TUJUAN AGAMA: KESATUAN UMAT MANUSIA YANG BERMANFAAT BAGI SESAMA

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, ketika seseorang berinteraksi dengannya maka Islam mengatur agar dirinya membawa manfaat bagi sekitarnya. Konsep bahwa manusia harus bermanfaat untuk orang lain dapat dipahami dari berbagai perspektif, termasuk nilai-nilai moral, kesejahteraan sosial, dan psikologis. Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Sudah sepantasnya sebagai manusia kita saling membantu dan berguna bagi satu sama lain.

“Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menerima dan tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” [1]

Hadits ini memberikan panduan yang sangat jelas kepada kita bahwa nilai seorang manusia tidak diukur dari harta, jabatan, atau keturunan, akan tetapi dari seberapa besar manfaat yang ia berikan kepada orang lain. Kebermanfaata itu bisa berupa ilmu, bantuan, nasihat, doa, atau sekadar senyum yang menyejukkan hati.

Keberadaan manusia sebetulnya ditentukan oleh kemanfaatannya pada yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan maka balasannya juga akan kembali. Begitu pula jika kita memberi manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali pada diri kita sendiri. Dengan melakukan suatu kebaikan yang bermanfaat bagi sesama akan melahirkan kebaikan lainnya. Demikian pula suatu keburukan akan menimbulkan keburukan lainnya. Sebagaimana suatu benda menarik yang lainnya, seperti itu pulalah masalah tarik-menarik itu telah ditanamkan oleh Allah Ta’ala di dalam setiap perbuatan.

Mari kita perhatikan bagaimana Baginda Rasulullah saw. menjalani kehidupannya. Beliau saw. adalah teladan utama dalam menebarkan manfaat. Tidak ada seorang pun di sekitarnya yang merasa terabaikan. Hadhrat Rasulullah saw. memberi makan yang lapar, menghibur yang sedih, membela yang lemah, dan memuliakan yang hina. Bahkan dalam dakwahnya, beliau bersabar menghadapi caci maki dan kekerasan demi menyampaikan kebaikan. Semua itu beliau lakukan karena cintanya kepada umat manusia, beliau ingin semua manusia mendapatkan cahaya petunjuk dan keselamatan.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT. berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّارَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ۝١٠٧

Artinya: Dan kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad saw.), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. [2]

Makna “rahmat” di sini mencakup seluruh bentuk manfaat dan kebaikan, baik untuk manusia, hewan, maupun lingkungan. Maka sudah sepatutnya kita sebagai umat Baginda Nabi Muhammad saw. meneladani akhlak beliau dengan menjadi pribadi yang membawa rahmat bagi sesama. Ada banyak cara kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat, sesuai dengan kemampuan dan peran kita masing-masing, contohnya seperti menjadi orang yang suka menolong, menyebarkan ilmu yang bermanfaat, menjaga lingkungan dan alam.

Ringkasnya, sekedar ucapan-ucapan lidah belaka tidaklah ada gunanya, jadi hendaknya manusia pertama-tama memberlakukan penderitaan atas dirinya supaya Allah Ta’ala menjadi ridha. Jika dia melakukan seperti itu, maka Allah Ta’ala akan memperpanjang umurnya. Tidak ada pertentangan dalam janji-janji Allah Ta’ala.

Dia telah berjanji: “Wa ammaa maa yanfa’un naasa fa yamkutsu fil ardhi.”

Artinya,

“Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” [3]

Itu sungguh benar, pada umumnya demikianlah kaidah yang berlaku. Yakni, benda-benda yang berguna tidak akan dibuang. Kuda, sapi, kerbau, kambing, jika berguna serta mendatangkan manfaat, maka siapa yang akan menyembelihnya? Namun, apabila binatang itu menjadi tidak berguna lagi, dan tidak bermanfaat untuk apapun, maka obatnya yang terakhir adalah menyembelihnya. Dan orang-orang mengerti, jika tidak ada lagi gunanya, maka kulitnya akan terjual dua atau empat rupis, dan dagingnya pun akan berguna. Demikian pula, tatkala manusia sudah tidak berguna lagi pada pandangan Allah Ta’ala, dan tidak ada manfaat yang timbul dari dirinya bagi orang lain, maka Allah Ta’ala tidak peduli terhadapnya. Bahkan dia akan dibinasakan seperti sesuatu yang tidak berguna. Allah Ta’ala senantiasa menyayangi hamba-hamba-Nya yang baik. Umur mereka dipanjangkan dan di dalam perniagaan mereka ditanamkan berkat. Allah tidak membuang mereka. Dan tidak membuat mereka mati dalam keadaan terhina.

Namun, orang yang tidak menghormati petunjuk-petunjuk Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala akan menghancurkannya. Inilah rahasia untuk memperoleh berkat bagi manusia. Yakni, dia terus menerus menghindarkan diri dari keburukan-keburukan. Orang seperti ini, dimanapun ia tinggal, layak untuk dihargai. Sebab, darinya timbul kebaikan, dia menyikapi orang-orang miskin dengan baik. Dia bersikap kasih sayang terhadap tetangga. Dia tidak berbuat hal-hal yang jahat, dia tidak membuat perkara-perkara pengadilan dengan tuduhan-tuduhan palsu. Dia tidak memberi kesaksian-kesaksian palsu. Melainkan, dia mensucikan hatinya. Dan dia menyibukkan diri ke arah Allah Ta’ala. Dan dia disebut sebagai Wali Allah.

Menjadi Wali Allah tidaklah mudah, melainkan sangat sulit sebab, untuk itu manusia terpaksa harus meninggalkan keburukan-keburukan. Dan mutlak agar meninggalkan kehendak-kehendak serta dorongan-dorongan nafsu. Dan itu merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Meninggalkan kelemahan-kelemahan di bidang akhlak dan meninggalkan keburukan-keburukan kadang-kadang menjadi sangat sulit.

Takabur, kikir, sombong dan akhlak-akhlak buruk lainnya juga mengandung unsur syirik di dalam zatnya masing-masing. Orang yang terlibat dalam akhlak-akhlak buruk tersebut, tidak akan mendapatkan bagian dari karunia-karunia Allah Ta’ala. Melainkan, mereka akan tetap luput, sebaliknya, orang yang sederhana dan merendahkan diri, dia akan menjadi sasaran kasih sayang Allah Ta’ala. [4]

Referensi:

[1] HR. Ahmad

[2] QS Al-Anbiya 21:108

[3] QS Ar-Ra’d 13: 18

[4] Malfuzat, Add. Nazir Isha’at, London, 1984, jld. VI, hal. 399-401/MI 15.03.2001

Views: 35

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *