Doa Belum Terkabul? Ikuti Petunjuk Ini

Mengapa kita diharuskan berdoa kepada Allah Ta’ala padahal jika ditelisik lagi bahwa Allah memiliki sifat Maha Mengetahui. Mengetahui segala isi hati manusia dari yang baik hingga yang buruk dan siapapun tidak bisa menyembunyikannya dari Allah, lalu mengapa kita harus meminta segala sesuatu yang diinginkan kepada Allah lewat doa padahal Dia mengetahui apa yang kita tidak ketahui?

Jawabannya, sebenarnya sudah ada secara gamblang di dalam Al-Qur`an

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang–orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Janaham dalam keadaan hina dina.” (QS Ghafir: 60)

Dalam ayat tersebut ada pemaknaan bahwa dari berdoa kita diajarkan bagaimana menjadi manusia yang tidak sombong. Idealnya ketika diberi ujian oleh Allah Ta’ala kita akan meminta kemudahan lewat doa dan ketika Allah memberi kita kemudahan dalam segala pencapaian maka lewat doa pulalah kita memanjatkan syukur.

Jika dianalogikan mungkin doa itu seperti pengingat bahwa kita ini manusia yang memiliki Tuhan dimana kemudahan yang kamu terima itu berasal dari Allah Ta`ala melalui media apa saja, dan segala kesulitan itu datangnya pula dari Alla Ta`ala yang dimana berarti solusinya ada pada-Nya.

Islam selalu hadir dengan mengajarkan segala sesuatunya dengan sempurna, dimana Al-Qur’an menjadi salah satu pondasi dasar bagi kita semua untuk menjalani kehidupan. Al-Quran mengajarkan kita banyak tentang hidup, salah satunya adalah tentang bagaimana kita bertindak, yang dikenal dengan “adab”. Ada adab berinteraksi sesama manusia, adab berdagang, adab berperang dan lain sebagainya.

Dan berdoa juga punya adabnya sendiri. Untuk apa adab tersebut? Tentunya, untuk mencapai tujuan dari do aitu sendiri, yakni pengabulannya.

Berdoa kepada Allah Ta’ala adalah media kita berdialog dengan-Nya. Manusia seperti kita pun bisa berdialog dengan Tuhan namun bukan dalam konteks dua arah dimana Allah menjawab langsung seperti yang dialami beberapa Nabi. Tapi kita bisa berkeluh-kesah atau mungkin bisa dikatakan ‘curhat’ dengan Allah melalui doa.

Kembali lagi mengenai adab dari berdoa. Ketika kita akan berdialog dengan seorang guru maka kita di ajarkan untuk menggunakan bahasa yang sopan dan sikap yang baik, maka saat berdialog dengan Allah lewat doa pun ada adabnya seperti diterangkan dalam sebuah ayat.

“Berdoalah dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-A`raf : 55)

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan, ketika Allah Ta’ala memberitahu kita dengan sangat jelas bagaimana cara berdialog lewat doa dengan-Nya.

Seperti di awal pembahasan doa hadir sebagai reminder bagi kita agar tidak menjadi pribadi yang sombong. Untuk itu, kita perlu melenyapkan sifat sombong itu dalam berdoa.

Rendah hati atau biasa disebut tawadhu adalah upaya kita untuk tidak bersikap sombong, doa yang didasari dengan sikap tawadhu ini akan membuat kita berdoa dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan penilaian dari orang lain.

Suara yang lembut pun memberi kita tanda bahwa memang doa yang baik itu adalah doa yang datang dari hati bukan doa yang dilakukan dengan teriak-teriak atau dengan suara terang-terangan lalu mengundang penilaian dari orang lain.

Sebab berdoa perlu khusyu, lalu kekhusyuan apa yang bisa didapat dari berdoa yang dilakukan dengan jalan berteriak-teriak? Atau hanya sekedar mengatakan “amin” sambil berteriak? 

Pernah dikisahkan pada zaman Rasulullah Saw bahwa para sahabat Nabi di setiap ibadahnya akan mengusahakan untuk ibadah dilakukan dengan diam–diam sebagaimana mereka menutupi aibnya. Ya, umat pada zaman itu mengedepankan kekhidmatan dalam berdoa.

.

.

.

Penulis: Renna Aisyah

Editor: Muhammad Nurdin

 

Visits: 462

Renna Aisyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *