REACHING FOR THE STARS : WAWANCARA BERSAMA ILMUWAN SENIOR DI PFIZER DR. NUSRAT SHARIF (Bagian 1)
Diterjemahkan oleh Renna Aisyah
Dr. Nusrat Sharif bekerja sebagai Imuwan Senior Utama di Unit Peradangan & Imunologi Pfizer Inc, at Cambridge, MA. Beliau meraih gelar PhD pada bidang Imunologi Molekuler di City University of New York dan gelar doktor di bidang Imunologi & Peradangan dari Rumah Sakit untuk Bedah Khusus (Weil Medical Colledge of Cornell University) di New York. Sekarang beliau menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi, Amerika Serikat dan Wakil Presiden Wanita Cabang Ahmadi (Lajna) setempat di Boston. Beliau telah menikah dengan Dr. Karim Sharif dan memiliki empat orang anak. Editor wanita dari bagian Editor The Review Religion, Munavara Ghauri, mendapatkan kesempatan untuk dapat berbincang bersama Dr. Nusrat mengenai kehidupannya, keyakinannya dan Pertandingan Pfizer untuk Mendapatkan Vaksin.
Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini bersifat personal bagi penulis. Saran medis mungkin akan berbeda-beda, bergantung kepada wilayah geografis dan keadaan pribadi. Selalu berkaonsultasi dengan otoritas medis setemoat untuk mendaoatkan saran-saran medis.
MG: Dr. Nusrat, selamat datang di majalah The Review of Religions dan terima kasih telah meluangkan waktu Anda yang berharga dengan kami. Bisakah Anda menyampaikan kepada kami mengenai ketertarikan Anda kepada perkembangan ilmu sains?
Dr. N: Saya mengembangkan minat saya terhadap sains dari sejak usia sangat muda, ketika saya berada di bangku sekolah menengah dasar/pertama. Ayah saya, almarum Professor Hafiz Saleh Mohammad Alladin berasal dari India, membangkitkan ketertarikan ini di dalam diri saya sebagaimana beliau sendiri merupakan seorang astronom yang ternama dan bekerja pada bagian pengamatan gerhana matahari danbulan sebagai tanda-tanda kedatangan Hadhrat Masih Mau`ud a.s. Beliau selalu mengajak saya keluar rumah ketika masih kecil dan menjelaskan kepada saya mengenai bintang-bintang; keajaiban alam semesta, dan bagaimana sempurnanya ciptaan Allah Swt.
Ayah saya menanamkan di dalam diri saya mengenai betapa indahnya mempelajari ciptaan Allah Swt dengan melibatkan ilmu pengetahuan. Sebagai seorang Hafiz Qur’an (penghafal Al-Qur`an), beliau selalu membacakan ayat suci Al-Qur’an , khusunya pada ayat-ayat di dalam surat Ali-Imran [Surah ketiga Al-Qur`an]:
‘Dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, sesungguhnya terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.’
Beliau menyampaikan, ‘pelajari sains demi sains’, yaitu mempelajari sains semata-mata demi pengetahuan ilmiah dan pendidikan, bukan demi keuntungan materialistis.
MG : Sungguh pelajaran yang luar biasa dari ayah Anda! Kemudian, anda pernah bersekolah di Universitas Hyderabad, India dan mengambil jurusan Biokimia. Agaknya, siswa perempuan merupakan minoritas di mata kuliah Anda? Apakah Anda sadar akan hal ini dan merasa dirugikan sebagai siswi pada mata pelajaran STEM?
Dr.N : Pada saat itu Universitas Hyderabad dan bahkan hingga sekarang merupakan salah satu universitas terbaik di India, diterima di Universitas ini dalam bidang biokimia merupakan suatu tantangan. Di sana hanya terdapat beberapa bangku saja yang dapat diisi pada bidang studi yang dianggap mutakhir pada kala itu. Penerimaannya murni berdasarkan kepada prestasi dan bergantung pada apa yang disebut sebagai ‘ujian masuk’, yang sangatlah kompetitif. Begitu seorang siswa masuk dan terpilih dalam program ini, maka dia akan diperlakukan dengan terhormat. Dengan izin Allah Swt, saya sebagai seorang Muslim Ahmadi merasa diberdayakan untuk dapat diterima pada institusi bergengsi ini dan tidak merasa dirugikan dengan menjadi siswi dalam hal apa pun.
MG: Anda melanjutkan studi di AS dengan meraih Phd pada bidang Imunologi Molekuler di New York. Bagaimana ketertarikan Anda muncul pada Imunologi?
Dr. N: Ketertarikan saya kepada Imunologi muncul ketika saya berlajar untuk gelar Master of Science di bidang Biokimia dari Universitas Hyderabad, India. Saya terinspirasi oleh salah satu profesor saya, Profesor Ramanathan. Beliau mengembangkan kepada saya kecintaan terhadap subjek ini dengan menyoroti perspektif penelitian ilmiah baik itu dari ilmu dasar maupun penerapannya terhadap penyakit manusia. Berdasarkan sifat Imunologi yang besar dan penerapannya yang luas terhadap kesehatan dan penyakit, saya ingin melanjutkan penelitian saya (PhD) pada Imunologi.
Saya datang ke AS dengan visa pelajar dan pasangan saya Dr. Karim Sharif merupakan seorang mahasiswa pascasarjana pada program Biologi di Hunter College of City University of New York. Beliau berperan dalam mendaftarkan saya program pascasarjana di Hunter College dan sangat mendukung pendidikan saya dalam menyelesaikan gelar PhD. Dengan karunia Allah, kebetulan awalnya ketika saya memulai program Phd di University of New York di Hunter College, di sana tidak tersedia lab Imunologi; namun, setelah satu tahun bekerja pascasarjana, pembimbing PhD saya, Dr. Laurel Eckhardt, mendapatkan posisi di fakultas sebagai Profesor Imunologi di Hunter College. Beliau masuk dan saya dapat melanjurkan penelitian saya dengannya di bidang Imunologi Molekuler.
MG: Anda merupakan Ilmuwan Senior Utama di bidang Peradangan dan Imunologi pada Unit Penelitian Pfizer, Cambridge, MA. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Dr. N: Setelah saya menyelesaikan penelitian pasca doktoral saya dari Rumah Sakit khusus bedah dan Weil Medical College of Cornell University in New York, pada bidang peradangan dan Imunologi, saya menginginkan untuk melanjutkan karir pada Imunologi dan Peradangan pada industri pengaturan (perusahaan farmasi). Saya memilih karir ini dibanding menjadi ilmuwan akademi karena saya merasa bahwa hal ini memberikan saya keleluasaan untuk menjalankan peran penting lain sebagai seorang wanita Ahmadi. Di dalam pertimbangan saya mengenai penelitian akademisi vs industri, saya menemukan bahwa terdapat tantangan pada keduanya. Kunci dari tantangan pada akademisi yang saya lihat adalah sebuah proyek dan hal ini selalu selesai melalui penulisan hibah tambahan, sementara pada industri, tujuan keuangan proyek didukung.
Ketika saya melamar kepada posisi pertama saya setelah pasca doktoral, saya ditawari posisi Ilmuwan Utama Riset di bidang Imunologi dan Peradangan di Pfizer, St. Louis, Missouri (1000 mil). Hal utama yang dicari dalam karir riset industri adalah mendapatkan partner yang tepat dan ketika saya melihat posisi ini, sangatlah menarik. Ini merupakan sesuatu yang ingin saya lakukan. Namun perpindahan dari New York ke St. Louis dianggap sebagai kemajuan yang besar dan saya berdoa kepada Allah untuk memohon bimbinganNya.
Ayah saya pernah bermimpi di mana ia melihat bahwa saya berpergian dengan anak-anak saya (yang paling muda, Abeer Ahmad, usianya 2 tahun), dan meskipun perjalananya sangat penuh tantangan, saya mampu mewujudkannya. Saya bersyukur atas suami saya Dr. Karim Sharif Sahib (yang baru-baru ini diterima pada posisi sebagai Asisten Profesor di La Guradia Community College NY), yang mendukung keputusan saya dalam hal ini. Mertua saya yang memberikan dorongan yang kuat untuk mengambil posisi ini.
MG: Betapa beruntungnya dapat merasakan bahwa bimbingan Allah telah menyertai Anda dalam pencapaian karir dan juga memiliki keluarga yang suportif sehingga hal tersebut dapat terwujud.
Dr. N: Lalu saya menerima posisi tersebut dan pindah ke St. Louis bersama keempat anak saya. Saya tinggal selama dua tahun di St. Louis, setelah itu Pfizer mengakuisisi Wyeth (perusahaan farmasi lain di Massachusetts) dan kantor pusat penelitian dipindahkan dari St. Louis ke Boston. Banyak karyawan pada saat ini yang diberhentikan dari pekerjaan, namun saya termasuk di antara yang sedikit ditawari posisi di Pfizer, Cambridge, Massachusetts. Saya mengambil posisi ini karena proyek ilmiah yang saya kerjakan kemudian dipindahkan ke Cambridge, Massachusetts. Pada saat yang ditentukan, saya dipromosikan menjadi Ilmuwan Utama Senior dan saat ini saya bekerja di posisi ini, di mana saya mengelola tim ilmuwan penelitian dan mendukung proyek inti di Unit Penelitian Peradangan dan Imunologi di Pfizer.
*Diterjemahkan dari artikel di sini: https://www.reviewofreligions.org/30080/reaching-for-the-stars-interview-with-senior-scientist-at-pfizer-dr-nusrat-sharif/
Visits: 69