TEKAD MENIMBA ILMU TAK TERJEGAL USIA

Usianya sudah tak muda lagi tapi semangatnya mencari ilmu tak kalah dengan anak muda. Meski mata mulai rabun, ingatan tak lagi tajam bahkan pendengaran pun mulai berkurang tapi hasratnya untuk menyambut seruan Yang Mulia Hadhrat Rasulullah saw. untuk menuntut ilmu menjadi booster , terutama dalam belajar Al-Qur’an.

Ternyata pendiri Jemaat Ahmadiyah pun menyerukan hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh pria tua tadi. Beliau as. bersabda:

“Dalam umur berapapun jangan pernah lalai dalam menuntut ilmu, dan sepatutnya jangan berputus asa.” [1]

Tak ada alasan untuk terlambat dalam menuntut ilmu. Apalagi di zaman sekarang dengan kemajuan teknologi ilmu bertebaran dimana-mana, bahkan berada dalam genggaman tangan. Jadi seharusnya membuat tambah semangat dalam mencari ilmu. Sayangnya kemajuan teknologi ini justru membuat banyak orang tambah larut dalam hal yang sia-sia.

Allah SWT. di dalam Al-Qur’an sudah menggarisbawahi bahkan memberikan penghargaan yang begitu tinggi kepada orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.” [2]

Penghargaan Allah SWT. begitu luhur terhadap orang-orang yang berilmu, karena dengan ilmu manusia bisa mencapai keinginannya. Ilmu bisa membuat manusia mendapatkan kehormatan bahkan bisa mencapai puncak-puncak keridhaan Allah SWT. bila semuanya diniatkan untuk mengkhidmati agama.

Semua ilmu sejatinya haruslah bermuara pada pengkhidmatan agama. Merupakan hal yang sangat penting bahwa untuk mengkhidmati agama perlu untuk menguasai ilmu pengetahuan duniawi dengan baik, bahkan yang paling canggih sekalipun. Kita harus berjuang untuk tujuan itu. Akan tetapi perlu diingat bahwa, ketika telah menguasai satu sisi pengetahuan lalu terlena dan tidak mempunyai waktu serta niat untuk mencurahkan sebagian waktunya bersama orang-orang suci atau dirinya pun luput dari cahaya rohani, akhirnya mereka telah berbuat kesalahan dan menyimpang dari Islam. Hadhrat Masih Mau’ud as. berpesan, “Pencapaian dari ilmu-ilmu ini dapat berguna jika seseorang itu sangat mukhlis dan berkeinginan mengkhidmati agama dan telah menjadi sahabat seorang yang telah diberkati ilmu samawi.” [3]

Keberadaan ilmu seharusnya menjadi jalan bagi manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Makanya tak heran bila kewajiban menuntut ilmu menjadi salah satu yang harus dijalankan oleh setiap Muslim. Menuntut ilmu tidak mengenal _gender_, juga tidak mengenal usia karena Islam sudah menekankan untuk mencari ilmu mulai dari buaian sampai masuk liang lahat. Artinya siapapun, kapanpun dan dimanapun carilah ilmu.

Perlu diingat bahwa ilmu yang diinginkan oleh Allah SWT. adalah ilmu yang membawanya untuk mengenal keberadaan Sang Pencipta. Pengetahuan hakiki tidak hanya menghasilkan takwa tetapi juga menimbulkan keinginan untuk beribadah kepada Tuhan. Ada sebagian orang malang yang menyibukkan diri dalam memperoleh pengetahuan sehingga menyimpang dari hukum takdir. Sebaliknya sebagian lagi percaya kepada takdir tetapi menolak untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Al-Qur’an Karim menginginkan manusia memperoleh pengetahuan yang benar, karena dengannya dapat melahirkan takwa sehingga akan menjadikannya bertambah dalam kesadaran untuk semakin memahami kebesaran Tuhan yang membuat semakin besarnya kecintaan kepada-Nya. Hal ini akhirnya menyebabkan manusia memahami serta menerima hukum takdir yang memberikannya kepuasan dan kebahagiaan, dengan kata lain memperoleh keselamatan. [4]

Perlu disadari bahwa keberadaan kita di alam dunia ini tak lain untuk mengenal Wujud-Nya. Ilmu menjadi satu sarana dalam mengenal Wujud-Nya. Bila semua ilmu yang diperoleh semuanya ditujukan untuk pengkhidmatan pada agama maka keberadaan kita diharapkan bisa sampai pada keridhaan Allah SWT.

Referensi:
[1] Hadhrat Masih Mau’ud as.
[2] QS. Al-Mujadalah 58: 12
[3] Malfuzat, Vol. I, hal. 66
[4] Malfuzat, Vol. I, hal. 215

Views: 14

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *