Doa Ibuku Menembus Langit

Pagi yang cerah ini membuatku semangat untuk “mojok” dan menyendiri. Menyempatkan menulis apa yang kudengar dan kualami kemarin. Kakakku bercerita tentang ibu. Ya Ibu yang selalu kurindu.

Sudah hampir 30 tahun pengkhidmatanku mendampingi suami di medan juang. Berkeliling ke beberapa tempat yang lumayan jauh dari kampung halaman.

Tugas pertama suamiku di Kebayoran, Lenteng Agung dan Depok . Hampir sekitar 3 tahun lamanya. Lanjut mutasi ke Sulawesi Tenggara selama 7 tahun. Kemudian ke Lombok 4 tahun. Kembali lagi ke Sulawesi Tenggara 4 tahun. Mutasi lagi ke Lenteng 6,5 tahun. Lanjut ke Bangka Belitung 4 tahun.

Sejak tugas di Babel, kami tinggalkan anak- anak di Jakarta. Dengan tujuan agar mereka bisa cepat mandiri dan dapat mengenyam pendidikan yang bagus disana. Walaupun berat hati berpisah dengan mereka. Namun kucoba jalani demi kebaikan semuanya.

Tidak terasa setelah 4 tahun  tugas di Babel suami lanjut mutasi ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada saat itulah kami mulai merasakan bahwa pasti akan semakin sulit untuk bisa berjumpa dengan anak–anak karena tempat tugas semakin jauh dari Jakarta.

Namun rupanya Allah demikian sayang terhadap kami. Dengan karunia-Nya dalam setahun aku bisa dua kali ke Jakarta. Meski untuk urusan Jemaat karena mendapat amanat sebagai Ketua Daerah Lajnah di tempat tugas, tapi alhamdulillah bisa sekalian menemui anak-anak walaupun tak lama.

Kini yang paling kepikiran adalah soal ibuku. Karena ibulah satu-satunya yang masih ada. Beliau sangat senang saat dikunjungi di sela-sela tugas. Namun beliau ikhlas meski jumpat dalam waktu singkat.

Tapi hati kecilku melihat dan merasakan kerinduan yang begitu besar dari seorang ibu. Hingga akhirnya, di setiap sepertiga malamku, selalu kuselipkan doa agar Allah memberikan karunia kepadaku untuk dapat merawat ibu di usianya yang makin senja.

Doa mengalir begitu saja. Dengan tiba-tiba diikuti deraian air mata. Setelahnya, aku hanya bisa pasrah, biarlah Allah yang akan mengaturnya.

Suatu hari. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telpon dari salah seorang sahabat di Sulawesi Tenggara. Menanyakan apakah ibu dan bapak mutasi ke Sultra?

Saya bingung bukan kepalang. Karena memang belum ada kabar apa-apa. Saya hanya menjawab tidak tahu.

Sahabat tersebut bercerita bahwa ada sesepuh yang bercerita, ia sangat bahagia mendapat kabar bahwa kami akan ke Sultra lagi.

Mendapat info seperti itu kembali pikirannku tertuju kepada anak-anak dan ibu. Jika betul demikian pasti semakin jauh lagi dengan mereka. Harapan untuk menjaga ibu di usia senjanya pun akan sirna.

Rupanya Allah lagi-lagi demikian sayang terhadap kami. Dia telah menyiapkan sebuah hadiah buat kami.

Waktu aku sedang di Bogor menemani anak-anak. Suami tiba-tiba memberikan kabar yang membuatku demikian kaget dan tidak percaya. Beliau mengatakan bahwa beliau mutasi ke Jemaat Cikalongkulon.

Aku langsung bertanya memastikan, apa betul info ini? Bukan candaan?

Ternyata memang benar. Surat Keputusan sudah ada. Aku pun diminta segera pulang dulu ke Balikpapan untuk mengemasi barang-barang, sekaligus Sertijab Ketua Daerah.

Singkat cerita tibalah kami di tempat tugas baru. Selama 15 hari harus isolasi mandiri demi keamanan semua. Maklum baru datang dari zona merah dan perjalanan melintasi beberapa tempat yang rawan covid juga.

Setelah aman melalui masa isolasi mandiri. Yang kudahulukan adalah menemui ibuku tercinta. Waktu itu belum berani pelukan karena masih ada kekhawatiran. Jadi hanya bisa kangen-kangenanan agak mengambil jarak. Sambil cerita perjalanan hingga karunia  dapat SK mutasi ke kampung halaman.

Tidak terasa air mata menetes. Saat kakakku bercerita bahwa sebulan terakhir ini ibu berdoa secara khusus agar kami bisa mutasi ke arah yang lebih dekat dengan beliau. Dan ternyata Allah Ta’ala mengabulkannya.

Doa seorang ibu adalah doa yang selalu dinanti anak-anaknya dan doa yang mujarab. Hal ini karena seorang ibu memiliki banyak keutamaan yang tentunya Allah mengangkat derajat tinggi seorang ibu yang telah berjuang keras dan berjihad untuk membesarkan anak-anaknya dengan ilmu dan kasih sayang.

Doa ibu tentu saja berbeda dengan doa yang dipanjatkan oleh orang lain yang bukan merupakan orang tua atau bagian terpenting dalam hidup kita. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadits bahwa, “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi (kemakbulannya), yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Abu Daud)

Doa orang tua adalah doa yang mustajab. Malahan, dikatakan bahwa doa ibu dapat menembus langit dan langsung dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

.

.

.

Penulis: Yati Nurhayati

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 634

Yati Nurhayati

3 thoughts on “Doa Ibuku Menembus Langit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *