Medan Juang Para Ibu

Life doesn’t come with a manual, it come with a mother. (Anonim)

Kehidupan tidak datang dengan sebuah buku pedoman, ia datang dengan seorang ibu. Ya melalui seorang ibu kehidupan lahir ke muka bumi. Melalui sentuhan tangannya, kehidupan terbentuk. Melaluinya makanan pertama diberikan. Melalui tuturnya berbagai petuah kehidupan disampaikan. Dari lakunya pelajaran dipetik. Melalui jejak langkahnya kehidupan menapaki jalannya. Tugasnya tidak pernah usai, karena selama kehidupan ada, maka perannya senantiasa nyata. Dalam setiap fasenya, selalu ada warna yang dipoleskan, menjadikannya begitu istimewa.

Namun demikian, apakah sebuah keniscayaan setiap ibu dapat mulus mengarungi lautan amanah yang diembannya? Saat bahtera itu terkembang, apakah seorang ibu dapat langsung mengemudikan? Mengarahkan sesuai harapan, menjalankan sesuai standar?

Menjadi seorang ibu merupakan sebuah perjalanan pembelajaran yang tanpa henti. Setiap fase merupakan sebuah peluang bagi setiap ibu untuk belajar, untuk bertumbuh, untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik, bagi dirinya, bagi kehidupan di sekitarnya. Menjadi seorang ibu merupakan sebuah anugerah, karunia tiada tara. Yang dalam menjalaninya diperlukan perjuangan, jatuh bangun dengan penuh kucuran keringat, darah dan air mata.

Menjadi ibu bukanlah sebuah proses instan. Ketika kehidupan lahir dari rahimnya, tidak lantas membuatnya langsung menjadi ibu terampil, serba bisa dan pandai secara tiba tiba. Tentu ada kegagapan, kekhawatiran, kegamangan di setiap tahapannya. Namun karena mau tidak mau harus dihadapi setiap hari, dengan segala trial dan error, naik turunnya perasaan. Bertanya sana sini, belajar lagi dan lagi, akhirnya sedikit demi sedikit dapat dihadapi dengan lebih biasa.

Tidak pernah ada yang mudah. Setiap fase yang dihadapi seorang ibu senantiasa berwarna dan penuh dinamika, juga dibumbui dengan banyak drama. Ya itulah kehidupan yang harus dihadapi, penuh tantangan berliku, mulai dari proses kehamilan yang tidak mudah, morning sickness, berbagai perubahan hormone dan fisik saat mengandung.

Proses persalinan yang merupakan pertaruhan antara hidup dan mati, menjalani pemulihan pasca melahirkan yang dibarengi dengan tugas utama yang telah mananti, sang jabang bayi yang memerlukan perhatian segera. Sungguh sangat menantang.

Saat mengASIhi yang rupanya tidak semudah dibayangkan, saat saat bergadang proses penyesuaian waktu sang buah hati di dunia untuk pertama kali. Setiap tangis dari sang bayi atas kebutuhannya yang tidak dapat tersampaikan lewat kata, yang harus dipahami dan dimengerti agar dapat dipenuhi. Mengganti popok lusinan kali dalam sehari. Sungguh lelah jiwa dan raga diantara secercah kebahagiaan menjadi ibu baru.

Tahapan tahapan berikutnya pun tak kalah menantang, masa pemberian MPASI yang penuh cerita. Dari beragam menu yang dibuat empat bintang penuh gizi agar anak tumbuh sehat. Berakhir tragis karena sudah ditolak sejak suapan pertama. Gerakan tutup mulut (GTM) yang datang dan pergi seiring tumbuh gigi, tidak mood, dan masih banyak lagi.

Lalu masa tantrum yang menguras emosi berlanjut ke berbagai fase menuju anak anak yang penuh coretan kisah, remaja dengan semua dinamikanya hingga menapaki kedewasaan, menikah dan berkeluarga, memiliki cucu dan hidup terus berlanjut bagi seorang ibu. Dimana sungguh… setiap fasenya tidaklah mudah, terlepas dari berbagai dinamika kehidupan lain di luar itu yang tidak kalah menantang, terkait pendidikan, pergaulan, masalah ekonomi dan sebagainya yang juga harus dihadapi.

