
Merdeka dari Godaan Setan untuk Menjadi Mutaki
Dalam ajaran Islam, takwa adalah sikap hati-hati yang disertai rasa takut kepada Allah dan menghindari segala perbuatan yang dilarang-Nya. Sebagai orang Muslim, tentu kita ingin menjadi orang Mutaki (bertakwa) yang selalu bersama dan dekat dengan Allah Ta’ala. Sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. An-Nahl:128)
Menurut Hz. Masih Mau’ud a.s., dalam buku Al-Wasiyat menyebutkan bahwa, “Seorang Mutaki adalah orang yang mengadakan hubungan yang erat dengan Allah sehingga Allah sendiri yang menjadi pelindung dan penjaga dia dari setiap keburukan.”
Seorang Mutaki adalah mereka yang menjaga diri dari dosa dan maksiat serta menjalani hidup sesuai dengan ajaran Allah. Karena ketakwaannya yang tinggi, Allah menjadi pelindung dan penjaga mereka dari segala keburukan dan bahaya.
Ketakwaan ini mencakup berbagai aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun interaksi sosial, sehingga seorang mutaki berusaha menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai kebaikan. Berusaha menjadi Mutaki (bertakwa) seringkali dihadapkan pada bagaimana kita bersikap terutama dalam memerangi dan menaklukan nafsu diri, godaan, dan bisikan setan yang selalu mengintai.
Begitu juga yang dialami oleh Shelma. Dia masih memiliki segudang kelemahan. Predikat yang disematkan menjadi orang saleh sangatlah jauh bagi dirinya. Namun dia terus berusaha ingin menjadi orang Mutaki. Beberapa contoh yang dihadapi Shelma dalam kehidupan sehari-hari:
Ketika waktu salat lima waktu tiba, godaan untuk meninggalkan atau menunda salat sangatlah kuat. Terutama dalam situasi sibuk, entah sibuk mengerjakan tugas kantor atau pekerjaan rumah lainnya. Menurut Shelma, di dalam hatinya seperti ada yang membisikkan agar menunda salat dan menyelesaikan pekerjaannya yang tanggung untuk dituntaskan. Hal ini membuatnya belum terbebas dari belenggu godaan setan.
Ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya, baik arisan atau rehat di kantor, ia sering mengobrol ke sana kemari hingga lupa dan tak menyadari sedang bergosip (ghibah) atau membicarakan keburukan orang lain. Dan ini adalah godaan yang sering muncul dan sulit untuk dihindarinya dalam pergaulan sehari-hari.
Tak hanya itu, dalam era digital ini, godaan untuk melihat hal-hal yang tidak disadarinya menjurus kepada hal yang haram sangat tinggi. Ketika Shelma membuka Instagram atau Facebook sekadar menghilangkan jenuh, tiba-tiba muncul konten pornografi atau gambar yang tidak pantas dan menggodanya untuk ditonton. Namun, Shelma cepat beristighfar dan berusaha mengalihkan pandangannya dan menghindari hal-hal yang dapat merusak hatinya.
Satu hal lagi yang sulit bagi Shelma hindari ketika menghadapi kekecewaan, bisikan setan hadir yang mudah menguasai hatinya berupa amarah. Marah ketika pekerjaan kantor yang tak sesuai dengan target. Marah ketika kendaraannya sedang melaju di tengah kemacetan disenggol oleh pengendara lainnya. Menahan amarah sangat sulit dihindarinya.
Menghadapi godaan dan bisikan setan dalam kehidupannya, Shelma tetap berusaha ingin memeranginya dengan berbagai cara agar bisa menjadi orang Mutaki. Beberapa hal yang dianjurkan guru mengajinya untuk Shelma amalkan adalah membaca dan menghayati Al-Qur’an, berzikir setiap waktu agar hati tetap tenang, berdoa dengan rutin kepada Allah dengan tulus dan ikhlas, memohon petunjuk, kekuatan, dan perlindungan dari godaan setan.
Shelma juga dianjurkan untuk menghadiri majelis ilmu dengan mengikuti pengajian, kajian dan ceramah agama, membaca buku-buku agama untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Juga, berbuat baik kepada sesama, senantiasa refleksi dan muhasabah diri, menghindari lingkungan negatif, dan tentunya bergaulah dengan orang-orang saleh.
Untuk menjadi orang Mutaki, Shelma harus melalui proses yang tidak mudah dilakukan dan memerlukan kesungguhan, ketekunan, dan usaha terus-menerus. Perjuangan yang panjang ini dengan berbagai rintangan, semoga dapat memerangi segala godaan setan untuk bisa mencapai tingkat kesalehan.
Sebagaimana nasihat yang diajarkan oleh pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Masih Mau’ud a.s., “Orang Mutaki (bertakwa) senantiasa berperang melawan setan, namun tatkala dia menjadi orang yang saleh maka segenap peperangan pun akan berakhir.”
Nasihat indah ini, menggambarkan perjuangan spiritual yang terus-menerus yang dihadapi oleh orang-orang bertakwa (Mutaki) dalam melawan godaan dan bisikan setan. Namun, ketika seseorang mencapai tingkat kesalehan yang tinggi, perjuangan ini akan berakhir karena dia telah memenangkan pertempuran melawan setan dengan memperkuat keimanannya dan mendekatkan diri kepada Allah.
Orang yang bertakwa selalu waspada terhadap godaan setan dan berusaha untuk tetap berada di jalan yang benar. Ketika seseorang mencapai kesalehan sejati, dia akan menemukan kedamaian dan ketenangan karena setan tidak lagi memiliki pengaruh yang kuat terhadapnya.
Pesan ini mengingatkan kita pentingnya berusaha untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan keimanan agar bisa mencapai tingkat kesalehan yang membawa kedamaian batin dan keberkahan dari Allah.
Visits: 95