
Cinta Lajnah Buat Khuddam (CLBK)
Kadang terlintas dalam hatiku. Ingin menikah dengan laki-laki yang tampan, terpandang, juga mapan. Tapi akhirnya, hati kecilku berkata tidak. Dan benar saja, pilihan tersebut itulah yang menentukan jalan hidupku kini.
—–
Saya seorang Ahmadi keturunan. Sejak kecil sudah terbiasa mengikuti kegiatan-kegiatan Jemaat. Seperti Jalsah, Ijtima juga kegiatan-kegiatan lainnya.
Senang. Punya banyak teman di masjid. Masjid sudah menjadi rumah kedua saat itu. Semua baik-baik saja, hingga negara api datang. Eh maaf, maksudnya, hingga masa remaja datanglah.
Masa remaja alias masa muda sering disebut juga masa-masa mencari jati diri. Banyak hal yang ingin kita ketahui, lakukan dan rasakan pada masa-masa itu.
Pada fase ini saya lebih banyak bergaul dengan teman-teman “ghair Ahmadi” yang mereka adalah teman-teman sekolah saya. Saya mulai menemukan kenyamanan baru.
Ada tempat bersandar baru dalam mengarungi kehidupan remaja yang serba mau ini dan itu. Hingga akhirnya, saya hilang dari peredaran kegiatan-kegiatan Jemaat.
Saya merasa lebih asyik ikut kegiatan-kegiatan di sekolah. Saya merasa lebih bebas. Saya merasa menemukan jati diri saya bersama teman-teman.
Sudah mulai hilang dalam ingatan. Masa-masa kecil ketika demikian semangat berkegiatan di masjid. Kini, semua itu tinggal kenangan yang telah tergantikan dengan sebuah catatan baru yang lebih mengasyikkan dalam hidup saya.
Jadi, sangat wajar. Dalam keadaan demikian, saya lebih memilih yang rupawan, terpandang juga mapan dalam urusan jodoh. Karena perasaan seperti itu alami bagi perempuan manapun.
Hingga akhirnya saya tersadar. Bahwa tujuan menikah bukan untuk mencari dunia. Tujuan menikah adalah untuk mendapatkan akhirat dan keridhaan Allah Ta’ala.
Lama mencari dan memuaskan ambisi-ambisi dunia soal jodoh yang tak kunjung bertemu. Saya pun mengalami titik jenuh yang membuat saya menata ulang niat saya untuk menikah.
Saya pun kasihan melihat orang tua yang sudah makin berumur. Ibu suka menyampaikan, teman-teman seusia saya yang sudah memiliki momongan. Hingga ibu menyampaikan kepada saya agar cepat menikah.
Hingga akhirnya, saya mantap memutuskan untuk CLBK. Ya, Cinta Lajnah Buat Khuddam. Titik.
Dan terbukti. Setelah menikah, ambisi-ambisi duniawi yang dulu saya idam-idamkan tak ada arti dalam rumah tangga. Rumah tangga itu sangat komplek. Tak sesederhana drama cinta dalam layar televisi kita.
Rupanya. Yang saya butuhkan dalam sebuah bahtera rumah tangga adalah sosok yang sejalan dalam urusan dunia juga akhirat. Ya tentu ia harus seorang Ahmadi, seorang Khuddam.
Sebab, jika dalam sebuah bahtera, ada dua tujuan bersama yang saling berbeda, bagaimana mungkin keharmonisan bisa tercipta?
Saya juga merasakan, bagaimana sosok suami yang bisa menjadi teladan bagi istri dan anak-anak merupakan dambaan seorang istri.
Tak hanya mampu menjadi teladan. Ia pun bisa bertanggung jawab, dewasa, mandiri juga aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan Jemaat.
Hingga saya berkesimpulan. Pada akhirnya, bukanlah fisik dan keuntungan-keuntungan dunia yang kita perlukan dalam mengarungi lika-liku kehidupan rumah tangga. Karena semua itu tak menjamin kebahagiaan yang hakiki.
Teruntuk para Lajnah dan Khuddam yang tengah mencari jodoh. Bulatkan tekad bahwa jodohmu harus seorang Ahmadi. Tekad harus diiringi dengan doa dan usaha.
Terlebih lagi, dalam Jemaat ini adalah lembaga Rishtanata yang bisa menjadi jembatan penghubung setiap Ahmadi mendapatkan jodohnya.
Pernikahan adalah titik tumpu atau pondasi kehidupan kita kedepannya. Ia bukan akhir tapi awal dari segalanya. Jika kita sudah salah di awal, jangan pernah berharap ke depannya akan baik-baik saja.
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 226
Mubarak sy ucap kan pd LI yg teguh pd pendirian nya semoga menjadi inspirasi bg khudam & LI sebagai generasi yg taat pd Nizam jemaat…
Mubarak Ya 💖💞
Mubarak kak. 🍁💚
Mubarak kak 🍁💚
Sepertinya banyak yang mengalami CLBK spt kisah ini🤭
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menganugerahkan jodoh yang shalih-shalihah bagi para LI & Khuddam yang teguh CLBK.. Aamiin
💪💝
Putiah kapeh buliah dilihaik, putiah hati bakaadaan. Lah elok mato mamandang, lah sajuak talingo mandanga. Lamak bak raso santsn, manih bak raso tangguli. Lah sanang kiro kiro kecek urang minang. Cindekna ceuk urang sunda mah bungah bungangang amar watasuta. Sudah mulai banyak khuddam-lajnah muda yg menyadari kemuliaan nikah seiman. Ini sejalan dengan Quran Surah At-Thuur : 22. ( janji Allah mempertemukan orang beriman dengan keturunannya yang seiman di surga. Yang tentu harus diawali dengan pasangan yang seiman. Jazakumullah barudak. Sakieu ti nujadi kolot.