Mengutuk Terorisme di Selandia Baru

Sebelum Qabil menumpahkan darah saudaranya sendirinya, para malaikat sudah memperingatkan Tuhan “Mengapa Engkau mau menciptakan manusia di muka bumi, yang mereka akan menumpahkan darah?”

Dan benar saja, sejarah perjalan kehidupan manusia telah menapaki pekatnya darah dan air mata. Bahkan di jaman modern sekarang ini, dimana konsep kemanusian telah berkembang pesat, tetap saja pertumpahan darah terjadi dimana-mana.

Di Selandia Baru, di sebuah Rumah Tuhan, 49 nyawa dihabisi tanpa ampun. Lumuran darah berceceran di atas tempat-tempat manusia bersimpuh-bersujud mengemis sedikit kasih Tuhan.

Kejinya, si pelaku merekam aktivitas biadabnya. Lalu disebarkan ke media sosial tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Seolah, mereka menikmati setiap darah yang menetes.

Entah, setan jenis apa yang masuk ke Rumah Tuhan lalu membantai puluhan nyawa, dengan sebuah “niatan akbar” untuk membawa puluhan orang tadi ke neraka. Tapi begitulah kenyataannya jati diri setan. Ia sendiri penghuni neraka dan tidak mau hidup di neraka sendirian.

Terorisme memang tak mengenal agama. Justru, mereka yang melakukan teror sampai dengan menghabisi nyawa banyak orang adalah orang yang paling tak beragama.

Sebab, ajaran agama mana yang mengajarkan untuk membunuh orang lain dengan alasan-alasan semisal SARA? Tidak ada satu pun agama yang datang dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengajarkan pesan-pesan kebiadaban semacam di Selandia Baru itu.

Ada sebuah video viral yang menyajikan adegan isak tangis yang  luar biasa dari sebuah keluarga. Perasaan sedih dan emosi bercampur. Semua mereka tumpahkan kepada beberapa staf dan dokter hewan yang mengurus penitipan hewan peliharaan.

Anjingnya telah terbujur kaku. Darah bersimbah dalam karung yang membungkus jasadnya. Sumpah serapah terdengar nyaring. Perasaan kehilangan yang luar biasa seolah tak mau ditinggalkan oleh anjing peliharaannya.

Itulah adalah anjing. Bagaimana jika yang bersimbah darah itu adalah manusia? Wujud yang memiliki banyak ikatan darah, keluarga, persahabatan dan hubungan lain dengan manusia lain?

Bagaimanakah perasaan keluarga yang ditinggalkan? Ditinggalkan dalam kondisi yang begitu nahas. Tanpa bisa mengucapkan kata-kata terakhir.

Serendah itukah nilai manusia dibanding makhluk Tuhan lain, sehingga beberapa manusia durjana begitu teganya menghabisi nyawa mereka?

Yang hilang dari hidup ini adalah hilangnya rasa kemanusia di antara kita. Semua disebabkan oleh rasa kebencian yang terus dikembangbiakkan.

Dan terkadang, kebencian yang berwujud sentimen rasial itu sengaja ditumbuh-kembangkan dengan tujuan untuk mendapat keuntungan politis tertentu.

Sehingga, sangat berbahaya sekali jika suatu kelompok yang untuk memenangkan pemilu, mereka justru melancarkan sentimen-sentimen tertentu sehingga memperuncing kebencian terhadap sesama anak bangsa.

Visits: 47

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *