PAHLAWAN ITU BERNAMA MUHAMMAD SAW.

Pahlawan adalah ia yang mampu menciptakan revolusi untuk kepentingan banyak orang. Begitulah kira-kira definisi yang dipahami sebagian orang.

Saat banyak orang tidak mau mengambil langkah nekat yang penuh resiko untuk sebuah perubahan, para pahlawan berbuat sebaliknya. Seolah-olah, itulah jalan hidupnya. Hingga, yang tersisa hanya dua pilihan, hidup mulia atau mati terhina.

Itu juga yang diajarkan oleh seorang pahlawan besar pada empat belas abad silam. Ya, ia adalah Muhammad Mustafa saw. Seorang manusia biasa yang rela mengorbankan dirinya untuk kemanusiaan dengan kata-kata “innahu kana zaluman jahula”, yakni sesungguhnya ia sangat aniaya dan mengabaikan dirinya sendiri.

Pada abad ke delapan hijriah. Nabi Muhammad saw bergerak menuju Mekkah, dengan sepuluh ribu sahabat bersenjatakan lengkap. Kabar tentang pergerakan beliau membuat penduduk Mekkah merinding bulu kuduknya.

Abu Sufyan yang tengah mengintai pergerakan Nabi akhirnya memohonkan ampunan untuk penduduk Mekkah. Ia seolah lupa akan hari-hari penuh derita dari Sang Nabi juga para sahabat beliau. Melewati tahun-tahun penuh penderitaan, dicaci maki, dikebiri hak-haknya, disiksa baik secara fisik maupun sosial. Hingga akhirnya, Nabi dan para pengikut beliau memutuskan untuk hijrah.

Sangatlah layak dan masuk akal jika pembalasan pada hari ditaklukkannya Mekkah dilakukan oleh kaum muslimin. Mereka sudah melakukan kekejian yang melewati batas kemanusiaan. Mereka telah merampas segala hak-hak kaum muslimin. Mengusir kaum muslimin dari kampung halamannya.

Tapi. Masa lalu yang kelam itu tidak dijadikan alasan Sang Nabi untuk melakukan pembantian para hari yang penuh berkat  itu. Seolah menutup mata atas kebiadaban penduduk Mekkah, Sang Nabi memaafkan mereka. Memberikan perlindungan kepada mereka.

Pemimpin mana di dunia ini, penakluk mana di dunia, yang mampu mengambil langkah mengampuni mereka yang telah berbuat zalim atas dirinya, di saat ia berada di posisi untuk bisa melakukan apapun kepada mereka?

Bukan kali itu saja Sang Nabi lebih memilih mengampuni dan memaafkan orang ketimbang membalasnya. Sehingga, itu menjadi suri tauladan yang amat mulia, di tengah-tengah masyarakat yang akibat sebutir telur burung sekalipun bisa mengakibatkan perang bertahun-tahun.

Revolusi mental yang dilakukan Sang Nabi begitu menakjubkan. Beliau mampu menyatukan mereka yang terpecah belah dalam kabilah-kabilah yang saling bermusuh-musuhan, menjadi satu bentuk persaudaran yang cintah kasih tumbuh berkembang di dalamnya.

Sang Nabi telah melakukan banyak sekali perubahan yang takkan mungkin dilakukan oleh manusia manapun di dunia ini.

Saat itu, perbudakan telah menjadi tradisi yang mengakar di tengah-tengah bangsa Arab. Seberapa banyak seseorang mempunyai budak, setinggi itu pula kedudukan sosialnya di masyarakat. Sang Nabi menasahetkan kepada umatnya bahwa orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang berbuat baik kepada budaknya, juga memerdekakannya.

Begitulah Sang Nabi menghapuskan perbudakan dengan cara yang amat sederhana. Tak hanya memerdekakan budak, para sahabat juga telah menanamkan kecintaan kepada mereka yang lemah dan terhina.

Selama tujuh tahun Sang Nabi di Madinah. Sebuah peradaban baru lahir. Telah tercipta sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan solidaritas terhadap sesama.

Kota Madinah, empat belas abad silam, merupakan gambaran ideal sebuah kota yang heterogen tapi tetap menjunjung tinggi nilai persatuan.

Empat belas abad telah berlalu. Gambaran ideal tersebut kini memburam. Ternodai oleh kedunguan mereka tentang apa yang dulu Sang Nabi teladankan.

Intoleransi, diskriminasi bahkan radikalisme atas nama agama bukanlah teladan Sang Nabi. Teladannya yang sungguh mulia, kini tercederai oleh ulah sebagian orang yang merasa mencintainya juga mendambakan perjumpaan dengannya.

Sang Nabi sangat peramah, tidak pemarah. Sang Nabi juga sangat kasih, tidak pernah berlaku keji. Sang Nabi sangat mengedepankan memaafkan, ketimbang balas dendam.

Beliau adalah seorang pahlawan besar yang dilahirkan untuk umat manusia.

Selamat hari pahlawan.

Visits: 37

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories