
Zikir Khair Alm. H. Yoyo Dimiyati Wijaya
Pertama kali kami menginjakkan kaki di Soreang, Kab. Bandung pada akhir Januari 2023, kami disambut dengan keramahan dan perhatian para anggota. Selama 3 hari, kami tidak perlu berbelanja karena alhamdulillah persediaan dapur kami disiapkan oleh Bu Ketua saat itu, Bu Entin Gusniati dan suami beliau, alm. Pak Yoyo Dimiyati Wijaya. Ternyata, itu merupakan inisiatif almarhum yang memang sangat menaruh perhatian dan kasih sayang kepada para mubaligh dan keluarganya.
Almarhum berpesan kepada istrinya agar selalu menaruh hormat dan perhatian kepada para mubaligh dan keluarganya. Jangan lupa untuk selalu bertanya, ‘Pak Muballigh butuh apa? Ibu Muballigh butuh apa?’ Jangan pernah memandang apakah mubaligh itu masih muda atau sudah tua. Karena, mubaligh adalah seseorang yang sudah mewakafkan hidupnya di Jemaat. Mubaligh tak bisa leluasa menikmati kesenangan dunia seperti anggota pada umumnya, karena amanat yang diembannya.
Bu Entin juga bercerita, almarhum sangat tegas pada kejujuran dan ketaatan terhadap Jemaat. Setiap kali mereka berbelanja kebutuhan masjid, almarhum akan meneliti lagi belanjaannya agar jangan sampai belanjaan pribadi tercampur dengan belanjaan untuk Jemaat. “Biar satu rupiah pun, jangan sampai kita menggunakan uang Jemaat untuk keperluan pribadi,” begitu pesannya selalu kepada sang istri. Dalam melaksanakan kewajiban beliau sebagai pengurus, beliau sangat teliti, jujur, dan teguh dalam ketaatan.
Ketika Bu Entin pertama kali terpilih sebagai pengurus LI di Soreang, beliau menangis karena takut dan khawatir tidak mampu menjalankan amanah tersebut. Tapi, almarhum selalu menguatkan. “Jangan takut, nanti Bapak bantu. Allah juga pasti bantu,” begitu pesannya kepada sang istri.
Begitu pun ketika sang istri terpilih menjadi Ketua LI pada periode 2022-2024 dan beliau kembali menangis, almarhum menguatkan istrinya. Dan betul, sepanjang pengkhidmatan sang istri hingga almarhum tutup usia, almarhum selalu membantu dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Dari menyusun pelaporan agar lebih ringkas dimasukkan secara online, mengantar istri ketika harus menghadiri acara dan rapat di cabang lain, bahkan sesederhana mengantar ke pasar untuk mempersiapkan konsumsi acara. Almarhum selalu ingin menemani dan mengantar sang istri dalam setiap pengkhidmatan.
Almarhum sangat mencintai masjid. Jika tak sedang sakit atau harus bepergian, almarhum selalu menjadi yang pertama datang ke masjid untuk melaksanakan azan shalat 5 waktu. Almarhum juga sebisa mungkin tak melewatkan shalat Tahajud berjamaah di masjid setiap hari Minggu. Ketika almarhum mendapat amanah menjadi Sek. Tarbiyat di cabang Soreang, selepas shalat Tahajud bersama, sambil menunggu datangnya azan Subuh, almarhum tak pernah lewat sedikit pun membacakan buku-buku Jemaat. Tugas tarbiyat tak pernah dilewatkan.
Selepas Subuh di hari Senin, 10 Juni 2024, suami saya langsung bergegas ke rumah almarhum setelah mendapat telepon. Rupanya almarhum terkena serangan jantung. Suami pun secepat mungkin mengantar almarhum ke rumah sakit. Di sore harinya, almarhum boleh dijenguk. Ketika saya menjenguk, almarhum mengucapkan permintaan maafnya kepada saya dan kepada anggota Soreang apabila ada kesalahan dan kekhilafannya. Almarhum minta didoakan yang terbaik, walaupun yang terbaik itu adalah meninggalkan dunia ini.
Ketika giliran suami yang masuk ke ruangan almarhum, almarhum menyerahkan uang sumbangan untuk masjid. Bahkan di hari-hari terakhirnya, almarhum tak pernah melupakan masjid. Masjid yang tengah direnovasi pun tak luput dari perhatian almarhum. Di hari Selasa, 11 Juni 2024, almarhum meninggalkan kita semua. Dan Jemaat kembali kehilangan sosok pengayom yang soleh, yang senantiasa mengajarkan dan kini meninggalkan teladan yang luar biasa dalam banyak hal, termasuk kejujuran dan ketaatan terhadap Jemaat.
Berikut ini saya cantumkan zikir khair almarhum yang ditulis oleh anggota Jemaat di Cibinong, Bogor.
Pada saat sedang melakukan prosedur pemasangan ring jantung di RS Dustira Cimahi tanggal 11 Juni 2024, almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya menghembuskan nafas terakhirnya. Innaalillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun. Almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya meninggalkan 1 orang istri, 2 orang anak dan 2 orang cucu. Almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya dimakamkan di area pemakaman khusus anggota Jemaat Ahmadiyah di Kersamanah – Garut.
Beberapa tahun yang lalu masyarakat ghair Ahmadi di Kersamanah – Garut menolak jika ada Ahmadi yang dimakamkan di pemakaman umum, sehingga Jemaat di sana pun akhirnya mengupayakan untuk membuat area pemakaman tersendiri dan sebagian dari area pemakaman tersebut merupakan hibah dari almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya. Area pemakaman tersebut pun tidak jauh dari Masjid Ath-Thahir milik Jemaat Ahmadiyah Kersamanah dan lokasi masjid serta rumah misi di sana pun merupakan hibah dari warisan yang telah diterima almarhum dari orang tuanya.
Ibu Entin, yang merupakan istri almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya mengungkapkan bahwa almarhum adalah seorang yang sangat baik terhadap istri dan keluarganya. Almarhum senantiasa membaca kitab suci Al-Qur’an setelah sholat fardhu atau sholat wajib. Almarhum selalu berpesan agar senantiasa memperhatikan siapapun Mubaligh yang bertugas di tempatnya. Terutama ketika Mubaligh tersebut berkunjung ke rumah almarhum. Bahkan, beberapa Mubaligh telah dianggap sebagai anak beliau sendiri.
Bpk. Toharuddin Ahmad (Zaim Ansharullah Cibinong) mengungkapkan bahwa almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya adalah seorang yang baik. Almarhum pun mampu merangkul anak muda untuk bersama-sama memajukan Jemaat ini. Bahkan, almarhum pun selalu memberikan uangnya untuk pengadaan konsumsi pada saat rapat atau kegiatan Jemaat lainnya.
Bpk. Rikrik Mubarik Ahmad, yang merupakan Ketua DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Jemaat Ahmadiyah Bogor menjelaskan bahwa sebelum Jemaat Ahmadiyah Cibinong memiliki masjid, sholat Jum’at dan kegiatan Jemaat dilaksanakan di rumah almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya yang berlokasi di Kelurahan Nanggewer – Cibinong.
Almarhum pun mengupayakan pembelian lahan tanah untuk pembangunan masjid dan pada saat proses pembangunan masjid, almarhum pindah dari Cibinong dan akhirnya menetap di Soreang, Kabupaten Bandung. Rumah almarhum tidak jauh dari Masjid Baitusy Syukur milik Jemaat Ahmadiyah Soreang dan hal tersebut sesuai dengan niat almarhum yaitu ingin memiliki rumah dekat masjid.
Bpk. Syah Fazli Ahmad mengungkapkan:
Bpk. H. Yoyo salah seorang yang berjasa dalam proses hidup dan berorganisasi saya. Beliau orang tua, guru, dan mentor terbaik. Saya mutasi secara administrasi anggota ke Jemaat Cibinong pada tahun 2005. Pada tahun 2006 beliau terpilih menjadi Ketua Jemaat Lokal Cibinong dan saya menjadi Juru Pungut serta Auditor Lokal. Beliau dengan sabar mengajari saya teknis jemput bola pembayar candah hingga detail, sehingga candah Jemaat Cibinong dapat maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.
