai tugasnya masing-masing.
Dapur umum pun sudah menyiapkan konsumsi untuk panitia dan peserta yang hadir. Bahkan, dapur umum sudah bekerja 1 bulan sebelumnya untuk menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dihidangkan untuk santapan jasmani peserta Jalsah.
Panitia pun masih menyiapkan tempat menginap untuk peserta Jalsah yang akan ditempatkan di area Gedung Fadhal Umar, SMP Amal Bakti, dan area masjid dan perumahan di sekitar Halqoh An-Nur. Kamis siang semua panitia koordinator Lajnah berkumpul di gah utama kaum perempuan, di Gedung Fadhal Umar. Pak Amir Nasional akan memberikan arahan untuk kami, panitia Lajnah, beliau memberikan apresiasi kepada panitia yang sudah bekerja menyiapkan segala sesuatunya.
Namun, ternyata Kamis sore, segelintir orang berkumpul di luar gerbang Masjid An-Nur, meminta acara dibubarkan dengan alasan menganggu ketenangan warga. Mulai terjadi kekhawatiran dari kaum ibu, penjagaan mulai diperketat, mobil polisi mulai patroli masuk ke desa kami. Entah apa yang terjadi di area gah kaum laki-laki, kami tidak bisa tahu karena jarak yang cukup jauh. Saya berusaha menghubungi suami, tapi beliau hanya berkata, “Perbanyak istighfar, kita tunggu arahan Pak Amir Nasional.”
Tak terasa adzan berkumandang, shalat Maghrib dijamak dengan Isya, kami panitia bersiap. Malam ini, peserta dengan jumlah besar akan datang memenuhi rumah dan gah-gah yang sudah disiapkan. Semua persiapan sudah 100%, panitia penempatan tamu piket bergiliran mengantar tamu ke tempat yang sudah ditentukan. Sepeda motor, mobil, bahkan odong-odong sudah disiapkan.
Namun, ternyata keadaan di luar desa Manislor sudah semakin mencekam. Jalan masuk desa semua ditutup, tak terkecuali gang-gang kecil. Sepeda motor, mobil, di luar plat no E dilarang masuk, bahkan warga asli Manislor yang bekerja di luar kota pun diminta untuk menunjukan KTP. Jika bukan KTP Manislor dilarang masuk. Ya Allah, ini desa kami, mengapa kami dilarang masuk?
Sekitar pukul 20.45 WIB, saya mendapat pesan singkat bahwa bus yang membawa peserta dari Sindang Barang sudah sampai pom bensin Cilimus, tak kurang dari 2 km lagi sampai. Tapi kenyataannya bus diberhentikan, tidak boleh meneruskan perjalanan. Handphone saya mulai dipenuhi berita wa yang menanyakan keadaan di Manislor, ada yang mengabari posisi sudah di daerah Kuningan dan Cirebon tapi dihadang aparat, tidak boleh meneruskan perjalanan. Bahkan, bus di daerah Cikampek pun diberhentikan.
Hati ini dipenuhi tanya, mengapa dan mengapa? Ingin menangis, namun tak bisa, saya harus bisa sabar di hadapan anggota. Saat itu saya, Bu Ketua LI, dan beberapa panitia Lajnah berkumpul di Masjid An-Nur, memantau perkembangan di luar Manislor dari hp masing-masing. Semua fokus pada telepon dan wa yang masuk. Semua menanyakan situasi di Manislor. Di Manislor kami baik-baik saja, karena kami dalam “Perahu Bahtera Imam Mahdi”.
Yang kami khawatirkan justru keadaan saudara-saudara kami yang sedang dalam perjalanan, sudah menempuh perjalanan jauh tapi tak bisa masuk ke Manislor. Mereka dihadang, tak terbayang tanya dari peserta yang sedang dalam kendaraan, “Ada spa dengan Manislor? Mengapa kami dilarang masuk?”
