Menjalani yang Kita Suka atau Benci, dari Keduanya Kita Mendapat Arti

Di masa pandemi begitu banyak menelan korban jiwa. Betapa kita diingatkan bahwa kematian begitu dekat dan pasti datang menyapa. Setiap waktu berita duka kian menusuk telinga seolah kita pun sedang menunggu giliran.

Perasaan demikian telah kurasakan satu tahun lalu, merasa raga begitu tak berdaya di kala virus corona melanda. Lupa akan hal dunia, yang ada hanya doa. Diri yang seolah bersiap, karena merasa jika malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya.

Namun, ada suatu keajaiban serta pengabulan dari sebuah doa kian terasa. Tuhan seolah menampakan kasih sayangnya di kala diri ini meyakini akan pertolongan-Nya. 

Satu minggu setelah hasil antigen menyatakan saya dan suami positif Covid-19, tepatnya pada waktu Magrib, tubuh saya seketika tak kuat berdiri sesaat setelah rakaat pertama. Kaki seolah gemetar menahan tubuh. Saat rukuk dan sujud, begitu sulit untuk tegak kembali sehingga shalat pun harus selesai dalam keadaan duduk. 

Saya sempat mengeluh dan seolah protes dengan keadaan, “Ya Allah, kembalikan nikmat ibadahku.” Saya merasa cobaan yang diberikan kian berat. Suami tepat di samping saya hanya dapat melaksanakan sholatnya dengan cara berbaring.

Selesai sholat, saya membaca Al-Qur’an dengan suara yang terkadang terhenti, menahan tangis. Namun dengan membaca Al-Qur’an lah, saya seolah merasakan suatu ketenangan. 

Sesaat saya pandangi ke arah suami, dengan keadaan beliau yang teramat mengkhawatirkan. Masih di atas gelaran sajadah, saya berserah diri dengan derai air mata mengiringi doa. Memohon kesembuhan  untuk suami, juga teringat akan ketiga anak saya yang harus merawat kami di usia mereka jelas membuat dada semakin sesak.

Uang, beras, tentu menjadi kesulitan kami. Karena selama pandemi suami tidak bisa bekerja apalagi dengan keadaan kami sekarang yang terpapar. Keadaan antara sadar dan tak sadar, sering beliau alami bahkan sampai muntah darah. Tiba-tiba, beliau menggerakkan tangannya menunjuk sebuah ponsel yang meski tepat di sampingnya namun begitu sulit beliau raih.

Saya raih ponsel lalu tangan gemetarnya segera meraih. Beliau ketik sebuah permohonan doa dalam kolom surat untuk Huzur dan langsung dikirim. Kami yakin meski surat tidak langsung sampai, tapi doa dari Huzur akan selalu mengalir.

Motivasi dan doa kian membanjiri chat, Alhamdulillah saya bersyukur, terharu karena banyak yang mendoakan dan memberikan perhatian untuk saya dan keluarga. Namun ada satu chat yang begitu istimewa bagi saya, chat dari seorang Ibu yang begitu baik hati. Semoga beliau selalu dikaruniai kesehatan dan kebahagian (Aamiin) meminta saya supaya jangan lelah berdoa, tetap semangat dan jangan lupa membaca sholawat sebanyak 1000 kali.

Bismillahirrahmanirrahim. Tanpa menunda saya baca sholawat sebanyak 1000 kali dengan doa yang tanpa putus terus dipanjatkan. Sampai waktu isya tiba, selesai membaca sholawat 1000 kali, saya segera menunaikan sholat.

Ya Allah, seketika aku memeluk tubuh suamiku. Aku bersyukur atas pertolongan yang tak terduga dan pengabulan yang tak tertunda. Bukti demi bukti transferan kuterima dari saudara rohani di berbagai daerah. Entah dari mana, dari siapa yang sama sekali belum pernah bertemu.  

Ini sungguh-sungguh pertolongan Allah SWT yang telah menggerakkan hati orang-orang sholeh-sholehah yang menjadi perantara dari pertolongan-Nya atas kami. Baik pertolongan secara moril dan materil, sehingga keesokan hari suami pun bisa mendapat perawatan dan pengobatan. Anak-anak pun tidak terlantarkan dan terpenuhi kebutuhannya.

Alhamdulillah tsuma Alhamdulillah…

Dari peristiwa yang saya alami sesungguhnya banyak sekali hikmah yang terjadi. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Imam Al-Ghazali bahwa, “Untuk mendapatkan apa yang kamu suka, pertama kamu harus sabar dengan apa yang kamu benci.”

Begitupun dengan cobaan yang terkadang sulit untuk kita terima. Namun begitu banyak hikmah dan nikmat yang akan didapat apabila kita menghadapinya dengan sabar dan doa. Pada hakikatnya, dalam kehidupan semua manusia mengalami yang dinamakan cobaan yang merupakan kesulitan. Namun doa dan sabarlah yang merupakan kunci utama dalam menghadapinya.

Visits: 240

Cucu Komariah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *