Allah Ta’ala: Teman Sejati dalam Setiap Duka

Tidak ada seorang wanita pun menginginkan perpisahan dalam rumah tangganya, jika rumah tangga yang diarungi sesuai dengan kaidah ajaran Tuhan. Waktu itu ujian demi ujian bertubi-tubi datang menghampiri kehidupannya, sebut saja namanya Mak Onah.

Mak Onah adalah seorang janda muda yang meminta berpisah kepada suaminya karena tidak tahan menjalani kehidupan dengan sosok lelaki yang pemalas tidak bertanggung jawab. Akan tetapi bukan itu yang membuat Mak Onah bertindak.

Mak Onah bertindak ketika suaminya mengalami kemunduran dalam rohani. Sebab bagi Mak Onah, memiliki pemimpin yang tidak mematuhi aturan Tuhan tidak akan membuat rumah tangga tenteram. Suaminya kala itu, jangankan untuk melakukan ibadah nafal, untuk shalat wajib 5 waktu saja begitu sulit dilakukan.

Keputusan yang diambil Mak Onah ini dianggap semua orang adalah sebuah kesombongan dan keegoisan. Mereka menganggap Mak Onah adalah seorang wanita yang mata duitan, hanya karena dia tidak terlahir dari orang yang berada.

Semua orang akhirnya menjauhi Mak onah. Jangankan orang-orang yang hanya mengenal Mak onah dari omongan orang lain, bahkan keluarga besarnya sendiri pun menjauhinya karena menganggap hidup Mak Onah tidak mendapat keberkahan dari Tuhan.

Tiada seorang pun yang peduli dengan hidup Mak Onah, bahkan ketika dia mengalami musibah dimana anaknya masuk rumah sakit di usia 5 tahun karena menderita radang otak dan dalam keadaan koma. Baik orang-orang terdekat maupun keluarganya sendiri memusuhinya pada saat itu.

Hanya sang ibu yang setia menemani Mak Onah mengahadapi ujian yang begitu berat dia rasakan. Ibu Mak Onah adalah wanita yang solehah. Beliau adalah sosok wanita tangguh yang mampu menjalani ujian kehidupan. 

Imam Syafi’i pernah berkata, “Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah SWT ingin membuatmu kuat dan Ia akan menjadi penolongmu.” Itu jugalah yang ingin ditanamkan oleh ibunda Mak Onah. Bahwa Allah Ta’ala tak akan pernah meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan apapun, apalagi dalam keadaan tersulitnya.

Sang ibunda berkata, “Terkadang kita lupa, Nak dengan janji Allah SWT. Allah telah berjanji tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.” Berkat nasehat dan semangat ini dari ibunda tercinta, Mak Onah tidak peduli dengan apa penilaian orang lain.

Hari demi hari setelah perpisahan itu, Mak Onah melaluinya dengan perbaikan demi perbaikan diri. Dia sadar manusia tidak ada yang sempurna apalagi dirinya yang lemah ini. Dia pun bertahan dan bangkit untuk menjalani kehidupan yang sulit sehingga ia mampu melaluinya seperti yang dilalui ibunda tercinta.

Hari demi hari terus berjalan, waktu pun terus berputar sehingga 6 tahun berlalu. Dalam kesendirian, Mak Onah dipertemukan dengan seseorang yang sesuai dengan keinginan hatinya. Seorang suami yang soleh, seorang pemimpin yang bijaksana yang selalu mensupport Mak Onah untuk melakukan kebaikan-kebaikan dalam kemajuan rohaninya, serta terus memacu keimanan Mak Onah untuk mencintai Allah Ta’ala.

Walau kehidupan masih dipenuhi ujian ekonomi, akan tetapi Mak Onah sanggup hidup bahagia, tersenyum, belajar dan terus belajar untuk kemajuan rohaninya. Dia tidak memiliki kekhawatiran bagaimana kehidupannya kedepan dengan keadaan ekonomi yang minim.

Sebab keyakinan Mak Onah adalah Dia mempunyai Allah Ta’ala yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Maka kehidupannya dan keluarganya akan dijamin Allah Ta’ala. Karena baginya, kelak semua akan indah pada waktunya.

Visits: 264

Sri Wahyuni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *