
WARISAN BUDAYA DALAM PANDANGAN ISLAM : MENJAGA JEMBATAN PERADABAN
Warisan budaya bukan hanya sekadar peninggalan nenek moyang berupa seni, bahasa, dan adat istiadat, tetapi juga mencakup nilai-nilai luhur yang membentuk karakter sebuah umat. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang diwariskan dari generasi sebelumnya menjadi pelajaran berharga untuk membimbing arah kehidupan generasi mendatang. Ali ibn Abi Thalib ra. pernah berpesan bahwa “warisan budaya adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan” , menandakan pentingnya menjaga dan mempelajari budaya agar tidak tercerabut dari akar sejarah. Dengan memelihara budaya yang selaras dengan syariat, kita bukan hanya mempertahankan identitas, tetapi juga memperkokoh fondasi peradaban Islam di tengah arus globalisasi yang semakin deras.
Warisan budaya adalah cerminan peradaban. Tanpa budaya, sebuah bangsa akan kehilangan identitasnya. Dalam Al-Qur’an Karim, Allah SWT. berfirman: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” [1]. Ayat ini menunjukkan pentingnya bahasa dan budaya sebagai sarana penyampaian pesan dan identitas. Menjaga bahasa, tradisi, dan nilai-nilai luhur berarti menjaga cara kita memahami kehidupan dan ajaran agama dengan lebih mendalam.
Saat ini, generasi muda adalah pewaris utama peradaban. Kita memiliki peran penting dalam menghidupkan kembali budaya Islami, karena budaya yang sesuai syariat adalah identitas yang membedakan umat Islam dengan kaum lainnya. Dalam hal ini, kita harus lebih selektif melestarikan budaya yang selaras dengan ajaran agama sebab tidak semua warisan budaya layak dilestarikan. Islam mengajarkan prinsip seleksi: mempertahankan yang baik, meninggalkan yang bertentangan dengan akidah. Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” [2]. Hadits ini menjadi peringatan agar umat Islam tidak kehilangan jati diri. Beberapa contoh dari menjaga budaya ini seperti adab berpakaian, bahasa yang santun, dan tradisi silaturahmi merupakan bentuk ketaatan sekaligus penjaga identitas.
Maka, jika dikaitkan dengan tulisan dari Ali ibn Abi Thalib ra. tentang sejarah dan hikmah yang dipopulerkan dalam literatur modern, dapat kita simpulkan bahwa budaya (tradisi, ilmu, nilai moral) adalah penyambung antara generasi lama dan generasi baru. Warisan ini tidak hanya berupa peninggalan sejarah, tetapi juga nilai-nilai hidup, cara berpikir, dan kebijaksanaan yang fungsi utamanya adalah membantu generasi mendatang memahami jati dirinya agar tidak kehilangan arah di tengah perubahan zaman.
Oleh karena itu, melestarikan warisan budaya adalah tanggung jawab kolektif. Ia adalah identitas, jati diri, dan fondasi moral bangsa. Jika kita lalai, maka generasi mendatang akan kehilangan arah dan nilai-nilai luhur yang seharusnya mereka warisi.
Referensi :
[1] QS. Ibrahim: 5
[2] HR. Abu Dawud
Views: 15