DOA IBU YANG MENJAGA IMANKU
Aku terlahir sebagai anak Ahmadi. Dari kakekku-lah aku mendapatkan gelar sebagai Ahmadi keturunan. Sejak aku kecil ibuku adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupku dan beliau juga yang mengenalkanku kepada Jemaat Ahmadiyah ini.
Ibuku selalu mengajarkan aku dan kakak-kakakku ilmu agama semampu yang beliau bisa. Hingga hari ini ketika aku sudah mempunyai 2 orang anak, dalam setiap telpon ibuku selalu berkata, “Jangan pernah tinggalkan shalat ya.”
Dari aku kecil, ibulah yang dengan sabar mengajarkan aku sholat dan mengaji walau terkadang aku bandel dan berbohong padanya. Aku katakan padanya kalau aku sudah shalat padahal belum. Tapi beliau selalu saja tahu bahwa aku telah berbohong. Beliau kemudian bersikeras untuk aku mengerjakan shalat kembali yang dengan terpaksa aku lakukan supaya beliau berhenti mengomeliku.
Sewaktu kecil saat libur kenaikan kelas, ibuku juga selalu membawaku pergi ke Bogor untuk mengikuti acara pertemuan (Jalsah Salanah) di sana. Kadang aku tidak mau karena hanya aku yang diharuskan untuk ikut. Sedangkan kakak-kakakku yang lain malah ikut dengan ayahku. Mereka menikmati liburan yang didapatkan dari tempat kerja ayah, ke berbagai tempat yang menyenangkan.
Tapi ibuku selalu tidak membolehkanku ikut ke sana dan malah mengajakku seorang ke acara Jalsah Salanah itu. Aku dulu kesal dengan ibuku, kenapa hanya aku yang harus ikut dengannya, sedangkan kakak-kakakku tidak?
Saat aku mau melanjutkan sekolah ke SMA, aku juga diajak oleh ibuku ke acara Jalsah Salanah. Di sanalah aku tahu bahwa ada sekolah punya Jemaat yang didirikan dengan doa Hazrat Khalifah ke IV, HZ. Mirza Tahir Ahmad rh. Tentu saja ibuku sangat bersemangat agar aku masuk ke sekolah itu.
Awalnya aku hanya setengah hati untuk masuk ke sekolah itu. Berat rasanya memikirkan aku harus berjauhan dengan keluargaku yang sama sekali tidak pernah aku lakukan. Bahkan untuk menginap di rumah saudaraku-pun aku enggan, apalagi harus hidup berjauhan dengan keluargaku.
Aku berpikir mungkin aku tidak bisa. Tapi dengan dorongan ibuku, tentunya aku mengalah dan aku sekolah di sana. Alhamdulillah aku kemudian lulus pada tahun 2006 dengan penuh perjuangan dan banyak pengabulan doa yang aku rasakan.
Saat ini aku baru menyadari bahwa inilah cara Allah Ta’ala, melalui perantaraan ibuku, untuk mengenalkanku ke Jemaat ini. Di sekolah itulah aku mengenal Jemaat lebih dalam lagi.
Aku terkadang malu dengan teman-temanku karena aku tidak tahu apa-apa tentang Jemaat ini. Aku layaknya seorang mubayyiah baru yang mulai mencari tahu tentang Jemaat ini. Aku membaca buku-buku Jemaat karya Hazrat Masih Mau’ud a.s. yang saat di rumah tidak pernah sedikitpun aku buka. Dan di sekolah ini pula aku mengenal laki-laki yang saat ini menjadi suamiku dan ayah dari anak-anakku.
Dari dia juga aku banyak diberikan buku-buku yang semakin membuka mataku tentang kebenaran Jemaat Ilahi ini. Apalagi saat ini aku berstatus sebagai istri dari seorang mubaligh yang mengharuskan aku untuk lebih banyak lagi membaca buku, yang dahulu tidak pernah kubaca sedikitpun.
Aku semakin sadar bahwa ini adalah doa ibuku yang ingin aku tetap berada di jalan-Nya dan semakin mengenal Jemaat yang dahulu sudah diperjuangkan oleh kakekku. Ini juga merupakan doa ibuku yang tidak ingin ada lagi anaknya yang menikah dengan non-Ahmadi.
Dan juga doa beliau yang tidak ingin ada anaknya mengulang kesalahannya dahulu yang menikah dengan seorang non-Ahmadi yang rela baiat hanya demi menikah dengan ibuku. Ya, dia adalah ayahku.
Jadi, aku ingin mengingatkan kepada seluruh anak Ahmadi keturunan, jangan pernah hanya berbangga hati sebagai Ahmadi keturunan tanpa menggali segala literatur Jemaat. Label Ahmadi keturunan sama sekali tidak berarti apa-apa bila benak kita kosong akan wawasan tentang Jemaat dan hati kita hampa dari kecintaan pada Jemaat ini.
Di luar sana banyak orang-orang yang berusaha mempelajari tentang Jemaat Ahmadiyah ini. Jangan sampai kita tertinggal dan hanya bisa membanggakan diri sebagai Ahmadi keturunan, namun sebagai label semata.
Carilah juga jodoh di Jemaat ini, yang bisa menjadi teman hidup untuk saling menopang dan saling mendukung dalam keimanan dan ketakwaan. Dan tentu saja, menjadi rekan dalam berkhidmat di bahtera Ilahi ini.
.
.
.
editor: Lisa Aviatun Nahar
Visits: 45
Masyaallah bu,, sangat menyentuh hati dan sangat memotivasi saya yg sama sebagai Jemaat keturunan. Jazakumullah
Mubarak Bu Mega lebih semangat lagi dalam pengkhidmatan nya ya
MashaAllah ❤️❤️❤️
I love you
MashaAllah ❤️❤️❤️
I love you ……