Khidmati Agama Dahulu Dunia Akan Mengikuti

Setelah membaca artikel tentang Mengenang Pengkhidmatan Chaudhry Mahmood Ahmad Cheema Sahib, saya teringat kembali pesan atau nasehat dari orang-orang tercinta semasa hidupnya.

Pesan ini datang dari kedua orangtua saya dan kakak yang merupakan seorang mubaligh. Meskipun mereka sudah tiada, pesan ini tak pernah lekang oleh waktu.

Ada kesamaan dari keduanya. Pesan dari kedua orangtua, “Jangan jauhi agama atau Jemaat.”

Dan pesan dari kakak yang merupakan seorang mubaligh, “Khidmati agama atau Jemaat dahulu, InsyaAllah segala keberkatan dan kemudahan akan senantiasa tercurah kepada hamba-Nya yang senantiasa berkhidmat dan berusaha.”

Spirit inilah yang menjadi jalan perjuangan kakak saya yang bernama Agus Zafarullah dan adik yang bernama Haer Machmud.

Kedua saudara ini bertahun-tahun mengkhidmati Jemaat di Parung dengan niat awal ingin menjadi seorang Mubalgih. Keduanya melalui tahap perjalanan yang berbeda-beda dalam mewujudkan mimpinya.

Kakak saya yang bernama Agus Zafarullah diawali dari berkhidmat di Parung selama bertahun-tahun  sebagai petugas ekspedisi surat-menyurat Jemaat dan selama itu pula terjalin kebersamaan dengan Bapak Ahmad Cheema yang selalu memberi support dan pencerahan, bahkan setiap sesudah rutinitas peribadatan atau kegiatan Kejemaatan, selain berkhidmat membersihkan dan merapikan area mesjid, sang kakak sering memijat tubuh Bapak Ahmad Cheema disela rehat dari tugasnya.

Oleh karenanya, dari kebersamaan bersama beliau, Bapak Ahmad Cheema memberikan sebuah nama yang selalu disematkan sang kakak hingga sekarang. Awal namanya Agus Kustaman diganti menjadi Agus Zafarullah, itulah nama pemberian dari Bapak Ahmad Cheema.

Sang Kakak niat awal ingin menjadi seorang Mubaligh dengan diawali berkhidmat dahulu di Parung tapi karena tidak lulus walau sudah mengikuti tes beberapa kali. Tapi Alhamdulillah, Allah Ta’ala memberikan keberkahan lain. Sekarang menjadi PNS, bertugas bagian Perpustakaan di Jurusan Kedokteran UNPAD hingga sekarang.

Dan kisah adik saya yang lain, bernama Haer Mahmud dulu sempat juga mengenyam pendidikan Mubaligh di Parung. Tapi karena suatu hal, yakni ketidaklulusan salah satu mata pelajaran akhirnya tidak dapat dilanjutkan.

Tapi hal itu tidak mengecilkan hatinya, karena Allah Ta’ala memberikan penggantinya yang penuh berkah. Kini menjadi seorang wiraswasta bidang optik di Batam.

Dari kedua kisah kakak dan adik ini pun menjadi sebuah motivasi bagi saya pribadi.

Walau bukan sebagai wanita karir alias ibu rumah tangga, alhamdulillah atas karunia-Nya, saya sangat bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala, untuk berkhidmat di Jemaat sesuai kemampuan yang saya miliki sebagai Ketua LI. Keberkahan yang saya peroleh, alhamdulillah mendapatkan keluarga yang bahagia dan berkah.

Terkait soal kaya dan miskinnya seseorang itu bersifat relatif bukan penentu akan sebuah keberhasilan, tapi soal bertahan dan tangguh menghadapi rintangan sebelum dan sesudahnya, itulah penentu kuat akan sebuah keberhasilan seseorang dalam menghadapi tantangan dalam sebuah pengkhidmatan.

Kalau niat awal untuk memperoleh sebuah keberkahan, insyaAllah setelah keberhasilan diraih, kita tidak menjadi lepas kendali, tapi kalau niat awal untuk sebuah kepuasan duniawi akhirnya sifat lupa daratan akan menyergap seseorang.

.

.

.

Penulis: Euis Mujiarsih

Editor: Muhammad Nurdin

 

Visits: 400

Euis Mujiarsih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *