
Senjata Kasih Sayang Mampu Menaklukkan Musuh
Seperti telah kita ketahui bahwa ajaran Islam merupakan rahmatan lil ‘aalamin yaitu ajaran yang mengajarkan pemberian rahmat atau kasih sayang bagi pengikutnya di seluruh alam. Karena ajaran Islam lebih mengedepankan aspek hati, segala perbuatan harus selaras dengan amalan sehingga akan memberikan keselamatan bagi umat yang sungguh-sungguh menjalaninya sesuai yang diajarkan al-Qur’an dan hadits.
Keindahan dalam ajaran Islam mengajarkan adanya sikap pemaaf, rasa kasih sayang serta damai baik dalam hablum minnallah maupun hablum minannas. Sangat menjauhi sikap kekerasan, zalim, bahkan pendendam.
Hal ini selaras dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Surah Asy-Syura: 54 yang artinya, “Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”
Selanjutnya Allah Ta’ala menegaskan dalam Al-Quran Surah Fussilat: 34 yang artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.”
Salah satu pahlawan wanita yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia yaitu Cut Nyak Dien, pun menyampaikan hal serupa, “Dalam menghadapi musuh, tak ada yang lebih mengena daripada senjata kasih sayang.”
Musuh terbesar manusia yang sebenarnya adalah nafsunya sendiri. Kala sudah bisa merdeka dari cengkeraman nafsunya, maka musuh sebengis apapun akan takluk dengan senjata kasih sayang. Merdeka mengambil sikap akan memancarkan akhlak dari seseorang, karena dia sudah bisa memaknai kemerdekaannya dengan berpikir sebelum bertindak.
Masa peperangan memberikan gambaran yang sempurna tentang ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah saw. yang lebih menekankan untuk memaafkan musuh-musuhnya. Rasulullah saw. tidak pernah menyimpan dendam. Hal ini ditunjukkan pada sikap beliau ketika menghadapi musuh saat Perang Uhud. Sebuah bukti sifat pemaaf dan tidak pendendam Rasulullah saw. ditunjukkan pada masa perang tersebut.
Kala itu, Rasulullah saw. terluka dan jatuh tersungkur. Hal ini tentu saja membuat marah para sahabat. Salah satu dari mereka meminta beliau untuk memohon kepada Allah Swt. agar membinasakan musuh-musuh yang telah menyebabkan beliau tersungkur.
Sudah barang tentu ini merupakan hal yang sangat mudah untuk Rasulullah saw. Beliau adalah manusia yang paling dicintai oleh Allah Swt. Apa saja permintaannya pasti akan dikabulkan oleh Allah Swt. Namun, beliau tidak melakukannya.
Sebaliknya, Rasulullah saw. malah berkata kepada para sahabat, “Aku tidak diutus untuk mencelakakan manusia, tetapi aku diutus sebagai penyeru kebaikan dan menanamkan kasih sayang. Ya, Allah! Berilah petunjuk umatku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Dari cerita ini, dapat diketahui betapa pemaaf dan tanpa dendamnya hati Rasulullah saw. Bahkan ketika perang pun, beliau saw. tetap akan memaafkan dan mendoakan musuhnya.
Sesungguhnya kebaikan dan keindahan itu tidak saja tampak pada ajarannya tetapi juga pada tauladan kehidupan Rasulullah saw. sehari-hari. Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk mengamalkan tauladan yang Rasulullah saw. ajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
Views: 212