PEREMPUAN JUGA BERHAK MASUK SURGA

Pernah saya mendengar suami-suami yang mengatakan, “Wong wadon iku, swarga nunut, neraka katut.” Artinya, “Perempuan itu ke Surga hanya numpang, ke neraka akan kebawa.” Masya Allah, sedihnya….

Kita bisa belajar dari kisah istri Fir’aun, Asiyah binti Muzahim. Beliau adalah 1 dari 4 perempuan yang oleh Allah dijamin masuk surga. Selain itu ada Siti Khadijah binti Khuwalid—istri Rasulullah, kemudian Maryam binti Imran, dan terakhir Fatimah binti Muhammad—istri dari Khalifah Ali bin Abi Thalib. [1]

Mengapa Asiyah istri Fir’aun dijamin masuk surga oleh Allah Ta’ala, padahal suaminya Fir’aun pasti masuk neraka?Sebagaimana Allah SWT. berfirman yang artinya, “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” [2] Mengapa bisa terjadi demikian? Karena Asiyah istri Fir’aun, tidak menyukai perbuatan suaminya yang angkuh dan selalu memaksa istrinya untuk meninggalkan kebenaran. 

Keimanan beliau berawal dari kesaksian beliau atas mukjizat Nabi Musa as. di saat mengalahkan para tukang sihir suruhan Fir’aun. Beliau memantapkan hati bahwa kebatilan harus lenyap dan menyatakan beriman kepada Tuhannya Musa as. 

Dikisahkan dalam kitab ‘uqudul lujjani, Syek Nawawi al-Bantani menceritakan, bahwa Fir’aun marah dan tidak terima dengan keputusan istrinya. Asiyah diikat kedua tangan dan kedua kakinya pada empat tiang yang berjauhan. Dengan tubuh yang dijemur paksa menatap panas terik matahari, dia ditinggalkan seorang diri bagaikan bangkai kadal gurun yang terkapar di atas padang pasir. 

Namun, penderitaan Asiyah, perempuan malang tersebut belum berakhir. Beberapa saat kemudian, Fir’aun pun memerintahkan anak buahnya untuk melemparinya dengan batu-batu besar. Dalam keperihan hatinya, Asiyah yang yakin akan ketauhidannya, bertutur memohon,”Wahai Tuhanku, dirikanlah rumah untukku di sisi-Mu di dalam surga.” 

Seketika ia melihat sebuah rumah yang indah, terbuat dari marmer putih. Lalu, secepat kilat nyawa beliau pun dicabut, pergi meninggalkan jasadnya, sebelum batu-batu besar yang dilemparkan menimpa tubuh beliau. Sehingga, beliau pun tidak lagi merasakan sakit. 

Demikian pula dengan Fir’aun, seorang pemimpin yang otoriter, dia memperlihatkan kezaliman yang tiada batas. Ia tidak segan-segan untuk menyiksa bahkan membunuh siapa saja yang berseberangan dengan dirinya, tidak peduli istrinya sekali pun. 

Di dalam konteks rumah tangga, Fir’aun sedang memamerkan dominasi laki-laki, lebih di atas daripada perempuan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki atau pun perempuan, dan ia seorang mukmin, maka mereka itu akan masuk surga, dan mereka tidak akan dianiaya walaupun sebesar alur biji korma.” [3]

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda, “Jemaat saya hendaknya jangan berhenti pada ucapan-ucapan saja, melainkan hendaknya jadilah [jemaat yang] memenuhi tujuan-tujuan bai’at. Lakukanlah perubahan batiniah. Kalian tidak dapat menyenangkan Allah Ta’ala hanya dengan perbincangan-perbincangan agama saja. Jika tidak ada perubahan dalam diri, maka tidak akan ada beda antara kalian dengan pihak lain.” [4]

Dengan demikian wahai semua perempuan, marilah kita berusaha untuk perbaikan dan penyucian diri dengan keimanan dan ketalwaan. Yang mana ketakwaan itu sendiri mempunyai banyak bagian:

“Menahan diri dari kesombongan, egoisme, menonjolkan diri sendiri, dan menahan diri dari perilaku buruk, serta menahan diri dalam meraih harta dengan cara-cara yang terlarang, merupakan bentuk ketakwaan dan kesalehan.” [5]

Referensi:

[1] HR. Ibnu Hibban, Ahmad, Abu Ya’la, Ath-Thabrani, Abu Daud dan Al- Hakim

[2] QS. Al-Ghafir: 47 dengan Bismillah sebagai ayat pertama

[3] QS. An-Nisa 4: 125, dengan Bismillah sebagai ayat pertama

[4] Malfuzat jilid VIII, hlm. 188-189

[5] Khutbah Jum’at, Hz. Khalifatul Masih aba, 10 Juni 2016 di Masjid Baitul Futuh, London

Visits: 66

Ngatinem