Apa yang harus kami lakukan? Hanya doa yang bisa saya ucapkan, “Robbi Kullu Syai’in Khoodimuka Robbi fahfajna, wangsurna warhamna. Wahai, Tuhanku, segala sesuatu adalah hamba-Mu, maka lindungilah kami, tolonglah kami dan kasihanilah kami.”
Tepat pukul 21.00 WIB, Bapak Amir mengeluarkan Maklumat, bahwa peserta Jalsah yang belum berangkat ke lokasi Jalsah diharap untuk menunda keberangkatan. Rasa sedih kian melanda, semakin banyak kabar dari anggota bahwa mereka sudah siap berangkat dengan bus, sudah berkumpul di Masjid jam 11 sesuai jadwal keberangkatan ke Manislor. Belum lagi kabar yang sudah di tol Cikampek, bus harus putar balik karena dihadang aparat.
Astaghfirullah! Kami tak bisa membayangkan bagaimana keadaan mereka. Kami tidak mengkhawatirkan keadaan kami, tapi keadaan saudara-saudara kami di luar sana. Hotel di-sweeping, anggota yang sudah masuk hotel dipaksa meninggalkan hotel demi kondusifitas wilayah Kuningan.
Bahkan, terdengar kabar sekitar 300 anggota yang sudah sampai daerah Cirebon, terdampar di sebuah hotel. Bukan tidur di kamar, tapi hanya di pelataran hotel dan parkiran. Tangis tak bisa terbendung lagi. Ya, Allah, kami ini tidak membuat gaduh. Kami melaksanakan kegiatan Jalsah sudah terkoordinir dengan baik, mengatur waktu kedatangan di malam hari agar tidak mengganggu kenyamanan orang berlalu lintas.
Pukul 11 malam, kami memutuskan untuk mengistirahatkan badan kami. Kami yang ada di masjid memutuskan pulang. Tapi, sebelum keluar masjid, saya hanya bisa mengamati area masjid. Harusnya malam ini Masjid An-Nur sudah dipenuhi peserta Jalsah. Tapi nyatanya… kosong. Masjid An-Nur kosong….
Jumat, 6 Desember’24 pukul 01.00 WIB, hujan tak berhenti mengguyur desa kami, walau tidak deras. Tapi malam itu rasanya Desa Manislor sedang menangis. Ternyata suami pun belum pulang, saya mencoba menanyakan kabar, ternyata beliau masih berkoordinasi dengan panitia. “Jangan panik, tunggu arahan Pak Amir Nasional.”
Saya mencoba untuk tidur kembali pukul 02.00 dan kembali terbangun pukul 03.30 WIB, segera mengambil wudhu untuk mengadu pada sang Khalik. Semoga Allah berikan kabar baik untuk kami. Namun, pukul 06.00 WIB keluarlah maklumat dari Pak Amir Nasional, Jalsah Salanah Nasional 2024 yang bertempat di Manislor dibatalkan.
Tangis tak terbendung lagi. Ya, Allah! Inikah ujian yang Engkau berikan kepada kami? Tak bisa saya membayangkan kekecewaan dari anggota Manislor yang sudah mempersiapkan semuanya selama hampir 3 bulan lebih, juga kekecewaan peserta Jalsah dari seluruh Indonesia yang sudah bahagia menanti JSN tahun ini. Tapi sekali lagi kami harus itaat, sami’na wa’atho’na.
Sahabat saya, Rahma Roshadi, rupanya sudah sampai di Manislor. Beliau tiba Kamis siang, tapi belum sempat bertemu. Pagi ini beliau datang ke rumah mubaligh An-Nur, kami berbincang sebentar lalu mengajaknya berkeliling Manislor, sambil mengecek kondisi di lapangan.
Rintik hujan belum berhenti juga, jalanan tampak basah setelah semalaman diguyur hujan. Kami berkeliling mulai dari Gedung Fadhal Umar, sempat mengabadikan foto Gah Utama kaum perempuan, dan saya share di beberapa grup WA. Lalu kami meneruskan perjalanan, tujuan utama saya Halqoh Al Barokah dan Al Ikhsan, karena di sana sudah datang peserta dari daerah Sumatra sebanyak 1 bus.
