Perdalam Makna Ibadah, Jadikan Ramadhan Sarana Menggapai Maghfirah

Salah satu hal yang sangat patut kita syukuri adalah ketika masih diberi kesempatan oleh Allah ﷻ untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Bahkan Allah ﷻ memberi karunia pada kita berupa kesehatan, hingga Ramadhan melaju begitu cepat. Tak terasa, Idul Fitri pun sudah di depan mata, padahal rasanya baru saja kemarin kita menyambut datangnya Ramadhan dengan suka cita.

Idul Fitri, merupakan momen yang paling dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, karena kita bisa kembali berjumpa dan bersua dengan sanak saudara. Tidak ada yang salah dengan memaknai lebaran sebagai ajang silaturahmi, namun jangan terlena dan melupakan esensi utama dari Ramadhan dan Idul Fitri itu sendiri.

Apakah esensi Ramadhan hanya sekadar berpuasa 30 hari penuh dan membaca Al-Qur’an lebih dawam dari hari-hari biasa saja? Apakah Ramadhan hanya sebuah perjalanan menuju hari kemenangan yang kita sebut Idul Fitri?

Khalifatul Masih V Al-Khaamis (aba) dalam khutbahnya menyampaikan, “Makna akan berakhirnya bulan Ramadhan bagi kita: bulan pelatihan dan pendidikan. Nasehat mengenai melanjutkan sepanjang tahun kesadaran-kesadaran dan kebaikan-kebaikan yang didapat selama Ramadhan. Peningkatan tolak ukur kebaikan dan ketakwaan.”

Ternyata, bulan Ramadhan bukan hanya bulan untuk berpuasa dalam menahan lapar dan dahaga saja. Lebih dari itu, merupakan bulan untuk membangkitkan nilai-nilai kerohanian dan spiritual kita. Ramadhan menyadarkan kita akan konsistensi dalam beribadah & beramal baik. Melangkah menuju insan yang bermutu karena selalu berusaha shalat tepat waktu, mempertajam rasa kemanusiaan dalam diri melalui berbagi dan mengasah sabar dengan menahan lapar.

Di bulan pengabulan do’a-do’a ini kita berusaha semaksimal mungkin meraih maghfirah, berharap diri dibersihkan dari dosa-dosa yang telah lalu. Seperti yang tertuang dalam sebuah Hadist Riwayat Bukhari, “Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya”.

Lalu, apa makna yang terkandung dalam kalimat ‘kembali menjadi fitrah seperti bayi’ tersebut? Apakah diri kita benar-benar terbebas dari dosa setelah berpuasa selama satu bulan penuh?

Mengenai ini, Hz. Khalifatul Masih V Al-Khaamis (aba) menegaskan, “… keikhlasan dan kesetiaan menjadi persyaratan. Janganlah kita menyatakan di bulan Ramadhan, “Kami akan melaksanakan shalat-shalat, mengamalkan perintah-perintah Allah Ta’ala, memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak hamba”, dan memang melakukan semua itu pada bulan Ramadhan, namun setelah Ramadhan berlalu, kita melupakan Allah Ta’ala dan perintah-perintah-Nya lalu keduniawian menguasai kita.”

Beliau (aba) juga menambahkan, “Allah Ta’ala menjadikan Ied ini setelah kita berpuasa supaya membuat kita bergembira bahwa puasa kita telah dikabul. Karena itu, kita harus memeriksa apakah puasa kita benar-benar telah diterima ataukah tidak? Apakah Allah Ta’ala telah memberikan kita taufik untuk beribadah kepada-Nya ataukah tidak? Apakah ibadah-ibadah kita benar-benar meraih pengabulan karena boleh jadi ibadah yang kita jalankan itu tetap tidak dikabulkan.”

Meskipun kita sebagai manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahui diterima atau tidaknya amal ibadah kita selama Ramadhan ini, namun Allah ﷻ tidak akan pernah mengabaikan sedikitpun pandangan serta pertolonganNya pada mereka yang sungguh-sungguh berserah dan memohon ampunan. Amalan yang bisa kita lakukan untuk meraih maghfirah di bulan Ramadhan ini diantaranya:

1. Mendirikan Shalat Fardu & Sunnah
Amalan pertama yang mengantarkan kita pada ampunan-Nya adalah melalui shalat. Shalat merupakan tanda penghambaan seseorang terhadap Rabb-Nya. Ketika shalat, kita menyerahkan diri dengan kesadaran penuh bahwa kita lemah tanpa uluran tangan, ridho serta ampunan-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Hendaklah kalian shalat malam, kerana ia adalah adat orang yang salih sebelum kalian dan amalan yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian serta penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa.” (HR. Al-Hakim)

2. Berpuasa
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudhr, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barang siapa yang berpuasa bulan Ramadhan dan mengetahui batasan-batasannya serta menjaga apa yang harus ia jaga dalam puasanya, maka hal itu akan menghapus dosa-dosa sebelumnya’.” [HR. Ahmad, menurut Ibnu Hibban: shahih]

3. Berdoa dan Rutin Beristighfar
Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Ghafir : 60)
Selain berdo’a, Allah ﷻ juga memberikan kemudahan untuk menyesali dan menghapus dosa dengan istighfar. Seperti firman-Nya dalam Surah Nuh ayat 10, “Beristighfarlah kamu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun…”

4. Bersedekah
Seperti ungkapan yang sering kita dengar bahwa dengan bersedekah akan mendatangkan rezeki lain pada kita. Sebagai contoh, ketika kita memberi takjil untuk berbuka pada kerabat dan tetangga, tidak disangka-sangka mereka pun kembali memberi lauk untuk berbuka pada kita.

Namun, kebahagiaan yang didapat dari sedekah tidak hanya kita rasakan dalam hal duniawi saja, ditilik dari segi ukhrawi, bersedekah juga mampu menghapuskan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api” (HR. Tirmidzi).

Tapi, sebagai makhluk lemah yang penuh khilaf, manusia acap kali melupakan sedekah yang harganya paling murah dan paling mudah dilakukan. Yaitu, sedekah yang berupa senyuman dan kata-kata baik terhadap saudara kita. Jika kita menyusun sebuah daftar seberapa sering kita menyakiti hati saudara-saudara kita dengan lisan selama kita hidup, mungkin, kita akan dihantui ketakutan dan rasa bersalah sehingga kita akan mendirikan shalat taubat setiap hari.

Astaghfirullahal’adziim!

Semoga jihad kita pada bulan Ramadhan dikabul Sang Ghafur. Semoga amalan-amalan kita pada syahrul Ramadhan ini tidak sementara, dan akan semakin meningkat di sepanjang tahun. Semoga kita termasuk ke dalam golongan ‘ibaad Allah Ta’ala. Aamiin Allahumma Aamiin.

Visits: 62

Nurul Hasanah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *