
Stop Ghibah, Hiasi Hidup dengan Kebaikan
Islam sebagai rahmatan lil a’lamin mengajarkan kepada umatnya untuk tinggal bermasyarakat dengan saling mengasihi di antara sesama, serta menekankan untuk senantiasa menampilkan akhlak mulia dalam masyarakat. Namun, sebagai insan lemah tentu saja manusia tak luput dari kekurangan dan kesalahan. Terkadang, manusia kerap mencari kelemahan dan kesalahan saudara-saudara, tetangga, atau orang lain yang tinggal di lingkungan masyarakat, kemudian menyebarkannya baik sengaja maupun tidak sengaja, disebabkan kecewa, iri, dengki, bahkan cemburu.
Terdapat sebuah kisah manakala Hadhrat Aisyah ra. Merasakan cemburu terhadap istri Hadhrat Rasulullah saw yang lain, Hadhrat Shafiyah ra. Kala cemburu melanda, Hadhrat Aisyah ra. Berkata buruk di hadapan Nabi saw bahwa Shafiyyah adalah perempuan yang pendek. Hadhrat Rasulullah saw bersabda,
“Aisyah engkau telah mengatakan sebuah kalimat yang apabila dicampur dengan air laut, maka kalimat itu akan mengeruhkannya.”
Hadhrat Aisyah ra berkata, bahwa hal ini (menggunjing) bertujuan menghina sudah biasa dilakukan oleh manusia secara umum. Nabi saw bersabda,
“Aku tidak suka menceritakan keadaan manusia bahwa aku seperti ini dan itu.” [1]
Menggunjing atau ghibah dapat meruntuhkan kehormatan orang lain serta menghancurkan kerukunan dan perdamaian dalam tatanan hidup masyarakat. Di era digital sekarang, keburukan ghibah sering kita temui baik di dunia nyata maupun dunia maya. Bahkan, di tahun 2018 tokoh fiktif bernama Bu Tedjo viral melalui sebuah film pendek berjudul “Tilik”. Karakter Bu Tedjo diciptakan sebagai refleksi masyarakat Indonesia saat ini. Beliau menjadi eponim untuk menjelaskan sifat suka pamer, iri, dan gemar berghibah. Sayang, karakter Bu Tedjo divisualisasikan dengan sosok perempuan yang berhijab. Sungguh ironis, muslimah yang seharusnya menampilkan sifat sattar (menutupi aib orang lain), justru menjadi ikon sifat ghibah. Naudzubillah min dzalik.
Allah SWT melarang umatnya untuk berbuat aniaya dan perbanyak berbuat baik. Setiap kebaikan yang dilakukan dengan tujuan meraih ridha Allah Ta’ala akan menghapus keburukan, sebagaimana firman-Nya:
“Dan dirikanlah shalat pada kedua penghujung siang dan pada beberapa bagian malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapus keburukan-keburukan. Ini adalah suatu peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat.” [2]
Hendaknya setiap orang memperhatikan kebaikan-kebaikan serta kenikmatan dengan mendirikan shalat. Berupayalah untuk mendirikan shalat seperti shalatnya orang-orang mukhlis dan muhsin. Allah Ta’ala menyebut shalat sebagai suatu kebaikan adalah shalat yang didirikan dengan ruh kebenaran sehingga menimbulkan kebaikan. Shalat yang seperti itulah yang dapat menghapus keburukan-keburukan. Jika ada seseorang yang senantiasa shalat, tapi juga kerap berbuat buruk, itu disebabkan shalat yang dilakukannya hanya mengikuti gerakan sebagai suatu tradisi dan dalam keadaan terpaksa. [3]
Orang yang beriman tidak mengatakan suatu yang dapat menciptakan masalah atau gangguan atau kerusakan dalam masyarakat. Bahkan, ia akan menjauhi keburukan seperti menggunjing. Sebaliknya, ia akan berusaha menerapkan sifat Sattar dengan menutupi aib atau kelemahan orang lain.
Dari Abu Hurairah ra, Hadhrat Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” [4]
Banyak manusia melakukan keburukan karena dipengaruhi lingkungan yang rusak. Kerusakan itu cepat atau lambat pasti mempengaruhinya. Karena itu, orang beriman dianjurkan untuk berada dalam lingkungan yang baik agar dapat saling mengingatkan jika melakukan keburukan. Berupayalah untuk menciptakan perubahan dalam diri dan ciptakanlah kesucian dalam hati hingga kebaikan-kebaikan menghiasi kehidupan sehari-hari. Semoga kita dapat menjadi pribadi-pribadi Muslim dan Muslimah yang mencerminkan Islam sebagai penebar kebaikan dan kedamaian.
Referensi:
[1] Abu Dawud dan Ahmad ibn Hanbal. Sunan Abi Dawud dan Musnad Ahmad, Hadits No. 4875 dan No. 25168. Riyadh: Darussalam.
[2] Al-Qur’an. Surah Hud, 11:115.
[3] Ringkasan Khotbah Jumat Hakikat Shalat oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad di Masjid Baitul Futuh London, 15 April 2016
[4] Muslim. Shahih Muslim, Hadits No. 2590. Riyadh: Darussalam.
Visits: 73