Berkata Benar Atau Diam!

“Mulutmu harimaumu”, adalah sebuah ungkapan yang tidak asing kita dengar. Walau terkesan gurauan, kalimat singkat tersebut mengandung nasehat yang dalam tentang pentingnya menjaga lisan.

Lisan memang tak setajam pedang, namun luka yang dibuat olehnya memiliki dampak yang lebih buruk lagi luas melebihi sayatan pedang. Jika satu tebasan pedang bisa melukai satu jiwa, maka lisan mampu melukai ratusan bahkan jutaan jiwa dengan hanya satu ucapan.

Islam sebagai agama yang sempurna, dengan umat yang dikatakan umat terbaik, demikian menjunjung nilai-nilai akhlak yang luhur. Termasuk diantaranya tentang etika bertutur kata.

Al-quran secara jelas memberikan himbauan kepada para penganutnya untuk senantiasa berkata benar (Qs,33:70), berkata sesuai fakta bukan prasangka (Qs, 49:12) dan tidak menyakiti perasaan orang lain (Qs, 33:58).

Bahkan lebih lanjut, himbauan-himbauan tersebut juga diiringi dengan jaminan kebaikan yang pasti bagi para pengamalnya;

Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”. (HR. Bukhari no. 6474 dari Sahl bin Sa’id)

Maksud dari “Menjaga apa yang ada di antara dua janggut” itu adalah menjaga lisan atau ucapan. Namun cukup mengherankan bahwa sudah jelas pun himbauan itu, lengkap dengan jaminan ganjarannya, masih saja banyak yang senang mengumbar kata-kata tidak benar dan cenderung menyakiti, seperti hate speech dan bahkan fitnah.

Terlebih di musim politik seperti sekarang ini, sulit rasanya menyaring berita agar terbebas dari buah kebengkokan lisan tersebut. Fatwa-fatwa pesanan, ujaran kebencian dan aib-aib yang diumbar ramai terproduksi membanjiri wall-wall facebook juga timeline medsos kita. Seakan-akan dukung-mendukung jagoan politik tidak ‘syah’ tanpa adanya bumbu-bumbu fitnah.

Pun dari pada itu, hadirnya simbol-simbol agama dalam pesta perpolitikan kita tak terbukti mampu menjernihkan situasi yang ada. Yang pada akhirnya solusi dari kekalutan itu kembali pada masing-masing kita. Ikut terlibat dengan menyuarakan kebenaran atau tetap diam.

Karena sejatinya mereka yang mengumbar fitnah atau kebencian adalah orang-orang yang mengobral murah status keislamannya, sebab seorang muslim yang benar adalah ia yang orang lain selamat dari gangguan lidah dan tangannya.

Tabik!

#Stophatespeech #StopFitnah

Visits: 89

Muballigh at JAI | Website

Seorang Penulis, Muballigh dan pemerhati sosial. Tinggal di Pulau Tidung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *