
WAHYU PERTAMA HADHRAT MASIH MAU’UD AS. DAN KETENANGAN JIWA
Sebagai seorang Ahmadi, pastilah setiap anggota mengetahui wahyu pertama yang diterima oleh Yang Tercinta Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, yang berbunyi,
ألَيَسََ هاللََّ بكِا فَ عَبدَ ههَ
“Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?” [1]
Wahyu ini diturunkan oleh Allah Taala saat Beliau as mengalami duka yang sangat mendalam akan kewafatan ayahanda Beliau, Hadhrat Mirza Ghulam Murtada pada tahun 1876. Saat itu Beliau as sangat bersedih sehingga ayat ini mampu menenangkan hati Beliau.
Begitu mendalamnya arti dari ayat ini sehingga berjuta manfat dan kebaikan dapat kita ambil darinya. Salah satunya adalah betapa Allah Taala mutlak hanya satu-satunya yang kita butuhkan di kehidupan ini.
Berkaitan dengan kesehatan dan ketenangan jiwa, seseorang dengan gangguan cemas dan depresi akan merasakan kesendirian dan ketakutan yang luar biasa akan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Sebagai contoh, seseorang dengan gangguan cemas sangat tidak suka dengan ketidakpastian dalam hidup, sedangkan tidak ada di dunia ini yang pasti kecuali Allah Taala dan AgamaNya yang akan tetap hidup. Dan seseorang dengan depresi akan merasakan sedih dan keterpurukan yang luar biasa sehingga terasa tidak ada lagi yang perlu dilakukan dan diperjuangkan di dunia ini.
Jika kita meneliti dan merasakan betapa dalamnya makna yang terkandung dalam ayat ini, betapa kita akan merasa bahwa sesungguhnya, betul-betul, Allah Taala sangatlah cukup bagi kita. Bahwa semata-mata kita hidup di dunia ini adalah untuk mencari ridha-Nya. Bahwa apapun yang terjadi dalam hidup, kesedihan, kecemasan, serta kekhawatiran yang kita rasakan, Allah Taala sangat cukup bagi kita. Allah Taala memberikan rasa itu sebagai suatu pengingat bahwa Dia cinta terhadap makhluknya, Dia mengingingkan kita agar Kembali mencari ridhaNya, Kembali kepadaNya, karena tidak ada obat sebaik-baiknya Allah Taala.
Namun bukan berarti seseorang dengan gangguan mental dilarang untuk melakukan terapi dan berobat, sesuai dengan bunyi hadist sebagai berikut,
مَا أنَْزَلََ هاللَ دَا ءَ إلَِّ أنَْزَلَ لهََه شِفاَ ءَ
“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” [2]
maka yakinlah bahwa jika kita melakukan pengobatan dan terapi dengan baik yang disertai dengan do’a, keinginan, dan keyakinan kepada Allah Taala, insya Allah kita dapat merasakan kembali nikmatnya ketenangan jiwa itu.
Namun segala usaha itu haruslah diyakini dengan perasaan bahwa Allah Taala akan mengabulkan ikhtiar dan doa kita. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak mendapatkan cobaan, bahkan Nabi kita tercinta Hadhrat Rasulullah saw. pun mengalami cacian serta ujian yang luar biasa diberikan oleh penduduk Makkah, jadi apalagi kita sebagai manusia biasa, tidaklah mungkin tidak akan mengalami kesulitan dalam hidup.
Tidak ada kesedihan yang bertahan seumur hidup, begitupun tidak ada kebahagiaan yang bertahan seumur hidup. Dari ayat diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa dalam kesedihan dan kebahagiaan dalam hidup kita, “Allah Taala cukup bagi kita”.
Referensi :
[1] QS. Az-Zumar : 37
[2] H.R. Bukhari
Views: 61