10 HARI KEDUA YANG PENUH AMPUNAN, BAGAIMANA MERAIHNYA?

Minggu ini kita tengah memasuki fase kedua bulan Ramadhan yang merupakan hari-hari dimana Allah Ta’ala membuka pintu pengampunan selebar-lebarnya bagi setiap hamba-Nya.

Kita mengetahui bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Sebab kita disebut dalam Alquran dengan kata-kata: وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا — “..dan manusia diciptakan lemah.” (QS. An-Nisa: 29)

Di bulan suci Ramadhan ini, Allah Ta’ala hendak membuatkan setiap mukmin sebuah benteng kokoh yang tak mungkin ditembus oleh syaitan, yang dengannya manusia dapat terhindar dari salah dan dosa.

Benteng kokoh itulah yang disebut sebagai “pengampunan”, dimana pada 10 hari pertengahan bulan Ramadhan, Allah Ta’ala akan membukakan pintu tersebut selebar-lebarnya.

Tentu pertanyaannya adalah bagaimana memperoleh pengampunan tersebut?

Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk menjawab pertanyaan tersebut, pengampunan merupakan nama lain dari “istighfar”. Dan istighfar berasal dari kata “ghafara”, yang salah satu artinya adalah “tameng atau perisai”.

Jadi, salah satu makna sederhana dari istighfar adalah memohonkan perlindungan dari Allah Ta’ala atas kelemahan dan kealpaan manusiawi kita.

Hazrat Masih Mau’ud as menerangkan mengenai istighfar:

“Makna hakiki daripada Istighfar adalah permohonan kepada Allah Ta’ala agar kelemahan manusiawi janganlah sampai ditampakkan dan harapan semoga Tuhan mau membantu dengan kekuatan-Nya secara alamiah dan memasukkan mereka ke dalam lingkaran perlindungan-Nya..”

Allah Ta’ala berfirman:

“Mohonlah ampunan untuk kelemahan-kelemahan insani engkau dan juga untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 20)

“Ayat ini mengandung filosofi yang amat luhur tentang syafaat dan pemeliharaan terhadap dosa. Ayat ini mengindikasikan bahwa manusia sebenarnya bisa mencapai derajat perlindungan yang tinggi terhadap dosa dan memperoleh syafaat jika beliau (Hadhrat Rasulullah SAW) secara terus menerus berdoa bagi penekanan terhadap kelemahan dirinya sendiri dan menyelamatkan umat lainnya dari racun dosa. Beliau memperoleh kekuatan dari Tuhan berkat doa beliau dan berhasrat agar mereka yang terkait dengan wujud beliau karena tali keimanan juga mendapatkan manfaat dari kekuatan ilahi tersebut.”

Sebuah tamsil yang indah disebut oleh Hazrat Masih Mau’ud as bahwa Allah Ta’ala secara kiasan seumpama jantung yang mengandung persediaan darah bersih, sedangkan istighfar dari seorang manusia seibarat urat nadi yang tersambung ke jantung tersebut guna menarik darah daripadanya dan menyalurkannya ke anggota tubuh yang memerlukan.

Jika kita beristighfar secara berkesinambungan dan berupaya untuk terhindar dari dosa maka disebabkan oleh istighfar tersebut kita akan menyaksikan turunnya Rahmat Ilahi dan meraih keberkatan dari surga keridhaan-Nya. Itulah yang disebut sebagai najat atau keselamatan.

Dengan demikian hari-hari turunnya maghfirah dan ampunan ini akan memberikan manfaat jika kita berusaha untuk menjadikan keberkatan hari-hari ini sebagai bagian dari kehidupan kita. Tentu dengan diiringi evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan pribadi lalu mengobatinya dengan istighfar sehingga kita dapat memasuki kawasan perlindungan Allah Ta’ala.

Jadi, jika kita memohonkan ampunan Allah Ta’ala dengan memperhatikan tujuan-tujuan tersebut maka sepuluh hari yang berlangsung ini akan menutupi kealpaan dan dosa-dosa kita. Sehingga, sekat-sekat antara kita dan Allah Ta’ala makin terkikis hingga kita dapat memperoleh kedekatan-Nya.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 230

Rauhun Thayibah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *