MERAIH SYAFAAT AL-QUR’AN: KUNCI KESELAMATAN DI HARI AKHIR

Kitab Suci Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang kapan pun tidak ada dan tidak akan pernah ada padanannya. Mengingat kekuatan rohani dan kesempurnaan batin Hadhrat Rasulullah saw. adalah dari tingkat yang paling luhur, yang tidak akan mungkin disamai atau dilampaui oleh orang lain, demikian jugalah kitab suci yang diwahyukan kepadanya. Kitab Suci Al-Qur’an keluhurannya tidak akan bisa dicapai oleh kitab-kitab samawi terdahulu. Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna, di mana keluhuran daripada mukjizat firman mencapai titik tertinggi di dalamnya.

Mengetahui begitu istimewanya kedudukan Al-Qur’an, tepatlah kiranya jika seorang Muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup untuk meraih kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. Salah satu keistimewaan Al-Qur’an yang disebutkan dalam salah satu hadis adalah ia mampu memberikan syafaat kepada pembacanya.

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.” [1]

Syafaat adalah pertolongan atau permohonan yang diberikan kepada seorang manusia agar mendapatkan rahmat atau pengampunan dari Allah SWT. Syafaat hanya diberikan dengan izin Allah dan kepada orang yang diridhai-Nya. Dalam konteks Al-Qur’an, syafaat yang dimaksud adalah keutamaan Al-Qur’an itu sendiri. Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada orang yang membacanya dan menjadikannya petunjuk serta pedoman dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

“Dan sungguh Kami telah memberikan kepada mereka sebuah Kitab yang telah Kami jelaskan secara rinci dengan pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” [2]

Mendapatkan syafaat Al-Qur’an tentulah menjadi cita-cita luhur setiap mukmin. Namun, untuk mencapai cita-cita tersebut, ada langkah-langkah yang harus dawam dilakukan semasa kita berada di dunia yang fana ini.

Langkah pertama adalah dawam membaca Kitab Suci Al-Qur’an setiap hari. Kebiasaan ini hendaknya ditanamkan sejak dini kepada anak keturunan. Bahkan, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an pun hendaknya diperdengarkan secara dawam kepada janin yang masih berada dalam kandungan. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, Allah akan mencatat baginya sepuluh pahala kebaikan di tiap hurufnya dan siapa yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an, Allah akan catat untuknya satu kebaikan di tiap hurufnya, serta ia akan dibangkitkan dalam golongan orang yang membaca dan naik derajatnya.” [3]

Langkah kedua yang penting untuk dilaksanakan adalah menelaah dan mempelajari makna yang terkandung dalam setiap ayatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca terjemah serta tafsir Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, “…Kami turunkan kepada engkau Kitab itu untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk.” [4]

Dengan mengetahui terjemah serta tafsir dari Al-Qur’an, Kitab ini akan menuntun kita untuk memutuskan masalah-masalah yang menimbulkan perselisihan agar mereka yang beriman mendapat petunjuk dan rahmat. Kitab Al-Qur’an merangkum keseluruhan kebutuhan manusia di setiap zaman, maka kita harus mengakui kalau Kitab ini merangkum wawasan yang tidak ada batasnya.

Langkah ketiga adalah pengamalan dari isi Kitab Al-Qur’an. Refleksi sifat-sifat akhlak Ilahi akan tercermin di dalam hati mereka yang mengikuti Al-Qur’an secara sempurna. Perilaku suci serta hasrat kerohanian yang tinggi dimanifestasikan dalam bentuk akhlak mulia. Setiap mukmin hendaklah mengamalkan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang dalam Kitab Suci Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Petunjuk bagi orang yang bertakwa.” [5]

Langkah terakhir dan juga sangat penting dilaksanakan adalah mengajarkan Al-Qur’an. Utsman bin ‘Affan ra. berkata bahwa Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” [6] Makna belajar dan mengajarkannya tidak hanya mencakup huruf-huruf dalam Al-Qur’an, tapi juga mencakup makna yang terkandung di dalamnya, hingga seseorang dapat mengamalkan apa yang dipelajarinya dari Al-Qur’an.

Mukjizat berkat Al-Qur’an dapat kita lihat dalam perubahan sifat para sahabat Nabi sebelum dan sesudah memeluk Islam. Dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an, mereka yang dari akhlak hina menjadi orang-orang dengan keimanan, akhlak, perilaku, cara bicara, dan lain-lainnya yang amat luhur. Perubahan akbar dari kepribadian berkarat menjadi sosok-sosok segar yang dikaruniai nur dan kecemerlangan keimanan adalah transformasi luar biasa yang diwujudkan oleh kekuasaan Allah Ta’ala.

Sebagaimana Al-Qur’an bisa membawa seseorang ke tingkat kesempurnaan intelektual yang tinggi, begitu jugalah dengan mendawamkan membaca, mempelajari, serta mengamalkan dan mengajarkan isi dari Kitab Suci tersebut, maka seseorang akan mencapai kesempurnaan dalam perilaku. Nur dan tanda-tanda keridhaan Allah SWT akan muncul dan akan terlihat pada mereka yang mengikuti Firman Suci Allah Ta’ala. Maka cita-cita luhur mendapatkan syafaat di akhirat kelak, insya Allah dapat diraih siapa pun yang Allah kehendaki.

Referensi:
[1] Muslim. Shahih Muslim, No. 804.
[2] Al-Qur’an, Surah Al-A‘raf: Ayat 53.
[3] Ad-Dailami. Musnad al-Firdaws.
[4] Al-Qur’an, Surah An-Nahl: Ayat 90.
[5] Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah: Ayat 3.
[6] Bukhari. Shahih al-Bukhari, No. 5027.
[7] Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Inti Ajaran Islam: Bagian Pertama, Bab 4 – Kitab Suci Al-Qur’an.

Visits: 41

Rahma Candra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *