
KEDAHSYATAN DO’A
Dari bulan ke bulan ada segenap perasaan gelisah dan pikiran yang gundah gulana akibat dampak tak langsung Covid-19. Pikiran yang kalut dibuatnya disebabkan banyaknya kebutuhan, akan tetapi keuangan yang ada semakin berkurang.
Saya pun berpikir, dari hari kehari beras semakin berkurang karena terpakai, begitu juga dengan bahan pokok lainnya. Dan ditambah lagi, belum tanggal tua keuangan sudah menipis drastis.
Saya mengatakan kepada suami saya apakah akan cukup beras dengan beberapa liter saja untuk bulan ini? Dan sisa uang yang ada apakah cukup?
Dengan tenangnya ia menjawab, InsyaAllah cukup.
Saya pun hanya berdo’a semoga Allah Ta’ala mencukupkan segalanya. Sebab, saya pikir, tidak ada lagi tempat bergantung yang bisa diandalkan selain Dia.
Beberapa jam setelah kami berdiskusi ringan mengenai beras, tiba-tiba ibu Ketua LI mengunjungi rumah dengan membawa beberapa bahan pokok seperti beras, sarden, mie dsb.
Rasa syukur dan perasaan senang menghampiri, rasanya seperti keajaiban doa yang datang dengan bak kilat yang menyambar di siang hari.
Pikiranpun berlanjut kepada bayi kami yang masuk usia ke-7 bulan, yang kini sedang membutuhkan asupan makanan tambahan, yakni MPASI.
Sebagai ibu yang baru memiliki sang buah hati semata wayang, ingin rasanya memenuhi kebutuhannya, agar ia bisa tumbuh dengan cepat.
Saya pun berucap kepada suami agar membeli pisang atau alpukat di kebun seorang anggota dengan sisa uang yang ada, dan semoga pisang dan alpukatnya sudah waktunya panen.
Mau tidak mau suami saya pun pergi ke luar rumah untuk membeli makanan tambahan bayi, saya hanya berdo’a semoga dengan keuangan yang ada, dapat mencukupi untuk satu bulan ini.
Sambil menunggu kedatangan suami, tiba-tiba perut terasa lapar, mungkin pengaruh terus menyusui. Saya lihat ada dua kotak biskuit yang ada di bawah meja yang sebenarnya sudah kadaluarsa. Saya saya cek kualitas isinya ternyata masih bagus, masih kriuk saat digigit.
Saya pun lantas memakannya untuk menghilangkan rasa lapar sejenak sambil berdo’a semoga tidak terjadi apa-apa.
Tak lama kemudian suami saya datang dengan membawa alpukat. Kemudian suami berbicara, Alhamdulillah, alpukatnya dikasih dari anggota, beliau tidak mau dibeli katanya.
Satu sisi ada rasa senang, tapi sisi lain rasa sedih menggelayut dalam fikiran bahwa di masa-masa ini anggota tersebut masih saja berfikiran untuk berbagi. Hanya sederetan doa yang tulus untuknya, semoga Allah memberikan kesehatan dan kelapangan rezeki untuknya.
Pada hari kedua suami mendapat tugas dan harus keluar rumah, kemudian ketika pulang, dengan senyum yang mengembang, dengan bungkusan di tangan, suami bercerita, Alhamdulillah, ada papaya dari anggota.
Pada hari ketiga karena obat bayi ketinggalan di luar rumah sehingga suami saya pun harus keluar dan mengambil obat bayi. Sekembalinya, senyumnya makin melebar meski tanpa bungkusan yang dibawa. Rupanya, suami bercerita, ada seorang anggota yang memberikan hadiah. Dihitung-hitung lebih dari cukup sampai akhir bulan.
Hati ini membatin. Serasa ingin langsung bersujud di hadapan-Nya. Menumpahkan ribuan syukur kepada-Nya. Atas bertubi-tubinya pengabulan doaku kepada-Mu ya Allah.
Diri ini makin yakin bahwa Engkau senantiasa hadir di saat-saat harapan tentang esok masih menjadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
Visits: 93