
SABAR: KUNCI DALAM MENGHADAPI MUSIBAH
Salah satu bukti manusia tak kuasa secara mutlak dalam hidup ini adalah hadirnya musibah dalam perjalanan hidup. Namun demikian, sebagian besar manusia masih menjadikan tolak ukur akal dalam menimbang dan menentukan segala sesuatu termasuk musibah, sehingga alih-alih ingat dan kembali kepada Allah, sebagian malah semakin jauh dari ketentuan Islam.
Ketika anak secara mendadak terjatuh, luka bagian kepala dan mengucurkan darah segar begitu banyak, membuat siapapun yang melihatnya akan shock. Sebagian orang tua langsung menghardik buah hatinya, “Ya Allah, kenapa sampai seperti ini? Kamu kok gak hati-hati, kan tadi mama sudah bilangin, jangan di situ!” Padahal, musibah terjadi tanpa ada satu pun manusia yang mengetahui.
Setiap musibah yang datang merupakan ketentuan dan ketetapan dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, seyogyanya kita menerima musibah dengan lapang dada dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Sebab musibah yang datang tidak mungkin berjalan terus-menerus tanpa adanya jalan keluar. Dan salah satu jalan keluar yang paling ampuh untuk menghadapi musibah adalah dengan bersabar.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anakku, dirikanlah salat, suruhlah orang berbuat baik dan cegahlah dari berbuat munkar, dan sabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan perkara-perkara yang memerlukan tekad yang kuat.” [1]
Dalam Islam, sabar tidak hanya menahan diri dari keluhan dan keputusasaan saat menghadapi kesulitan atau musibah, tetapi sabar juga berarti tenang dan berserah diri kepada kehendak Allah Ta’ala. Bukan berarti seseorang tidak boleh merasa sedih atas musibah yang menimpanya, namun hal itu hendaknya diikuti dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki amal lebih dari pada sebelumnya.
Seorang mukmin sejati hendaknya senantiasa menyerahkan dirinya pada kehendak Ilahi; inilah kesabaran yang hakiki. Jika seperti ini keadaannya maka akan memperoleh ganjaran dan nikmat dari-Nya. Hadhrat Masih Mau’ud as. Bersabda, “Hamba-hamba sejati Allah senantiasa merasakan kenikmatan-kenikmatan bahkan saat tertimpa musibah karena mereka dapat melihat karunia Allah Ta’ala yang terus-menerus dan tak terbatas.
Beliau as. Juga menjelaskan, “Orang mukmin tidak mendapatkan berbagai kesulitan sebagai akibat dari dosanya. Pada hakikatnya masa-masa sulit tersebut merupakan ujian bagi mereka dari Allah Ta’ala sehingga dunia dapat melihat bahwa orang-orang ini senantiasa _qana’ah_ dan bahagia dalam berbagai kondisi.” [2]
Bagi seorang mukmin, tertimpa musibah dan mendapatkan kesenangan sama-sama berakhir dengan kebaikan, karena keduanya merupakan ujian. Suatu musibah, jika dihadapi dengan sabar maka akan mendapatkan kebaikan dan pahala. Demikian pula kesenangan jika dihadapi dengan syukur maka itu juga berbuah kebaikan yang tentunya diiringi pahala.
Hadhrat Rasulullah saw. Bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya, apabila tertimpa kesusahan dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” [3]
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam kondisi apapun, baik senang ataupun sedih kita harus tetap bersyukur dan bersabar serta yakin bahwa Allah Ta’ala senantiasa menjaga dan mengarahkan kita pada hal-hal yang baik.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sabar dan senantiasa menjadikan kita terus meningkatkan amalan kita dan tidak berpaling dari-Nya. Inilah cara untuk meraih kemajuan yang lebih cepat. Insya Allah.
Referensi:
[1] QS. Lukman 31: 18
[2] ahmadiyah.id/khotbah/2015-10-02-intisari-dari-adanya-ujian-dan-cobaan
[3] HR. Muslim, no. 2999
Views: 59