PENGORBANAN TERBAIK UNTUK ZAKAT FITRAH
Malam ini selepas shalat tarawih, aku mulai membuka HP-ku. Siapa tahu ada berita penting yang memang harus aku jawab. Ternyata benar, sebuah pesan WhatsApp masuk ke HP-ku.
“Ibu, berapa besar zakat fitrah tahun ini?” Seorang ibu muda bertanya padaku lewat WhatsApp.
“Apakah harus dengan uang dibayarkan? Bolehkah langsung dengan beras kami membayarnya? Suami saya sudah dirumahkan dari pekerjaannya semenjak pandemi Covid-19. Saya ada uang tapi ini pun untuk kebutuhan hidup kami,” lanjutnya lagi.
Terenyuh rasanya hati ini. Di tengah kondisi yang menghimpit seperti sekarang ini pun, ia masih ingat untuk membayar zakat fitrah. Aku pun coba sedikit menjelaskan tentang zakat fitrah kepadanya.
Zakat fitrah adalah zakat wajib yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim saat menjelang Idul Fitri. Besarnya setara dengan 2,5 kg beras. Di Jemaat, alangkah baiknya jika membayar zakat melalui kwitansi M1 atau candah.id, agar tertib administrasi. Begitu penjelasanku pada ibu muda ini.
Pesan pun berbalas kembali, “Oh, jadi begitu ya, Bu. Saya ada beras lumayan bisa membayar 5 jiwa zakat fitrah keluarga kami. Tapi saya bayar zakat pakai uang saja, Bu. Kebetulan kemarin saya baru dapat honor menjahit. Kalau pakai beras nanti susah menyalurkannya, dan biar saya tertib administrasinya.”
“Tapi jangan dipaksakan, ya! Biar Ibu nanti yang simpan berasnya, siapa tahu ada yang mau membeli,” balasku dengan berusaha memberikan solusi.
“Jangan sampai memaksakan kalau tidak ada uang, akhirnya jadi tidak bayar zakat Fitrah,” lanjutku lagi.
“Tak apa, Bu. Insya Allah saya bayarnya pakai uang saja. Untuk menyambung hidup, nanti saja dipikirkan. Pasti ada jalan,” katanya lagi.
Tak terasa, air mata pun menetes. Baris demi baris percakapan kami, memberikan sebuah pelajaran yang begitu berarti. Percakapan kami memang hanya lewat WA, tapi hati ini pun dibuat kagum pada ibu muda ini. Anaknya 3, ditambah dia dan suami maka ada 5 jiwa yang harus dia tanggung untuk membayar zakat Fitrah.
Tapi dia tak gentar sedikitpun. Tekadnya begitu kuat. Dia usahakan berbagai cara agar bisa menunaikan kewajibannya. Walaupun keadaannya sendiri sedang sulit, tak sedikitpun ia mundur dari niatnya.
Demi menunaikan kewajibannya di bulan ramadhan, dia berusaha untuk membayar zakat fitrah dan taat pada nizam. Walaupun uang yang dimiliki, tersisa hanya cukup untuk menyambung hidup keluarganya beberapa hari, keyakinan telah menguatkan hatinya, bahwa Allah Ta’ala tak akan meninggalkannya sendiri.
Kecintaan ibu muda ini pada Jemaat Illahi ini, membuatnya mengorbankan yang terbaik yang dia miliki. Seperti yang tercantum dalam QS. Ali-Imran ayat 93, yang artinya:
“Kamu tidak pernah mencapai kebaikan sempurna, hingga kamu menginfaqkan sebagian dari apa yang paling kamu cintai, dan apapun yang kamu infaqkan di jalan Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentang itu.”
Tanpa disadari, ibu muda ini memberikan sebuah pelajaran berharga. Sudah seharusnya kita mengorbankan yang terbaik yang kita punya. Allah Ta’ala sendiri sudah berjanji bahwa Dia tidak akan berdiam saja. Pengorbanan kita tak akan disia-siakan-Nya. Berkorbanlah di jalan Allah maka Allah pun akan berkorban untukmu.
.
.
.
editor: Lisa Aviatun Nahar
Visits: 37
setiap orang dianugrahi kemampuan dengan caranya masing” sebagai wujud pengabulan doa dan kasih sayang sang khaliq Allah SWT, banyak jalan cuma tidak banyak yg biaa memanfaatkan itu