
REACHING FOR THE STARS : WAWANCARA BERSAMA ILMUWAN SENIOR DI PFIZER DR. NUSRAT SHARIF (Bagian 3-Tamat)
Dr. Nusrat Sharif bekerja sebagai Imuwan Senior Utama di Unit Peradangan & Imunologi Pfizer Inc, at Cambridge, MA. Beliau meraih gelar PhD pada bidang Imunologi Molekuler di City University of New York dan gelar doktor di bidang Imunologi & Peradangan dari Rumah Sakit untuk Bedah Khusus (Weil Medical Colledge of Cornell University) di New York. Sekarang beliau menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi, Amerika Serikat dan Wakil Presiden Wanita Cabang Ahmadi (Lajna) setempat di Boston. Beliau telah menikah dengan Dr. Karim Sharif dan memiliki empat orang anak. Editor wanita dari bagian Editor The Review Religion, Munavara Ghauri, mendapatkan kesempatan untuk dapat berbincang bersama Dr. Nusrat mengenai kehidupannya, keyakinannya dan Pertandingan Pfizer untuk Mendapatkan Vaksin.
Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini bersifat personal bagi penulis. Saran medis mungkin akan berbeda-beda, bergantung kepada wilayah geografis dan keadaan pribadi. Selalu berkonsultasi dengan otoritas medis setempat untuk mendapatkan saran-saran medis.
MG: Pada topik yang berbeda, kita sekarang sadar bahwa terdapat kesenjangan upah berdasarkan gender yang tidak dapat diterima di banyak profesi. Namun, ada juga bentuk-bentuk diskriminasi yang lebih halus dan implisit yang dapat merugikan perempuan. Pernahkah Anda merasa dirugikan dalam karir Anda sebagai wanita berhijab?
Dr. N: Tujuan hijab dalam Islam terutama untuk menginspirasi kesopanan baik pada pria maupun wanita. Ini adalah perintah bagi wanita Muslim dari Al-Qur’an untuk menjaga kesucian dengan mengenakan hijab dan pakaian sopan, dan merupakan perlindungan bagi wanita Muslim dari tatapan pria yang tidak diinginkan. Pardah (hijab) adalah identitas seorang wanita Muslim Ahmadi dan menjaga identitas ini melindungi seorang wanita Muslim Ahmadi di tempat kerja.
Saya pribadi telah menemukan bahwa menjalankan pardah, memberi Anda rasa hormat dan kehormatan khusus di antara orang-orang yang bekerja dengan Anda. Saat bekerja di Pfizer, saya menemukan bahwa rekan kerja memperlakukan Anda dengan cara yang Anda tunjukkan kepada mereka. Mengamati pardah memberikan pesan kesopanan dan saya menemukan bahwa orang-orang dengan tingkat profesional tinggi menghormati Anda dan melihat Anda sebagai orang yang menjunjung tinggi agama. Di ruang pertemuan, mereka menjaga jarak dengan hormat dan tidak berjabat tangan yang sangat penting bagi martabat seorang wanita Muslim Ahmadi.
Khalifah Kelima dan Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba), mengatakan dalam pidatonya pada Ijtima (pertemuan) Tahunan ke-36 Lajna Imaillah (Sayap Organisasi Wanita Jemaat Muslim Ahmadiyah) Inggris pada tanggal 26 Oktober 2014, bahwa orang yang menjalankan purdah akan mendapat pahala yang besar dari Tuhan. Beliau mengatakan kata yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah ‘falaah’, yang memiliki banyak makna positif termasuk kemakmuran, kesuksesan, keselamatan, keamanan, kebahagiaan dan ketenangan.
Saya merasa hal ini sangat bermanfaat dalam penelitian ilmiah saya karena saya melihat bahwa tantangan dapat diatasi dengan mudah dan sering kali memberikan hasil yang sukses. Saya merasa jika kita melakukan pekerjaan kita dengan tetap mengedepankan pedoman Islam dan Ahmadiyah, maka Allah SWT akan melimpahkan berkah-Nya, dan Anda akan mencapai kesuksesan yang luar biasa.
MG: Pandangan yang luar biasa, Dr Nusrat. Anda juga sudah menikah dan dikaruniai empat orang anak. Bagaimana Anda berhasil menjaga keseimbangan antara waktu berkualitas bersama keluarga dan posisi senior dalam karier yang menantang?
Dr.N: Peran penting seorang Muslimah Ahmadi adalah tanggung jawabnya terhadap kehidupan keluarganya, yaitu pasangannya dan membesarkan anak-anak yang shaleh (muttaqi) untuk menciptakan masyarakat yang bertakwa. Islam telah memberikan kebebasan kepada perempuan Muslim untuk bekerja dalam profesi pilihan mereka, sekaligus memenuhi peran utama mereka. Saya merasa bahwa mengedepankan panduan ini dengan niat murni adalah inti dalam mengambil peran tambahan, seperti mencari pendidikan atau melakukan penelitian ilmiah. Hal ini juga memungkinkan Anda mempertimbangkan bakat individu Anda tentang bagaimana Anda dapat berkontribusi kepada masyarakat.
Meskipun saya mengambil bidang yang menantang, saya merencanakan setiap hari bersama keluarga dan anak-anak saya. Satu hal yang menurut saya berguna adalah memiliki jadwal yang konsisten dan teratur untuk anak-anak sejak dini. Hal ini memungkinkan saya untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama mereka dan juga mendidik mereka dalam agama.
Saya teringat saat saya sedang mengajar bacaan Al-Qur’an kepada putri sulung saya saat sedang menyelesaikan PhD. Saya memiliki porsi tertentu yang saya ingin dia selesaikan setiap hari dan saya mengatur hari kerja saya berdasarkan itu. Dengan anak-anak saya yang lain, hal ini menjadi sedikit lebih menantang dalam hal waktu; namun, menjaga fokus yang sama sangatlah penting.
Dukungan suami dan mertua sangat membantu saya dalam keseimbangan kehidupan kerja. Hidup mempunyai tantangan tersendiri, dan seorang perempuan Muslim Ahmadi harus mengatasinya. Namun, kesabaran, ketekunan, dan doa adalah yang terpenting di sini. Selalu ada upaya untuk mencapai keseimbangan seperti yang dikatakan Al-Qur’an:
“Apa pun kebaikan yang kamu kerjakan Allah pasti mengetahuinya.” [2]
MG: Anda juga Presiden Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi (AWSA). Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang qsosiasi ini?
Dr. N: Dua asosiasi ilmuwan Muslim Ahmadi Amerika Serikat adalah organisasi laki-laki, yaitu Asosiasi Ilmuwan Muslim Ahmadi, (AAMS-USA) dan organisasi perempuan, yaitu Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi (AWSA-USA). Atas instruksi dan bimbingan Yang Mulia (aba), Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi dibentuk pada tahun 2011 dan Dr. Shahnaz Butt adalah presiden pendiri asosiasi ini. Saya menjabat sebagai presiden asosiasi ini sejak Desember 2017.
AWSA diciptakan untuk mendorong dan mendukung Wanita Ahmadi untuk menjadi pemimpin di bidang spesialisasi ilmiah mereka dan menggunakan pengetahuan mereka untuk membantu Jemaat di bawah bimbingan Huzur (aba). Misi kami, seperti yang diberikan oleh Yang Mulia (aba) adalah memimpin zaman keemasan ilmu pengetahuan Islam berikutnya. [3]
Visi kami adalah untuk terlibat dalam penelitian ilmiah, dengan tetap memperhatikan Keesaan Tuhan. Melalui studi Al-Qur’an dan bimbingan Yang Mulia (aba). Aspirasi kami adalah untuk mendorong dan memupuk terobosan besar dan pencapaian ilmiah yang dipimpin oleh Ilmuwan Muslim Ahmadi. Untuk mencapai hal ini, fokus kami adalah menginspirasi perempuan Muslim Ahmadi dalam mengejar karir di bidang sains dan penelitian. Tujuan kami adalah mengikuti jejak Dr. Abdus Salam (fisikawan dan pemenang Hadiah Nobel, 1979) dan para cendekiawan dan peneliti Muslim terkemuka yang meninggalkan warisan pengetahuan yang kaya.
MG: Baru-baru ini Anda terlibat dalam Simposium Al-Qur’an dan Sains Seri 1: ‘Perlombaan Menuju Vaksin’. Menurut Anda, apakah para ilmuwan bisa mendapatkan manfaat dari membaca teks kuno ini (yang oleh umat Islam dianggap sebagai firman Tuhan) dari abad ke-6 Masehi?
Dr. N: Al-Qur’an adalah cahaya petunjuk yang merupakan harta karun untuk segala masa yang akan datang. Hal ini menarik perhatian semua orang beriman untuk berpikir, merenungkan dan merenungkan ciptaan Allah. Ayat-ayat Al-Qur’an berikut menarik perhatian kita terhadap sains:
“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran malam dan siang, sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring atas rusuk mereka, dan mereka merenungkan tentang penciptaan seluruh langit dan bumi seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.”” [4]
Al-Qur’an menawarkan bimbingan dan wawasan tentang berbagai bidang penelitian. Simposium Virtual Al-Qur’an dan Sains Amerika Serikat Seri 1: ‘Perlombaan Menuju Vaksin’ diluncurkan pada tanggal 27 Februari 2021, dan merupakan simposium virtual seri pertama dari tiga simposium virtual yang diselenggarakan bersama oleh AAMS (Asosiasi Ilmuwan Muslim Ahmadi) dan AWSA (Ahmadi Asosiasi Ilmuwan Wanita). Tujuan Seri 1 adalah untuk menginspirasi Muslim Ahmadi dengan ajaran Al-Qur’an tentang bagaimana inovasi ilmiah dan kolaborasi global oleh Pfizer menghasilkan terobosan vaksin COVID-19 dalam waktu singkat, dan untuk menarik perhatian mereka pada misi yang diberikan kepada kita oleh Yang Mulia (aba).
MG: Bagaimana Anda melihat kontribusi perempuan terhadap sains dalam waktu 10 tahun?
Dr. N: Perempuan kini berjumlah separuh angkatan kerja nasional, memperoleh lebih banyak gelar sarjana dan pascasarjana dibandingkan laki-laki, namun kesenjangan gender dalam sains masih jauh lebih besar dibandingkan profesi lain. Bukan berarti perempuan tidak diinginkan di bidang STEM, namun banyak kekuatan budaya yang masih menghalangi, termasuk anak perempuan yang diarahkan ke profesi lain sejak usia dini, bias gender di tempat kerja, serta tuntutan ilmu pengetahuan dan pengasuhan keluarga. Kekhawatiran penting lainnya adalah mempertahankan perempuan dalam bidang sains sehingga mereka mengambil peran senior di dunia akademis dan industri serta menjadi teladan bagi perempuan muda untuk mengejar karir di STEM.
Terdapat inisiatif yang kuat untuk membawa perempuan kembali ke bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengatasi beberapa kekuatan budaya ini dan memberikan perempuan pengaturan kerja yang benar-benar fleksibel. Sekarang semakin banyak negara di dunia yang sangat mendorong perempuan dalam bidang sains dengan membangun platform kolaborasi untuk mempromosikan perempuan muda di bidang STEM.
Penting untuk dicatat bahwa ini adalah waktu terbaik bagi perempuan Muslim Ahmadi untuk bangkit menjadi ilmuwan, karena Huzur (aba) mengarahkan perhatian kita terhadap sains. Kita harus bangkit menjadi kontributor inovasi ilmu pengetahuan sehingga 10 tahun ke depan akan menjadi saksi banyaknya ilmuwan Muslim Ahmadi yang berkontribusi terhadap kemajuan intelektual masyarakat.
MG: Terima kasih banyak Dr. Nusrat karena telah memberikan wawasan luar biasa tentang semangat Anda terhadap sains, keyakinan, dan pengembangan Vaksin COVID-19 Pfizer.
Catatan kaki:
[1] QS. Ali Imran 3:191
[2] QS. Al-Baqarah 2:198
[3] Ahmadi Muslim Researchers – Restoring Islam’s Golden Age Address by Hazrat Mirza Masroor Ahmad – Khalifatul Masih V(aba) at the AMRA Conference, 14 December 2019, Tilford, UK
[4] QS. Ali Imran 3:191-192
*Diterjemahkan dari artikel https://www.reviewofreligions.org/30080/reaching-for-the-stars-interview-with-senior-scientist-at-pfizer-dr-nusrat-sharif/
Visits: 43