YANG LEBIH TUA DIHORMATI, YANG LEBIH MUDA DISAYANGI
Dalam kehidupan bermasyarakat kita terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu, orang tua, pemuda dan anak-anak. Kesemuanya ini harus saling bersinergi dengan baik agar tercipta masyarakat yang harmonis, rukun dan damai.
Islam mengajarkan pondasi utama dalam bermasyarakat yaitu, cinta kasih kepada sesama tanpa membedakan warna kulit, agama, suku maupun budaya yang berbeda. Semua harus saling menumbuhkan rasa cinta kasih kepada yang muda juga penghormatan yang baik kepada yang lebih tua.
Namun sayangnya di zaman yang semakin maju ini, adab berkenaan hal ini sedikit banyak mulai terkikis di dalam diri para pemuda. Tak jarang kita melihat orang tua diperlakukan tidak sebagaimana mestinya atau bahkan mereka yang mengesampingkan kasih sayang kepada yang lebih muda.
Padahal Nabi kita Hadhrat Rasulullah saw. merupakan orang yang sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak. Dan patutlah kita yang mengaku sebagai umatnya untuk mengikuti jejak kebaikan beliau saw.
Berkenan dengan hal ini terdapat riwayat bahwa, suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. pergi ke masjid dengan tergesa-gesa untuk melaksanakan salat subuh. Dalam perjalanannya, beliau bertemu dengan seorang lelaki tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di sebuah gang. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. tidak berani memimpin karena beliau menghormati dan menghargai lelaki tua itu karena rambutnya yang telah memutih, hingga matahari terbit. Ketika lelaki tua itu sudah dekat pintu masjid, beliau tidak masuk ke dalam masjid, sehingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. mengetahui bahwa lelaki tua itu seorang Nasrani.
Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. memasuki masjid dan mendapati Rasulullah saw. sedang ruku’. Setelah Rasulullah saw. selesai salat, para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, mengapa Rasulullah memperpanjang ruku’ dalam salat ini? Rasulullah saw. tidak pernah melakukan hal seperti ini!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku ruku’ dan membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
Segala puji bagi Tuhanku Yang Mahakuasa.
Saat wirid ku, dan aku ingin mengangkat kepalaku, datanglah Malaikat Jibril dan meletakkan sayapnya di punggungku, memelukku cukup lama. Ketika Jibril mengangkat sayapnya, aku pun mengangkat kepalaku. Para sahabat bertanya, “Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Aku tidak bertanya tentang itu!”
Kemudian Jibril datang dan berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali bin Abi Thalib ra. telah bersegera untuk salat berjamaah. Kemudian di tengah jalan ia bertemu seorang Nasrani, padahal ia tidak tahu bahwa orang itu Nasrani. Ia menghormatinya karena rambutnya yang telah beruban dan tidak berani mendahuluinya. Kemudian Allah SWT. memerintahkan ku untuk memegang mu dalam keadaan ruku’, agar Ali dapat mengikuti salat subuh berjamaah bersamamu.” Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril untuk memegang matahari dengan sayapnya, agar matahari tidak terbit karena rasa hormat Ali kepada kedua orang tuanya. [1]
Dari riwayat di atas seolah Allah SWT. mempertegas pentingnya menghormati orang yang lebih tua.
Dalam riwayat lain juga digambarkan berkenaan dengan kasih sayang kepada yang lebih muda.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad saw. dan berdoa: “Ya Rasulullah, aku telah berbuat dosa. Karena itu, suci kan lah aku!”
Rasulullah saw. bertanya: “Apa dosa mu?”
Dia berkata: “Saya malu mengatakannya!”
Rasulullah saw. bersabda, “Mengapa kamu malu kepadaku karena menceritakan dosa mu, dan tidak malu kepada Allah, padahal Allah melihatmu? Bangunlah dan pergilah dariku, agar api neraka tidak turun menimpa kita!”
Lelaki itu meninggalkan sisi Nabi dalam keadaan menyesal, putus asa, dan menangis.
Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Muhammad, mengapa engkau melarang manusia melakukan dosa, padahal dosa-dosa mereka telah diampuni, meskipun dosa-dosanya banyak?”
Rasulullah saw. bertanya: “Apa tebusannya?”
Jibril menjawab: “Dia punya seorang putra yang masih kecil. Setiap kali dia masuk ke rumah dan putranya bertemu dengannya, dia memberinya makanan atau sesuatu yang bisa membuatnya bahagia. Jika putranya bahagia, kebahagiaannya akan menjadi tebusan baginya.” [2]
Inilah bukti bahwa betapa pentingnya menghormati yang tua dan mengasihi yang muda, dengan memberikan balasan yang luar biasa berupa pengampunan dosa-dosanya. Dan ini juga merupakan salah satu hal yang sangat ditekankan oleh Hadhrat Rasulullah saw. yaitu berkenaan penghormatan kepada orang yang lebih tua dan mengasihi mereka yang lebih muda.
Salah satu contoh tindakan nyata dari seorang Nabi Suci Hadhrat Rasulullah saw. begitu menyayangi anak-anak adalah ketika suatu saat beliau saw. tengah mengimami salat dan terdengar olehnya tangisan dari seorang anak kecil, dan apa yang ia lakukan?
Rasulullah saw. bersabda:
_“Saat aku salat dan ingin memanjangkan bacaan ku, tiba-tiba aku mendengar tangisan bayi sehingga aku memendekkan salatku. Sebab aku tahu ibunya akan susah dengan adanya tangisan tersebut.”_ [3]
Subhanallah, bahkan saat beliau tengah salat dan bermunajat kepada Allah, beliau lebih memilih memendekkan salatnya karena kasihan kepada anak dan ibunya. Maka bagaimana dengan kita? Anak menangis justru dibiarkan, padahal orang tua atau pengasuhnya tidak dalam keadaan salat? Orang yang tidak sayang, tak akan disayangi. Karena balasan tergantung dengan amalan kita.
Sebegitu pentingnya hal ini bahkan Hadhrat Rasulullah saw. menyatakan, bagi siapa saja yang tidak mau menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda maka dia itu bukan dari golongan kami.
Sebagaimana tertera dalam hadits sahih:
_“Bukan dari golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang tua.”_[4]
Semoga kita menjadi bagian dari umatnya yang selalu menghormati yang lebih tua dan menyayangi mereka yang lebih muda.
Referensi:
[1] NU.online
[2] HR. Bukhari dan Muslim
[1] HR. Bukhari No. 669
[2] HR. Tirmidzi
Views: 11
