
ALLAH PERLIHATKAN JODOHKU DI SEPERTIGA MALAM I’TIKAF
Saya tak pernah menyangka bahwa mimpi bisa mengantarkan saya dan suami bersatu dalam sebuah bahtera yang bernama “rumah tangga”.
Saya sudah cerita sebelumnya bahwa saya bisa aktif dalam Jemaat dan akhirnya mempunyai suami seorang khadim yang mukhlis, semuanya berawal dari niatan sederhana nan polos anas SMA kelas 2. Ya, saya ingin aktif di Jemaat. Saya ingin mempunyai teman-teman lajnah. Itu saja.
Dan Allah Maha Memungkinkan segalanya.
Di tahun ketiga saya ikut i’tikaf, dr. Vivien menasehati saya untuk berdoa minta jodoh, jodoh yang terbaik. Saya berpikir tak ada salahnya berdoa apapun yang terbaik. Karena pada akhirnya, kita serahkan jawabannya hanya kepada-Nya.
Pada tahun 1998, saya ikut i’tikaf untuk yang keempat kalinya. Seperti biasa, doa meminta jodoh selalu saya selipkan dalam rangkaian doa-doa saya di sepertiga malam.
Di suatu malam ganjil. Usai shalat tahajud, saya tertidur sejenak dan bermimpi.
Dalam mimpi, saya melihat dua orang khuddam yang menyukai saya. Seorang khadim terlihat hanya mengintip dari balik tirai. Satunya lagi memberi saya surat lewat sajadah.
Tiba-tiba saya terbangun karena ada cahaya yang membuat mata saya silau. Dengan polosnya saya bertanya dalam hati, kok mimpi begitu yah?
Saya tak lantas menjadikan itu isyarat bahwa khadim yang memberikan surat itu adalah jodoh saya nanti. Tapi rupanya, saya salah.
Beberapa bulan setelah i’tikaf. Betapa kagetnya saya ketika khadim dalam mimpi itu datang dan mengungkapkan satu tekad yang amat kuat. Itu terlihat dari air mukanya yang demikian yakin bahwa apa yang ia putuskan adalah pilihan terbaiknya.
“Apakah kamu mau menjadi ibu dari anak-anak kita nanti?”
Mendengar kata-kata itu jantung saya hampir mau copot. Seperti ada anak panah yang menantap di dada. Saya seperti orang linglung yang kehabisan kata untuk menjawab satu patah kata yang paling sederhana sekalipun.
Akhirnya, saya menjawab dengan perasaan yang berdebar, “Kita jalani saja yah.” Dan kami pun sepakat untuk menjadi hati masing-masing.
Bukan tentang siapa orangnya yang membuat saya demikian berbunga-bunga sekaligus berdebar-debar. Tapi ini adalah soal mimpi yang saya kira pemenuhannya adalah saat ini.
Kami pun akhirnya menikah. Pernikahan kami sudah menginjak usia yang ke-15 tahun.
Namun, satu cerita yang baru kami tahu satu sama lain belakangan. Yang kadang, suka dibuat takjud dengan skenario Tuhan. Tapi tak jarang, kami juga suka tertawa geli menyaksikan fenomena jodoh lewat mimpi ini.
“Honey, tahu gak, kenapa dulu saya pilih kamu?”
“Gak tahu, mungkin karena aku Jemaat.”
“Itu salah satunya. Tapi aku punya cerita bahwa aku bermimpi melihat kamu tenggelam. Satu persatu khuddam yang menyukai kamu menolong. Tapi semuanya gagal. Dan saya lah yang berhasil menolong kamu hingga kamu selamat.”
“MasyaAllah… beneran itu?”
Saya pun sampaikan kepadanya mengapa saya menerima dia. Karena saya juga bermimpi hal yang sama. Suamipun terkejut. Dan kami saling dibuat takjub. Kami saling tertawa melihat tangan Allah bekerja atas rumah tangga kami.
Mungkin inilah jawaban dari doa-doa yang saya panjatkan kepada Allah Ta’ala.
Berawal dari niat ingin aktif di Jemaat, Allah Ta’ala malah menunjuki saya jalan-jalan yang tak hanya saya bisa aktif, tapi kini bisa berkhidmat di dalam Jemaat-Nya.
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 5317
Masyaa Allah , Allah mengabulkan doa yang sungguh2 dipanjatkan dr hati yang paling dalam, n Allah juga banyak memberi karunia pada ibu n keluarga yang begitu sangat luar bisa.
Semoga senantiasa berlimpah karunia n juga keberkahan, menjadikan anak2 ibu mia mengkhidmat agama, nusa n bangsa seperti kedua orangtuanya.
Mubarak so mubarak