Membantu Sesama dengan Darah di Raga

Pagi itu, Shahma sedang asyik membaca Al-Qur’an sambil menunggu sahabatnya. Mereka akan pergi ke ibukota untuk mengunjungi masjid terbesar se-Asia Tenggara, Masjid Istiqlal.

Suara Shahma melantun merdu hingga tiba di ayat, “Tanda muslim sejati adalah dia yang peduli kepada semua orang, memberikan penghiburan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, baik mereka meminta atau tidak meminta. Jadi seorang Muslim tidak hanya menunggu orang lain meminta bantuan kepadanya; tetapi kewajibannya untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami kesulitan, kemudian dia memberikan bantuan yang diperlukan untuk menyelesaikan kesulitan atau permasalahan mereka.” (QS. Adz-Dzariyat: 20)

Tak berselang lama, suara klakson motor berbunyi di depan rumah. Shahma tidak menghiraukan suara klakson tadi. Dia mengira jemputan adiknya yang datang.

“Assalamualaikum, Shahma!” Terdengar suara perempuan mengucapkan salam sambil memanggil namanya.

Shahma menuju sumber suara, memastikan bahwa itu suara sahabatnya. Benar saja sahabatnya yang datang. Sahabatnya langsung menjelaskan untuk menunda keberangkatan ke ibukota, karena akan membantu seorang pasien thalasemia yang akan melahirkan dan membutuhkan darah segera.

Shahma ingat ayat yang telah dibacanya tadi dan ingin sekali membantu meringankan beban pasien tersebut. Shahma menyetujui sahabatnya untuk menunda ke ibukota dan akan turut serta menuju Palang Merah Indonesia (PMI) di kotanya.

Di tengah perjalanan, motor yang ditumpangi Shahma dan sahabatnya mendadak berhenti. Jalanan tidak bisa dilewati, ada tumpukan barang-barang rongsokan berserakan menghalangi jalan. Mereka turun dari motor membantu tukang rongsok tersebut mengangkat barang-barangnya. Setelah selesai membantu, mereka melanjutkan perjalanan.

Di perjalanan, Shahma teringat pasien thalasemia yang diceritakan sahabatnya tadi. Hatinya terenyuh, “Bagaimana perjuangan seorang ibu yang akan melahirkan karena kekurangan darah mempertaruhkan dua nyawa? Bagaimana jika hal itu menimpa diriku!”

Sesampainya di PMI, mereka menuju pendaftaran untuk menjadi calon pendonor darah bagi seorang ibu penderita thalasemia yang akan melahirkan. Data pasien tersebut sudah terdaftar di PMI dan cocok dengan data yang dipegang oleh sahabatnya.

Setelah mengikuti serangkaian pemeriksaan kesehatan, Alhamdulillah mereka lolos untuk mendonorkan darahnya. Mereka tak mengenali asal usul pasien yang akan diberikan darahnya itu. Mereka hanya tahu bahwa darahnya dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan, tanpa mengenal latar belakang agama, suku maupun RAS.

Shahma merasa lega dan bahagia sekali dapat membantu dan meringankan beban sesama dengan apa yang dimiliki dalam raganya. Walau harus mengorbankan keinginannya ke ibukota, dia ikhlas. Karena nasihat guru mengajinya selalu terngiang di telinganya, “Untuk mengabdi kepada umat manusia di seluruh dunia didorong oleh keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain.”

Visits: 58

Liana S. Syam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *