
Revolusi Diri Menjauhi Laghaw
‘Waktu berjalan begitu cepat, pagi baru saja pergi siang sudah menjelang. Tahu-tahu sore hari. Padahal banyak pekerjaan yang menumpuk. Apa jamnya yang salah?’
Semua memiliki waktu yang sama, 24 jam dalam sehari semalam. Jadi, mengapa terkadang kita merasa waktu begitu singkat bahkan tidak cukup untuk melakukan semua pekerjaan?
Waktu bukan sesuatu yang dapat kita lihat atau kita hentikan berputar sesuai kehendak hati bahkan diulang sesuai dengan kondisi dan keinginan. Yang menjadi masalah utama adalah untuk apa semua waktu yang kita punya? Karena pada masanya, waktu pun akan dimintai pertanggungjawabannya.
Allah Swt. sudah memberikan rambu-rambu-Nya dalam mengelola waktu. Firman-Nya, “Dan mereka yang menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia.” (Q.S. Al-Mu’minun 23:4) Firman di atas dijelaskan oleh tafsir Al-Qur’an bahwa berpaling dari segala macam percakapan dan khayalan tak berguna dan dari amal perbuatan yang sia-sia adalah percuma dan tidak bermanfaat telah menjelaskan prinsip laghaw.
Setiap orang memaknai laghaw atau perbuatan yang sia-sia serta tidak bermanfaat akan berbeda-beda tergantung kondisi rohani. Segala sesuatu yang dapat memalingkan dan menghalangi manusia untuk melakukan hal yang lebih penting dari tujuan diciptakannya manusia itulah salah satu definisi laghaw.
Begadang malam pada internet browsing berbagai situs, scrolling FB, Tiktok yang mengakibatkan terlambat salat subuh juga termasuk perbuatan yang sia sia. Sekedar duduk-duduk, chatting dengan lawan jenis yang pada akhirnya membawa keburukan-keburukan termasuk juga perbuatan sia sia. Allah Swt. melarang semua itu. Setiap diri kita seharusnya senantiasa menyadari bahwa Allah Swt. selalu memperhatikan.
Apabila kesadaran ini tercipta maka akan menimbulkan rasa takut pada Allah dan akan berusaha menjauhi perbuatan buruk dan sia sia. Karena perbuatan ini secara perlahan akan menurunkan derajat kerohanian serta terjajah oleh nafsu. Setan membuat manusia tidak merdeka untuk terbebas dari segala yang sia-sia.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Orang yang merdeka adalah orang yang terbebas dari perbuatan dan perkara-perkara yang sia-sia, obrolan sia-sia, majelis-majelis yang sia-sia, hubungan yang sia-sia dan pergaulan yang sia-sia.”
Segala hal yang sudah disebutkan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. saling berkaitan satu sama lain. Satu perbuatan laghaw akan membawa kita pada perbuatan laghaw lainya. Semua itu dapat timbul karena kita bergaul dengan orang orang yang laghaw dan duduk di majelis mereka.
Alangkah baiknya bila kita bisa menggunakan semua sarana untuk menebar dan berbagi kebaikan. Kemerdekaan yang Allah Swt. berikan kita isi dengan hal-hal yang membuat-Nya tersenyum menyaksikan amalan makhluk-Nya. Sehingga tujuan penciptaan manusia mendapatkan penzahiran dalam wujud ibadah.
Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menasehatkan bahwa seyogyanya kita mendirikan salat dengan penuh khusyu, maka secara otomatis akan menjauhi perbuatan. Jika salat dilakukan dengan benar, maka perbuatan laghaw pasti akan ditinggalkan dan akan mendapatkan keselamatan dari dunia yang kotor lalu kecintaan pada dunia akan mendingin kemudian akan timbul kecintaan pada Tuhan.
Ingatlah bahwa orang bijak akan selalu melihat manfaat dan kerugian sebelum bertindak atau mengambil keputusan. Selain itu, seorang mukmin sejati adalah dia yang bertindak dengan kebijaksanaan dan tidak hanya memperhitungkan konsekuensi setiap tindakan, tetapi juga berfokus pada manfaat agama atau bahayanya.
Seorang mukmin akan selalu memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil harus sesuai dengan ajaran Islam dan dalam batas-batas yang ditentukan syariat. Semoga kita senantiasa dapat menggunakan waktu dengan bijak yang dapat membawa keselamatan baik di dunia maupun akhirat.
Visits: 75