Senyum Bernilai Ibadah

Menangis, tertawa, sehat, sakit, sedih, bahagia merupakan rasa yang selalu silih berganti, karena sejatinya kehidupan manusia senantiasa dinamis. Kondisi hati manusia tidak akan pernah sama, kadang lapang maupun sempit.

Namun kita memiliki kuasa untuk merespons segala kondisi yang kita alami. Wajah dan mimik muka merupakan sarana utama yang menggambarkan kondisi hati. Sebuah senyuman mampu menjadi obat hati, penenang jiwa, dan menghadirkan perasaan bahwa semua akan baik-baik saja. Senyuman dapat menenangkan hati dalam segala kondisi. Ia menjadi magnet pemantik yang tidak hanya bermanfaat bagi si pemberi, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi yang menerima.

Kegembiraan dapat lahir dari sebuah senyuman, sebab ia mampu memicu hormon endorfin yang menumbuhkan rasa senang dalam hati serta menghadirkan rasa syukur yang tinggi.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak dapat menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia.” [1]

Senyuman itu mahal bagaikan intan dan berlian, bahkan lebih mahal dari itu. Maka sangatlah tepat dan cerdas apabila seseorang memilih senyuman dibanding harta, sebab senyuman adalah karunia yang senantiasa membawa kebaikan. Apalah arti sebuah harta apabila jiwa dan hati terasa sempit. Bahkan dunia dan seisinya tidak akan berarti apa-apa saat manusia selalu bersedih dan bermuka masam.

Tersenyum bukan hanya cerminan kebahagiaan, melainkan juga salah satu ciri khas yang senantiasa ada dalam diri Rasulullah saw. Kita tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi beliau. Sisi kebesaran itu tampak dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya, termasuk dalam menggunakan berbagai sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang pada setiap kesempatan.

Salah satu sarana terbesar dan senjata utama Rasulullah saw. dalam berdakwah adalah gerakan yang tidak membutuhkan biaya besar, tidak memerlukan tenaga berlimpah, tidak harus mengangkat pedang atau menumpahkan darah, namun luar biasanya dapat dilakukan setiap orang. Sebuah hal yang tampak ringan tetapi berpengaruh besar, yaitu senyuman yang meluncur dari bibir dan meresap ke dalam relung hati.

Senyuman itulah yang senantiasa terpancar dari wajah Rasulullah saw. Beliau selalu tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya, musuhnya, bahkan ketika menahan amarah, senyum penuh kedamaian selalu nampak pada wajah beliau. Muhammad saw. telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyumannya. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman, menumbuhkan harapan, menghilangkan sikap keras hati, serta memerintahkan umatnya untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan, beliau menjadikan senyuman sebagai lahan untuk berlomba dalam kebaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” [2]

Dalam ajaran Islam, sedekah seringkali dipahami sebatas pemberian harta benda kepada yang membutuhkan. Namun Rasulullah saw. memperluas makna sedekah hingga mencakup hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh, yaitu senyuman. Beliau bersabda, “Janganlah engkau meremehkan sedikitpun dari kebajikan, meskipun hanya dengan bermuka ceria saat bertemu dengan saudaramu.” [3]

Hadits ini mengungkapkan bahwa sedekah tidak selalu berupa materi. Tidak semua orang memiliki harta berlimpah untuk disedekahkan, tetapi semua orang memiliki kemampuan untuk tersenyum. Kebaikan yang tulus meskipun kecil memiliki nilai besar di sisi Allah Swt. Mari kita jadikan senyum sebagai kebiasaan, karena dengan satu senyuman kita bukan hanya menabung pahala, tetapi juga menyebarkan kebahagiaan serta menciptakan dunia yang lebih ramah.

Daftar Referensi
1. Abu Dawud. Sunan Abi Dawud, Hadits No. 1289. Riyadh: Darussalam.
2. At-Tirmidzi, Imam. Sunan at-Tirmidzi, Hadits No. 1956. Riyadh: Darussalam.
3. Muslim, Imam. Sahih
4. Muslim, Hadits No. 2626. Beirut: Dar Ihya al-Turath al-Arabi.

Views: 111

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *