PERBEDAAN PENDAPAT ADALAH RAHMAT
Dalam bentangan umat yang luas, Allah SWT menebarkan warna-warna pemikiran seperti taman yang penuh bunga—berbeda rupa dan aroma, namun tumbuh dari tanah yang sama. Islam tidak lahir untuk menyeragamkan hati, melainkan untuk menuntun agar setiap perbedaan berujung pada kasih sayang dan hikmah.
Imam Malik pernah berkata,
“Perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat,” [1]
sebuah pesan lembut bahwa di balik keragaman pandangan, tersimpan kasih sayang Allah SWT bagi mereka yang mencari kebenaran dengan kebijaksanaan.
Perbedaan bukanlah jurang pemisah, melainkan jembatan tempat kita belajar saling memahami. Sebab rahmat Allah SWT hadir bukan dalam keseragaman, tetapi dalam hati yang lapang menerima perbedaan sebagai bagian dari kehendak-Nya.
Perbedaan pendapat dalam Islam sejatinya adalah wujud keluasan rahmat Allah SWT kepada umat-Nya. Dalam perjalanan sejarah, para sahabat dan ulama kerap memiliki pandangan yang berbeda dalam memahami hukum dan makna ayat, namun mereka tetap saling menghormati dan menjaga persaudaraan. Sebab, mereka memahami bahwa kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT, sedangkan manusia diberi kemampuan terbatas untuk menafsirkan dan mencari hikmah di baliknya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman,
“Dan sekiranya Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu. Tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat) kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu…” [2]
Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan adalah bagian dari kehendak Allah SWT. Yang membedakan hanyalah bagaimana kita menyikapinya—dengan kesombongan yang memecah belah, atau dengan kebijaksanaan yang menumbuhkan rahmat. Rasulullah saw juga mengajarkan adab dalam bermusyawarah agar perbedaan tidak melahirkan permusuhan, melainkan menjadi jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran.
Ketika umat Islam mampu menghormati perbedaan, maka tumbuhlah kekuatan: ilmu yang luas, pemikiran yang tajam, dan persaudaraan yang kokoh. Sejarah mencatat, para ulama besar memiliki perbedaan dalam menggali dan menetapkan hukum Islam melalui penalaran, namun tetap saling menghormati satu sama lain. Dari perbedaan itulah lahir keluasan ilmu dan kematangan peradaban Islam.
Pada akhirnya, perbedaan pendapat adalah bagian dari keindahan Islam yang penuh kasih. Ia mengajarkan kita untuk rendah hati dalam berilmu dan berlapang dada dalam menerima keragaman. Di balik setiap pandangan yang tak sama, tersimpan ruang untuk saling belajar, saling menghargai, dan saling menumbuhkan kebaikan.
Marilah kita jadikan perbedaan sebagai jalan menuju rahmat, bukan alasan untuk berpecah. Karena sesungguhnya, kekuatan umat tidak lahir dari keseragaman, melainkan dari hati-hati yang bersatu dalam tujuan yang sama: mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” [3]
Referensi :
Imam Malik. Al-Muwaththa’, Bab al-Qadar.
QS. Hud, 11:118–119.
Al-Bukhari & Muslim. Sahih al-Bukhari No. 481 dan Sahih Muslim No. 2585.
Views: 12
