
Kenyamanan dan Kemewahan Menjadi Asap Nyata
Tidak ada yang abadi. Kehidupan penuh dengan ketidakpastian. Semua makhluk hidup yang bernyawa, kebahagiaan, kesedihan, kekayaan, maupun kemiskinan, semua bersifat sementara. Begitu juga segala harta benda yang kita miliki, yang telah dikumpulkan dalam jangka waktu yang panjang dengan penuh jerih payah bermadikan peluh, dalam sekejap akan lenyap dengan adanya kesulitan, musibah, dan bencana.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, termasuk bencana dan kesulitan, adalah bagian dari rencana atau takdir dan kehendak Tuhan. Sekokoh apapun hunian mewah yang dibangun dengan biaya besar, semewah apapun kendaraan maupun barang-barang lainnya, jika Allah menghendaki hancur, maka akan hancurlah dalam sekejap dengan adanya musibah.
Di dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa apa yang terjadi di alam semesta, semuanya merupakan kehendak Allah yang mutlak, artinya manusia tidak bisa menolak. “Tidak ada musibah menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu, melainkan sudah tercatat dalam sebuah Kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” [1]
Seperti musibah kebakaran yang terjadi baru-baru ini yang melanda California. Dilansir dari berbagai media, kebakaran terjadi di California, tepatnya di Los Angeles, Amerika Serikat. Puluhan ribu hektar di enam wilayah dilaporkan hangus, merusak sedikitnya belasan ribu bangunan di kawasan mewah yang dihuni oleh para selebritas Hollywood, tokoh kaya, dan figur terkenal.
Hunian di California, paling terkenal di dunia sebagai hunian yang menjadi simbol kenyamanan dan kemewahan, hampir seperti surga di dunia. Termasuk orang hebat dan kaya raya yang bisa memiliki hunian di sana. Namun, hunian-hunian tersebut dengan bangunan yang kokoh dan megah dalam sekejap luluh lantak dilahap api yang cepat merambat ke mana-mana.
Meskipun, alat-alat canggih yang dimiliki negara tersebut dikerahkan untuk memadamkan api, jika itu sudah menjadi kehendak-Nya, tetap saja api tidak bisa dipadamkan, asap mengepul di udara menyisakan bara. Musibah kebakaran tersebut merupakan penzahiran dalam Al-Qur’an surah Ad-Dukhan, “Maka tunggulah Hari itu, ketika langit akan membawa asap nyata. Yang akan meliputi segenap manusia. Ini adalah suatu azab yang pedih.” [2]
Dukhan berarti pula debu. Ayat ini dapat pula diartikan mengisyaratkan kepada dua perang dunia terakhir, ketika kota-kota kecil maupun besar rebah terbakar dan hancur berantakan, dan asap yang mengepul dari puing-puingnya memenuhi udara seluruhnya dengan asap dan debu. [3]
Surah tersebut tidak hanya menunjukan kepada perang dunia saja, juga bisa menggambarkan kepada musibah kebakaran yang terjadi di California. Kota yang nyaman dan mewah menjadi mencekam. Semua hunian terbakar dalam sekejap, langit kota berubah warna. Asap, debu dari kebakaran memenuhi udara, puing-puing berserakan di mana-mana. Tak tampak lagi keindahan alam, tak ada lagi kota yang sejuk, asri nan damai.
Semua orang yang ada di sana tidak dapat melihat apa pun di sekitar mereka, yang tampak hanya puing-puing bangunan saja. Keresahan dan kegelisahan yang dirasakan, tidak bisa tidur serta tidak bisa lagi menikmati kenyamanan yang biasa didapatkan. Kota menjadi mati, kenyamanan dan kemewahan menjadi asap nyata.
Musibah kebakaran ini terjadi karena banyak hal. Pertama karena fenomena alami yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti perubahan iklim, pengelolaan hutan yang buruk, cuaca ekstrim, atau pun campur tangan manusia. Atau, bisa juga dianggap sebagai bentuk peringatan atau ujian dari Tuhan dan dapat menjadi hukuman dari Tuhan terhadap tindakan yang dianggap tidak adil atau bertentangan. Wallahualam bissawab_
Dengan demikian, kebakaran di California dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, mengajak kita untuk lebih introspektif dan bertindak dengan lebih baik.
Referensi:
[1] QS. Al-Hadid 57: 23
[2] QS. Ad-Dukhan 44: 12-13
[3] Al-Qur’an, Terjemah dan Tafsir Singkat Jemaat Ahmadiyah, Neratja Press, 2014, Catatan kaki QS. Ad-Dukhan 44: 12
Visits: 79