MESKI SUSAH, TETAP BAYAR CANDAH, UNTUK RAIH RIDHO-NYA

Lima hari yang lalu tepatnya Minggu tanggal 19 April aku mulai mempersiapkan membeli sembako untuk kebutuhan Ramadhan. Sama seperti yang lainnya aku berbelanja tidak berlebihan hanya sembilan bahan pokok saja.

Posisi pasar tradisional ada di kota Solok (Sumbar) kira-kira 1 jam dari rumah. Setelah selesai membeli kebutuhan aku bergegas untuk kembali lagi kerumah. Barang belanjaan aku masukan ke dalam mobil, ritual semenjak virus datang yaitu langsung menyemprotkan handsanitizer ke tanganku. Handphone kubuka ternyata ada panggilan masuk sebanyak 9 kali dari anggota lanjah yang berdomisili di Solok sekitar setengah jam dari pasar.

Langsung kuhubungi kembali nomor ibu tadi. Setelah kutanya kabarnya ternyata ibu ini mau membayar candah, beliau tidak memiliki kendaraan jadi meminta tolong kepada kami untuk mengambil uang candahnya dan dikirimkan ke pusat.

Dengan cepat aku langsung mengiyakan permohonannya apalagi sudah tanggal 19 juga.

Setelah tiba di rumahnya kami tidak berlama-lama maklumlah secara sedang diberlakukan social distancing.

Tapi si ibu tetap membuatkan kami minum, sedang beliau membuatkan minum aku permisi untuk kebelakang untuk mencuci tangan dan kaki.

Rupanya si ibu Lajnah tadi sedang mengaduk gula di gelas. Aku bertanya kepadanya,”Bagaimana kabar bapak dan pekerjaannya Bu?“.

Lalu ibu itu menjawab, “Alhamdulillah bapak sudah seminggu ini dirumahkan Bu, kata bos nya sebulan kedepan istirahat aja di rumah karena bengkel tidak beroperasi dulu.

Sungguh aku kaget mendengarnya karena aku tahu pendapatan ibu ini adalah dari suaminya yang bekerja sebagai montir motor yang gajiannya setiap satu Minggu sekali.

Lalu ibu itu melanjutkan kata-katanya lagi, mohon doa ya bu agar kami masih bisa makan setelah ini. Aku terdiam sesaat lalu langsung kutanya lagi, “Beras ibu masih ada?“.

Beliau tidak langsung menjawab. Terdiam sejenak dengan bibir yang sedikit gemetar. Di sudut matanya menggenang titik-titik air mata yang siap ditumpahkan, tapi beliau terus berusaha untuk menahannya. Entah, seperti apa gejolak yang terjadi di kedalaman hatinya.

Beliau berjalan ke arah tempat beras dan menunjukan kepadaku. Dengan suara yang muli serak beliau mengatakan, “Alhamdulillah untuk persiapan di bulan Ramadhan ada beras 3 kilo Bu, saya gak tau setelah ini darimana lagi mendapatkan beras lagi, semoga ada rezeki saya ya Bu, mohon doanya.”

Beliau masih tetap berusaha tetap tersenyum di balik kepahitan yang sedang beliau kecap.

Ibu ini memiliki tiga orang anak, yang dua sudah berkeluarga dan yang satu masih duduk di bangku SMK kelas 11. Putra-putrinya juga hidup dengan ekonomi yang kurang memadai.

Teh manis disajikan di ruang tamu, sambil meminum aku bertanya lagi kepadanya, “Ibu tetap membayar candah padahal beras juga sudah menipis, 4 hari lagi kita akan melaksanakan ibadah bulan puasa, bagaimana kebutuhan ibu?“. Padahal, uang yang disetorkan untuk candah kalau dibelikan beras bisalah dapat 30 kilo.

Kemudian si ibu menjawab dengan begitu tegarnya, seolah-olah jaminan selamat melewati ramadhan ini bukan bergantung pada uang ataupun makanan, tapi pada Wujud-Nya.

InsyaAllah Bu saya tetap bayar candah walaupun sesungguhnya ini sangat kami butuhkan, semoga dengan membayar candah ini Allah akan mencukupi kebutuhan kami sekeluarga di bulan Ramadhan besok. Yang paling utama lagi kami ingin mendapatkan keridhaan Nya, Sekali lagi mohon doakan kami ya Bu?“.

Aku menjawab singkat, tapi begitu panjang rentetan doa dan harapan di kedalaman hati, “Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Sebelum kami pulang aku mengambil sebagian barang belanjaanku dan kuberikan kepadanya. Awalnya ibu ini menolak tapi setelah kukatakan gak apa-apa Bu insyaAllah ada lagi rezki saya nanti.

Dalam hadist dikatakan:

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَ اللَّهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Visits: 161

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *