Ungkapkan Cinta, Bangunlah Bahagia

“Ya, Humaira!” Sebuah panggilan yang hingga berabad-abad setelahnya, umat Muslim tahu benar kepada siapa panggilan ini dialamatkan. Dialah Hazrat Aisyah ra., istri Rasulullah s.a.w. yang menerima panggilan sayang ini. Cukup satu kata diucapkan Rasulullah s.a.w,  dan Hz. Aisyah r.a. akan selalu tahu bahwa dirinya dicintai sang kekasih. 

Seringkali kita dengar ucapan “action speaks louder than words”, tindakan berbicara lebih lantang daripada kata-kata. Sehingga ada orang-orang yang memiliki anggapan kalau membuktikan sesuatu cukup dengan tindakan dan tingkah laku, tidak perlu ditegaskan dengan kata-kata. Termasuk dengan cinta. 

Tapi prinsip ini justru dibantah oleh Imam Malik. Beliau berkata, “Wanita suka dengan perhatian dan mereka suka diberi tahu dengan jelas bahwa mereka dicintai. Maka jangan pelit dalam mengekspresikan cinta kepada istrimu. Jika kamu membatasi diri dalam mengekspresikan cintamu, maka kamu akan menciptakan penghalang yang keras antara kamu dan dia, dan itu akan mengurangi kasih sayang.”

Apakah benar demikian?

Islam senantiasa mengajarkan umatnya untuk menyelaraskan tindakan dengan ucapan. Secinta-cintanya kita kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah s.a.w., selama kita tidak mengucapkan syahadat, maka cinta kita tak diakui. Begitupula sebaliknya, sebanyak apapun kita menyatakan syahadat dan menyatakan cinta kita kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah s.a.w., bila kita tidak melaksanakan amal ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya dan dicontohkan Rasulullah s.a.w., maka cinta kita hanyalah omong kosong belaka. Karena itulah, cinta bukan hanya perkara tindakan, tapi ia pun harus ditegaskan melalui perkataan. 

Dalam perkara hubungan rumah tangga, ajaran Islam untuk mengungkapkan cinta pun tak luput dari perhatian. Rasulullah s.a.w. mencontohkan hal ini, sebagaimana beliau s.a.w. memiliki panggilan sayang untuk istri beliau, Hz. Aisyah r.a. 

Dalam kesempatan lain, Hz. Aisyah r.a. juga menceritakan bagaimana Rasulullah s.a.w. mengekspresikan cintanya kepada istri-istrinya. Seperti yang diriwayatkan Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Bahwasanya Nabi Muhammad s.a.w. pernah mencium sebagian istrinya lalu beliau pergi sholat dan tidak wudhu lagi.” (HR. Ahmad)

Pecinta sejati Rasulullah s.a.w., Hz. Al-Masih Al-Mau’ud Mirza Ghulam Ahmad a.s. pun memiliki hati dan sikap yang begitu lembut dalam memandang dan memperlakukan sang istri, Hz. Amma Jan Sayyidah Nusrat Jahan Begum r.a. Dalam satu percakapan mereka, Hz. Amma Jan pernah menyatakan, “Aku selalu berdoa semoga aku tak akan pernah melihat makam Tuan dan semoga Allah Ta’ala memanggilku lebih dulu.” Namun, Hz. Masih Mau’ud a.s. menyatakan, “Aku senantiasa berdoa semoga engkau akan hidup lama setelah kepergianku dan semoga aku meninggalkanmu dengan damai.” (Hadrat Amman Jan r.a., 2011, hlm. 51)

Hz. Al-Muslih Al-Mau’ud Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. pun tak luput dari sikap romantis ini. Beliau r.a. pernah menulis surat kepada istri beliau, Hz. Sayyidah Maryam Ummu Tahir (ibu dari Huzur IV r.h.) dalam satu perjalanan beliau r.a. ke Italia. Beliau menggambarkan betapa menakjubkannya Italia, betapa indahnya Roma, arsitekturnya luar biasa, begitu banyak sejarah terpahat di sini. Namun beliau menulis, “Walaupun demikian, Roma adalah tempat yang indah. Namun, ia tetap tampak sunyi tanpamu.” (Dikisahkan dalam salah satu sesi Ijtima MKA USA tahun 2016)

Berbagai contoh sikap romantis yang ditunjukkan para utusan Allah Ta’ala ini membuktikan bahwa cinta haruslah diungkapkan, baik melalui tindakan, maupun dengan kata-kata. Ekspresi cinta akan semakin melekatkan ikatan antara suami dan istri, yang akan semakin menguatkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Dan hanya dari rumah tangga yang berlimpah cinta lah, setiap individu di dalamnya akan memiliki jiwa yang tidak saja sehat dan bahagia, tetapi juga mampu menebarkan gelombang cinta ke sekitarnya. 

Karena itu, jangan malu atau segan mengungkapkan cinta kepada orang-orang terkasih yang pantas mendapatkannya. Kuatkanlah bangunan rumah tangga kita dengan cinta yang tidak saja ditunjukkan lewat perbuatan, tetapi juga kata-kata. 

Visits: 242

Lisa Aviatun Nahar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *