Rasa Sakit Itu Diganti-Nya Dengan Kebahagiaan Tak Terkira

Aku ingin bercerita tentang salah satu kisahku. Hampir 10 tahun aku mendampingi suamiku yang seorang waqaf zindegi yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk agama. Dalam 10 tahun ini aku banyak sekali merasakan bahwa Allah SWT sangat mencintai dan menyayangi hamba-Nya yang mau berdoa dan memohon kepada Nya.

Pada tahun pertama pernikahanku aku sempat hamil, tapi karena kelelahan aku mengalami keguguran di bulan pertama. Beberapa bulan kemudian alhamdulillah aku kembali hamil dan kali ini semuanya berjalan dengan lancar sampai anakku lahir.

Saat anak pertamaku berumur 6 tahun dan ia sudah bersekolah di TK, ingin rasanya aku memiliki anak lagi. Rumah terasa sepi saat anakku sekolah dan suamiku pergi, sementara aku harus di rumah sendiri. Banyak cara aku upayakan untuk bisa hamil dan tentunya juga diiringi dengan doa setiap saat.

Alhamdulillah akhir tahun 2017 aku dinyatakan hamil lagi. Rasanya begitu senang dan bersyukur sekali karena Allah masih mempercayakan aku untuk mempunyai anak lagi. Selama kehamilan ini rasanya biasa saja bahkan sangat nyaman karena aku tidak merasakan mual sama sekali.

Sampai suatu hari pada bulan ke 3 kehamilanku, aku mengalami flek, ada keluar flek-flek berwarna cokelat. Saat itu aku takut dan gelisah karena aku tahu ini bukanlah pertanda baik untuk kandunganku. Rasanya aku ingin sekali langsung periksa ke dokter kandungan. Sayangnya saat itu hari Minggu, di RS tidak ada dokter kandungan yang praktek. Aku harus menunggu keesokannya, hari Senin.

Dengan harap-harap cemas aku, suami dan anak pertamaku pergi ke RS untuk memeriksakan kandunganku. Dan benar saja, ketakutanku pun terjawab. Saat pemeriksaan USG, dokter menyatakan jantung janinku sudah tidak berdetak lagi.

Janinku yang sangat aku cintai sudah tidak ada, bahkan sebelum aku melihat wajahnya. Tapi rasa cinta ini sudah tumbuh begitu besar. Aku hanya bisa menangis mendengar itu tanpa menghiraukan penjelasan dokter selanjutnya. Rasanya duniaku hancur saat itu juga. Apalagi saat melihat wajah anak pertamaku yang bingung melihat ibunya menangis dan menanyakan adiknya bagaimana, laki-laki atau perempuan.

Aku tidak sanggung menjawabnya. Yang kulakukan hanya memeluknya dengan begitu erat. Sambil menahan air mata aku mengatakan, “Adik sudah diambil sama Allah, Bang. Allah lebih sayang sama adik. Kita berdoa sama-sama untuk adik, ya.”

Saat itu dokter memberikanku obat untuk meluruhkan gumpalan janin dalam kandunganku. Alhamdulillah aku tidak perlu dikuret, masih bisa dengan mengkonsumsi obat saja.

Dokter pun mengatakan efek dari obat itu akan sedikit menyakitkan yang dapat membuat perutku mulas. Tapi ternyata efek dari obat itu sangat luar biasa menyakitkan. Mungkin untuk ibu-ibu yang pernah melahirkan normal, rasa sakit ini biasa saja. Tapi tidak untukku yang belum pernah merasakan melahirkan normal, ini begitu menyakitkan.

Rasa sakit itu semakin menjadi setelah shalat Isya, disertai pendarahan yang cukup banyak. Sambil terus berdoa dan meminta ampun pada-Nya, aku menahan rasa sakit itu sambil berguling-guling di kasur karena rasanya luar biasa menyakitkan.

Akhirnya aku menyerah, aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Tepat pukul 00:30 pagi, dengan menggunakan sepeda motor, aku, suami dan anak pertamaku berangkat ke IGD RS yang jaraknya cukup jauh dari rumah kami.

Dalam perjalanan aku menahan rasa sakit di perutku. Kepala juga sudah mulai terasa berkunang-kunang akibat banyaknya darah yang keluar. Ditambah lagi udara malam yang dingin, cukup menusuk tubuh.

Sesampainya di IGD RS, aku segera mendapatkan penanganan. Sampai Subuh tiba, barulah kami bisa pulang kembali ke rumah.

Beberapa hari kemudian kantung janin bakal plasenta anakku akhirnya keluar. Inilah saat yang paling menyakitkan untukku lebih dari apa yang aku rasakan kemarin. Karena untuk kedua kalinya aku merasakan melahirkan kantung plasenta anakku yang tidak pernah sempat aku lihat wajahnya.

Saat itu aku cukup terpuruk dengan kesedihanku, tapi aku tidak pernah putus doa yang terus kupanjatkan kepada Allah SWT. Aku yakin inilah jalan yang terbaik yang Allah berikan untukku.

Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, katakanlah, “Sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah(2): 187)

Aku selalu menyakinkan ayat ini di hatiku, bahwa apa yang telah kualami ini adalah ketetapan dari Allah SWT. Dan Dia akan mendengar segala doa hamba-Nya. Juga ditambah kutipan sabda Hz. Masih Mau’ud a.s.:

Waktu memang akan berlalu orang-orang yang memakan daging dan palao (nasi minyak khas india) akhirnya akan mati juga. Namun orang yang menghadapi kepahitan-kepahitan lalu ia bersabar, pada akhirnya akan memperoleh ganjaran. seratus dua puluh empat ribu Nabi memberikan kesaksian bahwa kesabaran itu pasti membawa ganjaran.” (Malfuzat, Add.Nazir Isyaat london.l,1984,jld 10,h.89/MI 14.09.2000)

Setelah membaca ini aku semakin yakin suatu saat nanti Allah SWT. pasti akan menggantikan kesakitan hari ini dengan kegembiraan yang luar biasa di hari nanti.

Dan benar saja, 2 bulan kemudian aku hamil kembali. Sungguh aku merasa Allah SWT. Maha Baik padaku dan mungkin inilah penggenapan dari ayat ini, “Berdoalah kepada-Ku dan Aku akan kabulkan doamu.” (QS. Al-Mukmin 40:61)

Dan ternyata pengabulan doa ini tidak berhenti sampai di sana. Di saat usia kandunganku mencapai 7 bulan aku sudah mulai berpikir tentang bagaimana saat aku melahirkan nanti. Posisi kami jauh dari keluarga. Saat itu suamiku bertugas di Tanjung Pinang KEPRI dan tidak ada keluarga yang terdekat. Anggota pun rumahnya jauh dari rumah kami, sedangkan aku di rumah hanya bertiga dengan suami dan anakku yang pertama.

Aku hanya bisa berdoa setiap hari, memohon diberikan jalan yang terbaik untuk kami dan semoga segala sesuatunya dimudahkan dan dilancarkan. Selalu itu doa yang aku panjatkan di setiap sujudku. Sampai suatu hari, saat kehamilanku menginjak 8 bulan, suamiku mengatakan bahwa ia dipindah-tugaskan ke cabang Baros, Cianjur.

Masya Allah! Aku seakan tidak percaya ini terjadi, bahwa Allah SWT menjawab doaku dengan begitu cepat. Suamiku dimutasi ke Baros yang mana di sanalah kampung halamannya, tempat keluarga suamiku tinggal. Akhirnya aku bisa melahirkan anak keduaku dengan dikelilingi oleh keluargaku. Alhamdulillah!

Ini merupakan wujud kasih sayang Allah SWT. kepada hamba-Nya. Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dia tak pernah mengabaikan doa dan harapan hamba-hamba-Nya. Dia selalu mendengar doa-doa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya.

Jadi jangan pernah berhenti berdoa dan memohon kepada-Nya. Dan yakinlah Allah SWT. pasti mendengar segala doa dari hamba-hamba-Nya. Dan yakinlah, dibalik kepedihan dalam hidup ini, Dia tengah menyiapkan satu hadiah besar untuk kita. Maka bersabarlah dan banyak-banyak berdoa.

.

.

.

editor: Lisa Aviatun Nahar

Visits: 82

Mega Maharani

2 thoughts on “Rasa Sakit Itu Diganti-Nya Dengan Kebahagiaan Tak Terkira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *