
Damai dalam Keberagaman
Rere, si gadis tomboy yang cantik, penuh semangat dan ramah. Dia bekerja sebagai supervisor di salah satu kantor cabang perusahaan telekomunikasi. Perjuangan dia menuju posisi yang sekarang bukanlah hal yang mudah. Banyak liku yang menghadang dan bisa dilaluinya dengan baik.
“Hei, Zam! Kok, belum berangkat jumatan, kamu?” tanya Rere pada salah satu anak buahnya.
“Eh, iya, Mbak Re, bentar lagi nyusul. Ini belum ada yang jaga counter,” jawab Azam.
“Oh, ya, udah! Berangkat aja, sana! Sudah siang, biar di sini saya yang jaga,” tukas Rere.
“Wah, beneran nggak apa-apa, nih? Saya nggak enak, Mbak,” timpal Azam sungkan.
“Ingat, ya, Zam. Kamu saya perhatikan sudah 2 kali tidak pergi jumatan, satu kali lagi dosa besar, loh, kalo nggak pergi,” ujar Rere mengingatkan.
“Iya siap, siap, Mbak Re! Berangkat nih sekarang. Makasih, ya. Izin titip di sini, dah…,” pamit Azam pada atasannya itu.
Itulah rutinitas Rere jika sedang tidak ada jadwal ke lapangan. Dia memastikan anak buahnya bekerja dengan baik dan tidak lupa pula untuk tetap menunaikan kewajiban beribadah. Dia tidak sungkan untuk menggantikan tugas rekannya ataupun bawahannya jika dia sedang ada waktu.
Rupanya hal ini dilakukan karena dia tidak ingin sesuatu yang pernah dialaminya akan terulang pada orang lain. Rere mencoba mengamalkan salah satu isi dari Alkitab yakni, “Apa pun yang kamu ingin orang lain lakukan kepadamu, lakukanlah itu juga untuk mereka.” [1]
Dia memulai karier sebagai SPG. Hari Minggu merupakan hari sibuk yang membuatnya harus bekerja saat karyawan lain libur. Padahal, hari Minggu adalah waktunya untuk pergi ke misa kebaktian setiap minggunya. Namun, di awal karirnya dia tidak sempat ke gereja untuk beberapa waktu yang lama.
Ada kegelisahan dan keresahan, namun semua dia jalani sambil berusaha memberikan yang terbaik agar suatu saat pekerjaannya bisa menjadi lebih baik. Dia pun berharap kesempatannya untuk beribadah tidak terhalang lagi oleh jadwal pekerjaan.
“Halo, Rere Sayang! Mau mie ayam nggak, nih? Saya sudah bawain juga buat Kamu. Kamu belum makan siang kan, ya?” tiba-tiba ada suara Zara membuyarkan lamunan Rere.
“Inget aja kamu, Za. Makanan favoritku, kebetulan banget! Ya sudah, kita makan bareng di sini aja, takut ada pelanggan datang,” ucap Rere pada Zara.
“Ok siap.”
Mereka berdua pun makan siang dengan lahapnya sambil bercengkerama begitu asyiknya. Mereka adalah 2 sahabat yang berjuang dari nol. Zara adalah orang yang pertama kali mengenalkan arti toleransi bagi Rere. Ketika mereka masih sama-sama menjadi SPG, mereka saling menguatkan, saling membantu, termasuk dalam hal penggantian jadwal.
Zara tidak sungkan untuk menggantikan jadwal Rere bekerja agar dia bisa pergi ke misa tiap hari Minggu. Tak jarang Rere sering bergegas cepat tukar shift setelah misa selesai karena merasa tak enak kalau Zara terlalu lama menggantikannya. Rere pun selalu sigap jika waktu salat tiba maka dia mengingatkan Zara. Dari semenjak itulah mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan.
Seiring dengan berjalannya waktu, karir Rere semakin melejit. Tahap demi tahap dia lewati sampai akhirnya menjadi supervisor di kantor cabang dan Zara bekerja sebagai admin umum di tempat yang sama. Mereka mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan.
Sejatinya toleransi itu adalah adalah sikap dan perilaku menghargai, menerima, dan menghormati perbedaan, baik itu agama, suku, ras, budaya, pendapat dan lainnya. Toleransi tidak berarti menyetujui atau menerima segala sesuatu tanpa kritis, melainkan memahami dan menghargai perbedaan sebagai bagian dari keberagaman.
Apa yang dilakukan oleh Rere dan Zara adalah merupakan contoh toleransi yang positif. Mereka saling menghargai perbedaan yang mereka miliki, namun tidak saling menjatuhkan satu sama lain sehingga hal-hal yang bisa berujung dengan konflik terhindarkan.
Seperti dalam Al-Qur’an, Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, serta beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” [2]
Maka dari itu saling berbagi kebahagiaan adalah hal yang sangat baik. Bagi Rere dan teman-teman yang merayakan natal hari ini, “Selamat berbahagia dalam merayakan Natal.” Love for all hatred for none.
Referensi:
[1] Matius 7: 11
[2] QS. Al-Baqarah 2: 62
Visits: 35