
Menggali Potensi Diri untuk Mengisi Kemerdekaan Beragama dan Negeri
Generasi demi generasi pernah mengucapkan ikrar di bawah ini:
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan ksatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil dan gembira.
7. Hemat, cermat dan bersahaja.
8. Disiplin, berani dan setia.
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Hari ini, 14 Agustus, merupakan Hari Pramuka. Pramuka merupakan ektra kurikuler wajib hampir di seluruh sekolah di nusantara. Sepuluh poin di atas biasa dibaca dengan lantang oleh anggotanya.
Isi Dasa Darma mengarahkan setiap anggota Pramuka untuk menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Karakter yang diharapkan terpatri dalam diri dan keluarganya.
Pramuka merupakan salah satu langkah pemerintah untuk membentuk generasi yang taat pada agama dan mengabdi pada negara. Salah satu tokoh Islam yang memiliki sebagian besar sifat-sifat itu adalah Usamah Bin Zaid.
Usamah Bin Zaid adalah salah satu pahlawan Islam. Dia komandan perang paling muda di zaman Rasulullah saw. sekaligus mendapat julukan ‘Hibbu Rasulillah’ (orang yang dicintai Rasulullah).
Beliau diangkat menjadi komandan perang saat berusia 18 tahun. Usamah bin Zaid mendapat bimbingan langsung dari Rasulullah saw. Beliau mendidik dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan padanya.
Satu ketika beliau ditolak Rasulullah saw. untuk masuk pasukan perang Uhud. Alasannya pada saat itu usia Usamah masih terlalu kecil. Namun, keberanian dan kecintaannya terhadap Islam tak mematahkan semangatnya. Beberapa perang berikutnya beliau mengikutinya.[*]
Kisah Usamah ini tentunya menginspirasi kita, bahwa bila kecintaan pada agama ditanamkan sejak dini, kelak seseorang akan menjadi sosok pembela agama dan pejuang yang tangguh.
Tentu saja di masa ini perjuangan tidak lagi dilakukan dengan mengangkat tombak maupun anak panah. Negara kita sudah bebas dari penjajahan dan kita tidak lagi harus memasuki medan pertempuran dan beradu senjata.
Perjuangan di masa sekarang adalah dengan mengorbankan harta, waktu, dan tenaga kita untuk kepentingan agama dan bangsa. Perjuangan kita sekarang adalah melawan hawa nafsu, melawan hal-hal laghw dan melindungi generasi kita dari kaum yang melakukan maksiat yang semakin merajalela.
Setiap orang bisa membelanjakan hartanya untuk kepentingan agama. Islam tidak memandang jumlah harta yang dikeluarkan, niat baik dan keikhlasan adalah hal utama. Setiap orang adalah orang kaya bila ia mampu membelanjakan hartanya di jalan Allah.
Perjuangan lainnya adalah dengan ilmu yang kita miliki. Seorang yang ahli berkomunikasi bisa menyebarkan ilmu agama, ataupun menjadi seorang pengajar untuk membagikan ilmu yang dimilikinya, baik di bidang ilmu agama maupun ilmu kenegaraan. Bahkan, seorang ‘introvert’ pun bisa menyebarkan tabligh dengan cara menulis di media massa ataupun membuat buku.
Mengajarkan cara membaca Al-Qur’an pada anak-anak di lingkungan sekitar kita, itu adalah perjuangan untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia. Agama adalah pondasi untuk membuat seseorang selalu melakukan kebaikan.
Semua orang, tanpa kecuali, pasti bisa menggali potensinya untuk berkhidmat pada agama dan negara melalui berbagai keahlian yang dimilikinya. Jangan pernah merasa bahwa diri tidak mempunyai kemampuan apa-apa untuk memberikan pengkhidmatan dalam agama. Juga jangan merasa bahwa diri kita tidak pantas untuk ikut berjuang memajukan tanah air.
Orang-orang yang mengorbankan harta dan tenaga mereka demi agama dan kemaslahatan umat akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar dari Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:
“Orang-orang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwa mereka, memiliki derajat yang tertinggi di sisi Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. Al-Taubah: 20)
Kita bisa mengisi kemerdekaan ini dengan mempersembahkan ilmu, harta dan tenaga kita dalam berbagai sektor. Selalu ada pintu untuk kita masuk berbuat kebaikan dengan kemampuan kita. Lakukan apa yang kita bisa dengan niat ikhlas untuk membantu sesama.
Berbuat kebaikan dan memberikan banyak pengorbanan demi kemajuan agama dan bangsa. Itulah tandanya kita sudah merdeka dari rasa ingin dipuji. Merdeka dari semua rasa ria, rasa ingin terkenal dan tentunya rasa ingin menjadi pahlawan.
Karena seperti yang dikatakan oleh Mohammad Hatta:
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tapi semata-mata membela cita-cita.”
Referensi:
[*] https://www.kompas.com./stori/read/2021/12/24/140000379/usamah-bin-zaid-panglima-termuda-zaman-rasulullah?page=all
Visits: 69