PEMIMPIN DALAM AGAMA DAN PENTINGNYA SISTEM KHILAFAT

Dalam setiap agama, diperlukan sosok pemimpin yang mampu membimbing umat menuju kebaikan dan mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Pencipta alam semesta. Demikian pula dalam Islam. Dahulu, umat Islam dipimpin oleh Baginda Nabi Besar Muhammad saw., yang kemudian dilanjutkan oleh para khalifah dalam masa Khilafah Rasyidah. Namun, seiring berakhirnya masa Khilafah Rasyidah dan tidak adanya penerus yang melanjutkannya, umat Islam seolah terombang-ambing tanpa pemimpin.

Kondisi ini terlihat nyata hingga kini: banyak umat Islam yang tampak kehilangan arah dan tujuan hidup. Mereka seakan lupa untuk apa mereka diciptakan. Tak sedikit yang larut dalam kenikmatan dunia, tanpa mengenal Tuhannya atau mengetahui cara beribadah dengan benar. Maka tak heran jika kita menjumpai orang-orang yang mengaku Muslim, namun dalam hatinya tidak meyakini keberadaan Tuhan.

Belakangan ini, media sosial ramai menampilkan kaum Muslimin dan Muslimah yang berbondong-bondong mengikuti kajian di berbagai masjid, yang diisi oleh penceramah kondang. Namun sayangnya, hanya sebagian kecil dari ilmu yang diperoleh dalam kajian tersebut yang benar-benar diamalkan. Banyak yang sekadar mengikuti tren, mengejar kajian ke sana kemari, namun hasilnya hanya berupa deretan foto swafoto yang dipajang di media sosial. Esensi dan pemahaman dari isi kajian itu sendiri justru luput.

Inilah potret sebagian masyarakat Muslim masa kini: seolah tak tahu siapa pemimpin yang patut diikuti. Padahal, jika kita mau mencermati Al-Qur’an dengan lebih mendalam, Allah Swt. telah memberikan kabar gembira mengenai kembalinya sistem khilafat di akhir zaman bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surah An-Nur ayat 56: “Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka khalifah, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah (janji itu), maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [1]

Janji Allah ini dipenuhi setelah umat Islam mengalami kemunduran rohani selama seribu tahun. Dalam Surah As-Sajdah ayat 6, Allah Swt. berfirman: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang lamanya seribu tahun menurut perhitunganmu.” [2]

Ayat ini menandakan perubahan besar dalam sejarah Islam. Setelah mengalami kemajuan pesat dalam tiga abad pertama, umat Islam kemudian mengalami kemunduran dan kemerosotan selama 1.000 tahun.
Dalam satu riwayat, Rasulullah saw. bersabda: “Iman akan terbang ke Bintang Surayya dan seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi.” (HR. Bukhari, Kitab Tafsir) [3]

Sosok yang dimaksud dalam sabda tersebut adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, dari Qadian, seorang keturunan Parsi yang diangkat langsung oleh Allah Swt. sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi. Pada tahun 1885, beliau mengumumkan secara terbuka pengangkatannya sebagai Mujaddid melalui selebaran sebanyak 20.000 eksemplar kepada masyarakat.

Beliau berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah pengikut Muhammad saw., dan demi Allah, sesungguhnya aku datang sebagai Mujaddid dari-Nya.” (Al-Istifta, hlm. 354) [4]

Beliaulah sang pembaharu yang membawa Islam kembali ke masa kejayaannya setelah wafatnya Rasulullah saw. melalui sistem khilafat setelahnya, umat manusia dibimbing untuk mengalami revolusi akhlak dan spiritual, dalam menghadapi arus zaman yang penuh kerusakan.

Rasulullah saw. juga pernah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Hudzaifah ra: “Akan ada masa kenabian di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki. Kemudian Dia akan mengangkatnya. Setelah itu akan ada Khilafat ala minhaj nubuwwah (berdasarkan kenabian) selama Allah menghendaki. Kemudian akan ada kerajaan yang menggigit (kerajaan tirani) sampai waktu yang Allah kehendaki. Lalu akan muncul kerajaan yang kejam hingga waktu yang dikehendaki Allah. Setelah itu akan datang kembali Khilafat ala minhaj nubuwwah.” (HR. Musnad Ahmad) [5]

Hadis ini melukiskan perjalanan sejarah Islam secara ringkas namun mendalam. Rasulullah saw. tidak menyebutkan waktu berakhirnya khilafat yang akan datang di akhir zaman, seolah memberi isyarat bahwa sistem tersebut akan berjalan terus, selama Allah menghendaki.

Hadhrat Khalifatul Masih atba bersabda dalam salah satu khutbahnya: “Menurut nubuatan Rasulullah saw. Khilafat akan didirikan mengikuti kenabian dan menurut Hadhrat Masih Mau’ud as. Khilafat adalah kekal. Dengan demikian, Khilafat tidak dapat berjalan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah dan tidak ada pilihan selain mematuhi Khilafat, atau membuktikan bahwa Khalifah-e-waqt melakukan suatu hal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.” [6]

Maka dari itu, sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah Swt. atas karunia-Nya yang telah menurunkan Hadhrat Masih Mau’ud as. dan para khalifahnya untuk membimbing kita dalam naungan Jemaat Ilahi ini.

Betapa beruntungnya kita sebagai murid Imam Mahdi dan para khalifahnya. Kita tidak perlu lagi mencari-cari pemimpin rohani seperti mereka yang berada di luar Jemaat, karena segala sarana untuk meraih keberkahan dan peningkatan spiritual telah tersedia dalam sistem Khilafat.

Sungguh beruntunglah orang-orang yang senantiasa menjalin hubungan erat dengan Khilafat Ahmadiyah, serta menanamkan kecintaan kepada Khilafat itu dalam hati anak-anak dan keturunan mereka.

Referensi

[1] Al-Qur’an. Surah An-Nur, 24:56.
[2] Al-Qur’an. Surah As-Sajdah, 32:6.
[3] Al-Bukhari, Imam. Sahih al-Bukhari, Hadits No. 4897. Riyadh: Darussalam.
[4] Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Al-Istifta, hlm. 354. Qadian: Islam International Publications.
[5] Ahmad bin Hanbal, Imam. Musnad Ahmad, Hadits No. 18596. Beirut: ‘Alam Al-Kutub.
[6] Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz [1] Tanggal 06 Juni 2014 di Masjid Baitul Futuh, UK.

Views: 87

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *