
Rasa Takut Demi Merengkuh Ridha-Nya
Aku takut kehilangan dirimu
Aku takut, takut kehilanganmu
Aku takut kehilangan cintamu
Aku takut hidup tanpa dirimu
Aku tak akan bisa
Aku yang bisa gila
Bila kau pergi meninggalkanku …
***
Sebagian di antara kita pernah mendengar penggalan lirik di atas yang dipopulerkan salah satu band ternama tanah air. Ada yang merasa liriknya ‘lebay’, tapi ada yang langsung larut menyanyikannya. Lirik tersebut memiliki makna yang dalam, takut akan kehilangan sesuatu yang disayangi, entah itu orang tua, pasangan hidup, karier, jabatan atau rasa takut kepada Yang Maha Pemberi Kasih Sayang.
Sebagai manusia tentu kita memiliki rasa takut dan pernah mengalami berbagai macam ketakutan dalam hidup. Takut tak hanya kepada sesama manusia, juga takut kepada kekuatan dahsyat yang ada di alam semesta ini, seperti gunung meletus, angin puting beliung, banjir bandang, tsunami, wabah corona dan sebagainya.
Perasaan takut merupakan salah satu naluri manusia, sehingga kita bersegera dan rela melakukan apa saja agar dapat bermanfaat untuk bertahan hidup, mencari pelindungan dan memberi rasa aman. Tanpa rasa takut, mungkin kita melintasi semua yang ada di depan tanpa memikirkan risiko dan dampak akhirnya. Takut bisa saja menjadi energi positif jika dimaknai secara positif, demikian pula sebaliknya.
Sebagai seorang muslim yang mempunyai keimanan tinggi akan menuntutnya agar tidak takut kepada sesama manusia, tetapi rasa takutnya hanya untuk Allah Taála semata. Perasaan takut dapat timbul ketika seseorang ingat bahwa Allah mempunyai azab yang sangat pedih. Rasa takut juga mencegah dan menghalangi hamba-Nya dari melakukan maksiat, menghindari perbuatan-perbuatan dosa dan menjauhi perbuatan syirik.
Takut akan Allah merupakan salah satu bentuk penghormatan, kagum dan pasrah terhadap-Nya. Yang merasakannya akan selalu bersegera mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik yang Allah sukai, seperti menyegerakan melaksanakan ibadah shalat saat waktunya tiba, melaksanakan salat tidak tergesa-gesa, membaca Al-Qur’an dengan penuh pemahaman, bersedekah tanpa diminta, selalu bersikap ramah dan rendah hati kepada siapa pun serta melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang paling mulia, yaitu para Nabi ‘alahimus wassalam (artinya), “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al-Anbiya: 90)
Takut akan Allah Ta’ala menjadikan kita totalitas dalam beriman kepada Allah, dengan segala kerendahan hati sepenuhnya menyungkurkan diri dengan menghilangkan segala ego melakukan tindakan berpedoman atas perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan rasul-Nya. Hal ini merupakan sifat orang yang bertaqwa, Allah Ta’ala berfirman, “Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An-Nahl: 50)
Mari maknai rasa takut secara positif yang dapat mengantarkan kita meraih dan merengkuh rasa cinta paling tinggi, yaitu ridha Allah Ta’ala. Karena tujuan hidup kita hanya untuk Allah, yang ditakuti hanya Allah. Tanamkan di pikiran kita hanyalah Allah semata dan berusaha untuk tidak memikirkan dunia dan pandangan manusia.
Sehingga, hal ini mendorong kepada amal saleh, seperti bersikap rendah hati dalam setiap tindakan, beribadah shalat, puasa, sedekah dan pengorbanan harta lainnya hanya mengharap ridha Allah Taala semata, tanpa ada secuil pun untuk dijadikan riya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., “Ada kebesaran dalam rasa takut akan Allah, kepuasan dalam beriman kepada Allah, dan kehormatan dalam kerendahan hati.”
Semoga kita dapat melakukan segala sesuatu karena Allah, sebagai tanda kualitas keimanan, Insyaallah kelak kita akan mendapatkan kehormatan dan derajat tinggi di hadapan Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala menjanjikan surga kepada orang yang takut kepada-Nya. Sebagaimana Dia berfirman, “Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan (diri) dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya.” (QS An-Nazi’at [79]: 40-41)
Views: 165