Ternyata betul saja, di luar rumah anggota sudah banyak berkumpul peserta Jalsah. Ingat 3S yang disampaikan oleh Ibu Sadr kepada kami panitia, “Salam, Sapa, Senyum.” Sambil berpelukan menanyakan kabar, dan menguatkan mereka yang sudah datang, tapi ternyata Jalsah dibatalkan.
Salah seorang peserta berucap, “Kami sedih, sudah jauh datang dari seberang, tapi jalsah batal, kami itaat saja, kami tidak kecewa sudah sampai di Manislor. Impian kami untuk datang berkunjung sudah tercapai, udara disini sangat sejuk. Kami sedih, tapi sedikit terobati bisa menikmati suasana segar dan indah di Manislor.” Sekali lagi saya hanya berucap, “Masya Allah, selamat datang di Manislor”.
Perjalanan kami teruskan ke Halqoh Al Hikmah. Suasana tetap aman dan kondusif, setiap bertemu dengan anggota, saya hanya melihat kekecewaan dan kesedihan karena Jalsah Salanah dibatalkan.
Saya sempat mendengarkan daras subuh dari Ketua Panitia JSN’24 yaitu Mln. Rahmat Hidayat, Shd. Beliau mengatakan pada panitia dan peserta yang sudah hadir di gah kaum laki-laki, “Hal terberat dari sebuah ketaatan adalah saat kita taat pada suatu hal yang kita tidak kita sukai. Kita harus rela juga ikhlas pada apa yang membuat kita kecewa.” Pada akhirnya kita harus taat, rela dan ikhlas Jalsah Salanah Nasional 2024 tidak terlaksana.
Kami semua panitia harus segara membongkar tenda yang sudah berdiri megah. Kembali kami itaat dengan perasaan sedih, karena tenda yang baru saja dipersiapkan harus dibongkar sendiri. Kaum laki-laki mencopot tenda dan kaum perempuan membersihkan semua titik lokasi Jalsah, melipat kembali kasur dan bantal yang sudah disiapkan.
Semua panitia merapikan kembali semua sarana prasana JSN ’24. Sedih? Tentu saja. Kerja keras selama 3 bulan, baik itu panitia pusat, panitia lokal, juga anggota Jemaat Manislor untuk menyiapkan dengan baik terselenggaranya Jalsah Salanah Nasional 2024 harus dibayar dengan kekecewaan. Tapi sekali lagi, kita tidak boleh jatuh tersungkur. Kita harus bangkit, kita harus mengadakan perbaikan diri untuk lebih dekat kepada Allah SWT. Selalu ada hikmah di balik semua kejadian.
Editor: Lisa Aviatun Nahar
Visits: 267
masya Allah…luar biasa laporan pandangan mata dari pelaku sejarah. semoga akan selalu tercatat dalam tinta emas sejarah Jemaat Ahmadiyah…mari lanjutkan yg baik dan perbaiki yang perlu diperbaiki…ahmadiyah zindahbad.
Assalamualaikum saya sangat terharu dan ingin menangis rasa nya setelah membaca artikel ini semoga kita di beri kan kekuatan dan ketabahan serta semakin kuat iman kita semoga ada hikmah di balik ke jadian aja ni Aamiin yra
Assalamu’alaikum
Saya sangat sedih dan ingin menjerit sejerit jerit nya , atas musibah yang kita alami sekarang, padahal udah lama kita menanti hajat tersebut, semoga allah Ta’ala memberikan ketabahan, kesabaran bagi kita semua Aamiin, dan bagi mereka semoga allah Ta’ala memberikan karunia agar mereka dapat menerima Jemaat yang penuh keberkahan ini
😭😭😭🥲🥲🥲🥲