Namun menjadi seorang ibu yang surga berada di bawah telapak kakinya, rupanya tidak hanya harus bertempur di medan perjuangan di atas. Melainkan jauh lebih tinggi dan lebih besar dari itu semua, yaitu bagaimana ia dapat menjadikan anak-anaknya menjadi insan pencinta Tuhan, menjadi hamba Allah yang hakiki. Menjadi orang-orang yang bertaqwa yang bermanfaat tidak hanya bagi diri dan keluarganya, melainkan bagi sesama, bagi semesta. Ini yang jauh lebih sulit.

Untuk itu, selain harus menjadi seorang pembelajar, seorang ibu juga haruslah seorang pendoa yang tangguh. Setiap ibu dituntut menjadi seorang yang terus belajar dalam setiap menapaki jenjang kehidupan, dari lingkungan, pengalaman orang lain, buku dan ruang kelas, riset, dari lembaran-lembaran agung pedoman kehidupan, juga dari manapun, termasuk dari sang buah hati tercinta. Mempelajari karakteristiknya, polanya, kesukaannya dan sebagainya, sehingga dapat mengarahkan serta memandunya.

Sebagai seorang ibu, doa merupakan senjata yang tidak boleh terlupa. Doa sepenuh harapan di antara isak tangis dan semua kelemahan saat menjalani setiap prosesnya, dalam setiap jatuh dan bangunnya, sedih dan senangnya. Doa menjadi garda utama dan pegangan yang memudahkan, melancarkan dan menolong disetiap kesulitan.

Dari situ, sang ibu pun bertumbuh, menjadi pribadi yang lebih cekatan, sabar, kuat dan mampu menjalani perannya dengan lebih baik. Sang ibu juga harus terus memperbaiki diri, menjaga tutur dan lakunya. Karena apa yang dilihat itulah yang dicontoh. Dan ibulah yang menjadi teladan sehari-hari. Jadilah pencinta Tuhan terlebih dulu jika kita ingin anak-anak kita mencintai Tuhan. Jadilah orang baik jika ingin anak kita baik.

Betapa perjuangan yang tidak akan pernah berakhir. Namun yakinlah bahwa tidak ada yang sia-sia. Karena apa yang kita lakukan merupakan jalan membentuk generasi yang lebih baik, yang setiap upayanya akan tertulis dalam tinta emas lembaran kehidupan. Jadi bu…ketika mulai lemah, teguhkan, ketika mulai lelah…rehatlah sejenak untuk kemudian bangkit lagi.

Tidak apa jika terkadang air mata terjatuh. Emosi pecah dan ingin menyerah. Berhentilah sebentar, tarik nafas mendalam lalu ingatlah untuk kembali bersabar dalam menjalani setiap prosesnya. Rebahkan dirimu keharibaan-Nya. Serahkan segalanya kepada-Nya.

Jalani setiap prosesnya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Sepenuh rasa cinta yang terus tumbuh di dalam hati. Senantiasa berpegang bahwa semua ini adalah jalan untuk meraih Ridho sang Pencipta. Berbahagialah agar kebahagiaan itu menyebar dalam setiap sudut rumah. Sungguh…Tuhan tidak hanya melihat pada hasilnya, melainkan setiap titik upaya yang dilakukan.

Selamat berjuang para ibu…

Visits: 511

Rokhila Farida

1 thought on “Medan Juang Para Ibu

  1. Benar sekali. Seorang ibu adalah pembelajar juga pendoa tannguh untuk suami dan anak-anaknya. Tak kenal lelah walau mereka berkali-kali jatuh dalam kealpaan, kelaghawan. Terus berdoa dengan linangan air mata. Sehingga di suatu saat turun rahmatNya. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *