
SANG MUBAYYIAH DAN MALAIKAT PENOLONGNYA
Saat ini aku diamanati tugas menjadi seorang pengurus Muslimah Ahmadiyah Cabang Tambun dengan tugas sebagai sekretaris Tarbiyat Mubayyiah Baru (TMB).
Hatiku terus terpaut pada kondisi para mubayyiah baru yang diamanatkan padaku. Kamis malam ketika semua sudah terlelap tidur kubuka telpon selulerku. Tiba-tiba ada sebuah pesan dari seorang MB.
Seorang gadis dari desa terpencil bertanya tentang kabarku. Aku mengenalnya hampir setahun yang lalu, waktu itu dia mengikuti kegiatan Kursus Pendidikan Agama (KPA) mengisi waktu liburan sekolah di Cabang Tambun.
Rupanya KPA begitu berkesan di hatinya sehingga dia memutuskan untuk bai’at masuk ke dalam Jemaat Islam Ahmadiyah hari itu juga. Sejak saat itu, kami pun semakin akrab menjalin persahabatan via telpon.
Jarak rumahnya lumayan jauh, sekitar 30 Km. Berada di desa terpencil. Namanya, Kampung Cibulus kecamatan Pabayuran. Inilah yang membuat kami jarang bertatap muka.
Aku pernah berkunjung ke rumahnya. Sepanjang perjalanan mataku di manjakan dengan pemandangan kali dan hamparan sawah yang hijau yang membentang.
Karlina nama gadis itu. Dia meminta waktuku untuk sekedar mendengarkan kegalauan hatinya. Kudengarkan keluh kesah dan kekhawatirannya.
Rupanya, Karlina tengah memikirkan masa depan pendidikannya. Ia takut tak bisa melanjutkan sekolah. Karlina mempunyai cita-cita ingin bersekolah menengah atas di sebuah pondok pesantren.
Tapi apa daya, keinginannya hanya sebatas mimpi belaka baginya. Jangankan untuk mendaftar sekolah, untuk beli seragam dan bukupun belum terlihat dananya.
Tujuan Karlina sederhana sebenarnya. Yakni, ingin mendekatkan diri kepada Allah dan belajar agama lebih dalam lagi. Tapi, sekolah di pondok rupanya hanya sebatas angan-angan.
Aku sempat kaget ketika Karlina memohon kepadaku untuk membantu mendaftarkannya sekolah dengan alasan tak mau menyusahkan orang tua. Pada akhirnya, dia ingin didaftarkan di sekolah negeri saja yang dekat dengan rumahnya, yang penting dia bisa sekolah.
Keadaan ekononi keluarga yang morat marit membuatnya bertambah sedih sampai-sampai tak tahu harus meminta tolong kepada siapa.
Hatiku begitu terenyuh membaca WA-nya. Karlina adalah sulung dari 3 bersaudara. Dia bermimpi ingin menggapai cita-cita yang tinggi menjadi seorang dokter. Dengan nada pesimis dia berkata , “Itu cita-cita saya bu … entahlah mungkin hanya sebatas cita-cita.”
Lalu aku memberinya semangat dan motivasi agar tetap optimis, “Kamu bisa menjadi seorang dokter. Teruslah bermimpi, raih cita-citamu. Apa pun kendalanya jangan pernah menyerah. Ingat Karlina, Allah Maha Kaya.”
Curhatan karlina mengingatkan pada masa laluku. Dulu aku pun begitu bersemangat ingin melanjutkan sekolah tapi apa daya karena keadaan orang tua aku harus mengubur dalam-dalam semangat dan cita-citaku.
Dalam kegalauan, aku terus berfikir bagaimana caranya bisa membantu Karlina?
Pagi harinya kucoba menghubungi Karlina lewat telepon. Dia kembali mengiba kepadaku untuk didaftarkan sekolah. Sambil menangis dia bercerita, “Bapa tidak mampu daftarin aku sekolah, seperak pun bapa gak pegang uang.”
Semenjak corona, bapaknya sudah tidak lagi bekerja. Beliau bekerja sebagai pengumpul barang bekas di daerah Pondok Gede berbatasan dengan Jakarta timur.
Semenjak covid-19 merebak banyak pintu-pintu perumahan yang ditutup. Setiap hari beliau hanya berkeliling tanpa mendapatkan barang bekas. Gerobaknya selalu kosong bahkan modal yang dipinjamkan bos lapaknya habis terpakai untuk membeli makan sehari-sehari selama disana hingga akhirnya beliau memutuskan untuk kembali pulang ke kampung.
Aku pun mulai mengirim surat ke Khalifah, memohon doa beliau agar diberi jalan keluar. Tak lupa juga, aku menulis surat kepada Sadr LI (Pimpinan Muslimah Ahmadiyah) Indonesia.
Dan yang tak ketinggalan, aku juga mengomunikasikannya dengan Ketua LI lokal, Mubaligh dan Ibu Ketua LI daerah.
Ibu Ketua LI daerah menganjurkan satu resep untuk menarik karunia Allah Ta’ala kepada Karlina diantara menulis surat kepada Khalifah setiap hari. Perbanyak membaca istighfar dan shalawat. Juga membaca doa-doa dalam rohani program. Mengupayakan untuk mendirikan shalat tahajjud juga shalat dhuha. Dan menggunakan waktu untuk berkhidmat di Jemaat.
Ibu Ketua LI daerah menyampaikan lagi, jika semua amalan ini dilakukan semata-mata untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala, juga untuk meraih karunia-Nya. Maka tunggulah saat keajaiban itu datang. InsyaAllah.
Aku tak berhenti sampai menasihatinya saja. Kuhubungi pula beberapa ibu akademisi di cabang kami yang memiliki interes besar pada pendidikan.
Aku meminta petunjuk untuk masa depan pendidikan Karlina ini. Donasi yang dititipkan seorang donatur padaku yang tadinya untuk covid kuminta izin untuk dialihkan menjadi biaya pendidikan Karlina. Donatur setuju.
Alhamdulillah, datang pula donasi dari seorang mahasiswa. Terkumpul Rp 700.000. Namun masih bingung, karena pendidikan Karlina ini akan berlangsung selama 3 tahun dimana iuran perbulannya Rp 800.000. Uang daftar Rp 4.000.000. Belum biaya kegiatan, dll.
Aku pun jadi semakin bingung untuk kelanjutannya akan seperti apa? Hingga fikiranku tertuju kepada sekolah milik seorang Ahmadi di daerah Tangerang, ya SMA Arif Rahman Hakim (ARH). Sekolah ini sebenarnya semi pondok. Karena ada kelas boardingnya.
Aku tahu, pemilik sekolah ini sangat dermawan. Untuk anak-anak Ahmadi yang tidak mampu keringanan yang diberikan. Tapi tentu bukan dibantu penuh.
Samapi di titik ini, aku masih belum menemukan jalan keluar untuk Karlina. Tapi aku tetap optimis, pasti ada jalan keluar yang Dia telah siapkan.
Dan benar saja. Allah menzahirkan kebesaran-Nya. Sebuah keajaiban termanifestasi dalam satu bentuk yang tak disangka-sangka. Doa Karlina dan orang-orang yang menaruh perhatian besar kepadanya dikabulkan-Nya.
Kemarin pagi. Sadr LI, Ibu Dr. Siti Aisyah Kamil M.pd menjadi penzahiran pengabulan doa Karlina dan banyak orang yang mencintainya. Aku tak mampu menahan keharuan ini. Titik-titik air mata tiba-tiba tumpah ruah membasahi pipi.
Begitu agungnya pertolongan Allah Ta’ala. Bagaimana sesuatu yang awalnya tidak mungkin, pada akhirnya menjadi mungkin jika itu Kehendak-Nya.
Tak terbayang bagaimana raut wajah Karlina saat itu. Mendapatkan sebuah kabar suka tentang keajaiban doa.
Hari itu, Karlina pasti yakin bahwa Tuhan ada dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya. Tuhan turunkan malaikat-malaikat-Nya sebagai jawaban atas doa dan harapannya.
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 109
Masya Allah.. MUBARAK bu Atin👍👍…kisah penggugah dan mengharukan😢
Mubarak bu Atin yg selalu perhatian dan semngat untuk membantu sesama. Sangat menginspirasi