Beliau mengajarkan tertib administrasi organisasi Jemaat Ahmadiyah Cibinong. Laporan Jemaat Ahmadiyah Cibinong ke PB JAI dari semenjak berdiri hingga beliau mutasi ke Bandung, tersusun rapi dan lengkap dalam dokumentasi cabang. Bahkan lembaran kwitansi pembayaran candah anggota yang sudah lama bertahun-tahun tetap ada, dan beliau dokumentasikan. Saya tahu persis karena setiap saya melakukan audit, dokumentasi yang dibutuhkan ada, lengkap, dan sudah dibundel.
Bila ada pertemuan, beliau selalu menyisipkan lelucon yang hingga kini membekas di hati. “Sing penting mangan mangane”, yaitu yang terpenting adalah makan bersama. Beliau itu contoh dan guru yang baik dalam proses belajar berdiplomasi, berorganisasi, administrasi, khutbah, ceramah, imam sholat dan kepala keluarga yang baik.
Ibu Lilis Sumartini (Ketua Lajnah Imaillah Daerah Jawa Barat-02) mengungkapkan:
Almarhum Bpk.H.Yoyo adalah sosok yang humble, humoris dan responsibility-nya tinggi. Awal bertemu dengan beliau, yaitu ketika Jemaat Cibinong masih berbentuk kelompok pengajian yang merupakan bagian dari Jemaat Bogor. Seiring berjalannya waktu terbentuklah Jemaat Cibinong di rumah alm. Bpk. Endang sebagai basis utamanya. Dan almarhum Bpk. H. Yoyo menjadi Ketua Jemaat Cibinong pertama.
Secara personal, saya dan keluarga memiliki kedekatan dengan keluarga almarhum. Karena almarhum begitu mengayomi dan bersedia menerima curahan hati setiap orang serta menanggapi dengan bijaksana. Banyak sekali pelajaran hidup yang diperoleh dari almarhum. Bagaimana cara almarhum berbagi dengan sesama meskipun bukan orang yang kita kenal, bagaimana almarhum menyikapi jika diperlakukan oleh orang lain yang tidak sesuai dengan harapan, bagaimana sikap almarhum menyikapi keputusan yang kurang berkenan.
Pertama kali saya menjadi pengurus sebagai Sekretaris Maal atas penunjukan dari almarhum. Almarhum membimbing saya dalam pelaporan. Beliau sangat baik dalam hal hospitality atau penyambutan terhadap tamu. Kala itu, sebagaimana umumnya cabang yang baru terbentuk, tentu keuangan cabang belum semapan seperti saat ini. Almarhum tak segan-segan menggunakan uang pribadi dalam mengkhidmati tamu-tamu Jemaat, baik itu para Muballighin atau pun anggota Jemaat pada umumnya.
Bpk. Aan (Ketua Jemaat Ahmadiyah Soreang, Kab. Bandung) mengungkapkan:
Bpk. H. Yoyo merupakan Pengurus Jemaat Ahmadiyah Soreang dan Masjid Baitusy Syukur. Kami telah kehilangan Bpk. H. Yoyo yang merupakan seorang yang biasa rutin memakmurkan masjid. Almarhum biasa mengumandangkan adzan. Almarhum pun biasa menjadi imam shalat lima waktu dan imam shalat Tahajjud berjamaah. Almarhum biasa menjadi Khatib Jum’at dan mengisi dars Shubuh serta acara-acara Tarbiyat.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan derajat yang tinggi kepada almarhum Bpk. H. Yoyo Dimiyati Wijaya. Dan semoga segala amalan dan teladan baik dari almarhum mampu kita tiru dan tanamkan dalam diri kita. Aamiin Allaahumma Aamiin.
Visits: 89