ALLAH ZAHIRKAN PEMBEDA ANTARA MEREKA YANG BERKORBAN HARTA DENGAN YANG TIDAK

Saya ingin berbagi sebuah kisah. Sebuah kisah dimana saya telah merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa dari pengorbanan harta di jalan Allah Ta’ala. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu setelah menjadi seorang Ahmadi.

Berawal dari sebuah kebun jambu (mede) milik kedua orang tua saya. Kebun tersebut memiliki luas kurang lebih satu hektar. Setiap tahun kami selalu mendapatkan hasil yang begitu banyak tiap kali panen.

Namun, lima tahun belakangan ini kami gagal panen. Buah jambu tidak berbuah sama sekali. Meskipun demikian kami tidak berputus asa. Tetap sabar dan berdoa. Berharap kepada Allah semoga tahun depan jambu dapat berbuah lagi.

Rupanya, Allah Ta’ala mendengarkan doa kami. Walhasil, pada tahun 2018 jambu berbuah meskipun hasilnya tidak sama seperti lima tahun sebelumnya.

Dari hasil penjualan jambu, saya selalu menyisihkan sebagian darinya untuk membayar candah. Begitu setiap bulannya.

Masuk tahun berikutnya (2019). Jambu kembali berbuah. Dan alhamdulillah hasilnya lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Hingga akhirnya para tetangga pun heran. Salah satu dari mereka berkata, “Banyak sekali buah jambumu berbeda dengan kami, padahal pohon jambu kita berada dalam satu lahan yang sama hanya dibatasi pagar. Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian pergi ke Moko?”

Moko adalah nama sebuah kampung yang biasa didatangi orang-orang untuk meminta pertolongan. Lebih tepatnya Moko adalah tempat perdukunan. Naudzubillah mindzaalik…

Mendengar pertanyaan tersebut, saya menjawab, “Apapun yang kami dapatkan saat ini tak ada kaitannya dengan apa yang telah Anda sampaikan. Kami tidak perlu ke Moko untuk meminta pertolongan.”

Ia pun semakin keheranan karena sangkaan mereka tidak benar rupanya. Saya melanjutkan, “Cukup Allah yang menjadi penolong bagi kami. Dan ini semua merupakan pertolongan dari Allah. Ini rezeki dari Allah Ta’ala.”

Ia mulai mencerna apa yang saya katakan. Lalu saya melanjutkan lagi, “Yang kami lakukan hanyalah mengeluarkan sebagian dari hasil penjualan jambu di jalan Allah. Jadi, jika anda ingin memperoleh hasil seperti yang kami dapatkan maka lakukanlah seperti apa yang saya lakukan.”

Anda tidak bisa mengisi sebuah mangkuk dengan air jika Anda tidak mengosongkannya terlebih dahulu. Oleh karena itu, apa yang telah Anda peroleh dengan cuma-cuma, berikanlah juga untuk agama secara cuma-cuma. Dengan demikian ” mangkuk” Anda akan selalu dipenuhi-Nya,” orang tersebut pun terdiam dan memohon izin untuk pergi tanpa berkata lagi.

Allah Ta’ala menzahirkan perbedaan yang nyata antara mereka yang memberikan apa yang mereka cintai untuk Allah dengan mereka takut untuk memberikannya.

Dia telah mengajarkan kepada kita,

“Sekali-kali kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna sebelum kamu membelanjakan sebagian dari apa yang kamu cintai; dan apa pun yang kamu belanjakan, maka sesungguhnya tentang itu Allah Swt Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 93)

Mengapa kita mampu untuk memberikan sesuatu yang kita cintai, kita sayangi berupa harta benda kita? Jawabannya pasti karena cinta yang membuat orang bergerak melakukan apapun itu.

Seorang suami, yang demikian cintanya kepada sang istri, akan memberikan apapun itu dari benda-benda yang paling ia cinta. Sebab cinta tak pernah ingin berbalas. Itu hanya ungkapan paling murni seseorang untuk membahagiakan orang yang paling dicintainya.

Ketika kita mengatakan bahwa kita cinta Allah Ta’ala, apa bukti yang bisa kita zahirkan untuk membuktikan cinta itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah kita harus mempersembahkan sesuatu yang paling kita cintai untuk-Nya.

Dan benar bahwa cinta butuh pengorbanan. Ini merupakan taraf tertinggi dari kebajikan yang sempurna. Dimana tanpanya, kecintaan kita hanyalah di mulul belaka.

Lalu mengapa masih banyak orang yang enggan memberikan pengorbanan spesialnya kepada Allah Ta’ala?

Salah satu yang menjadikan seseorang enggan untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah adalah rasa takut. Takut hartanya akan berkurang. Padahal sesungguhnya, harta itu bukan suatu tujuan hidup dan bukan pula suatu sebab untuk menggapai kebahagiaan.

Jika kita menempatkan harta sebagai tujuan hidup dan menganggapnya sebagai segala-galanya, maka kita akan merasakan kesempitan dan himpitan hidup dari pada kedamaian hati. Tujuan hidup adalah melaksanakan amanah Ilahi yaitu ibadah. Salah satunya adalah membelanjakan harta di jalan Allah.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 140

Halima Ahmad

2 thoughts on “ALLAH ZAHIRKAN PEMBEDA ANTARA MEREKA YANG BERKORBAN HARTA DENGAN YANG TIDAK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *