CORONA BUKAN SELEBRITA

Dua minggu berlalu, aku masih dengan rutinitasku rebahan untuk membela Indonesia, begitu katanya skill terbaru yg dipakai untuk jihad. Bukan dengan mengangkat senjata tapi cukup stay at home melawan corona.

Corona menjadi seleb baru yang menggemparkan dunia, aku sendiri tidak tahu bagaimana rupanya. Apakah lebih imut dari Ria Ricis? Atau lebih galak dari Nyai Nikita?

Tapi yang jelas, Corona mampu menyabet ketenaran dengan menggeser seleb-seleb yang nyari sensasi di media sosial. Tidak perlu waktu lama semua orang jadi kenal si Corona. Gak tua gak muda, pasti bicara tentang Corona. Mungkin juga sekarang lambe turah lebih fokus sama corona dari pada selebrita.

Buka instagram ya pasti tentang corona, buka story teman ya pasti tentang corona, buka WhatsApp ya pasti tentang corona, buka YouTube ya pasti tentang corona, setel TV juga tentang Corona. Karena semuanya tentang corona, batuk sedikit juga jadi takut, teman flu dikit jadi curiga. Aduuuuuh pusing lah kepala.

Tapi, gak semua orang Indonesia rempong kaya aku. Ada juga yang tetep santuy, keluar rumah tanpa masker it’s okay. Nongkrong ngopi bareng temen it’s okay, ada juga Ibu-ibu batuk didepan orang gak ditutup it’s okay. Saking banyaknya yang okay okay di Negara +62 tahu-tahu udah 1000 orang aja yang positif corona.

Katanya eh katanya nih. Corona bakal nyerang orang kota aja, soalnya di kampung masih banyak pohon. Mohon maaf nih ya, apa hubungannya virus sama pohon? Yang kita hadapi sekarang virus coy, bukan banjir.

Menurutku sih, Corona itu alarm besar, biar manusia gak kebablasan bikin dosanya. Kalau kata quotes bijaksana “Bumi sedang memulihkan dirinya“.

Coba ayo pikirin kalau corona kagak muncul, Jakarta pasti masih padet sama asap kenalpot yang bikin polusi. AC kantoran yang dingin di dalam, di luar bikin makin panas dimatiin.

Corona dateng, orang-orang mulai membuka kembali akses ke Tuhannya. barulah mereka berlomba-lomba berdoa “Ya Allah, lindungi kami dari Corona.” Lah lah kemarin-kemarin kemana aja?

Corona ngajarin manusia hidup sederhana, boro-boro jalan-jalan, keluar pintu aja berasa jihad. Nongrong-nongkrong berasa diliput wartawan lampu merah. Jangankan mau shoping sana sini, semua mal juga pada tutup.

Kalau dipikir-pikir, kayanya manusia kudu muhasabah diri, introspeksi diri. Kenapa nih, Langit sampai murka begini. Allah lagi nyediain waktu buat kita beribadah sepuas-puasnya di rumah. Buat ngumpul bareng keluarga atau belajar masak buat anak muda yang mau menikah. hihihihi…

Kalau dipikir-pikir lagi Islam udah lama ngajarin kita hidup bersih. Kaga ada tuh ceritanya kita makan kaga cuci tangan. Sekarang coba lihat mana ada orang yang salam sampe gagabrugan, cipika-cipiki. Terus intensitas ketawa manusia di bumi jadi berkurang, bukan cuma rebahan yg dilakukan tapi juga membuka pintu pertaubatan sebelum bulan ramadhan. Rencana Tuhan pasti memberikan pesan.

Memang sih setiap manusia akan menemui ajal, tapi kan se-engganya kudu berusaha, berikhtiar dulu, berjuang bukan pasrah. Cuci tangan pakai sabun, pakai masker, makan makanan sehat, jaga kesehatan, perhatikan etika batuk. Ya meskipun bosan mendengarnya, tidak ada salahnya mengingatkan.

Ditengah kegentingan ini, aku menyadari corona bukan lagi selebriti abadi, dia adalah enemy, sekaligus pandemi yang perlu kita basmi.

Kalau memang masih memiliki rasa kemanusiaan, kita di rumah aja sambil bertafakur diri, nambahin pahala dan say good bye sama Corona.

Gak perlu jauh-jauh ke bulan untuk nemuin vaksin corona, atau angkat senjata buat ngebela negara, dokter dan perawat cukup kita kirim doa. Jangan banyak kemana-mana, udah di rumah aja.

#Coronaturunpanggung

Visits: 36

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *