Sikap Toleransi Diajarkan Sejak Zaman Rasulullah saw.

Hidup di negara Indonesia yang multikultural, tentu bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Sebagai warga dengan latar belakang yang memiliki keberagaman agama dan keyakinan, ras, suku, dan kebudayaan tentu membutuhkan pemahaman yang matang, kesabaran, dan sikap toleransi yang tinggi.

Penting sekali untuk mengedepankan nilai-nilai yang dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan. Namun sangat disayangkan tidak semua warganya paham mengenai toleransi dan keberagaman. Tak jarang kita banyak menemui kejadian secara langsung maupun melalui media yang memberitakan tentang kasus-kasus intoleransi.

Melansir dari berbagai sumber yang memantau kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia, kasus intoleransi paling sering terjadi terkait dengan isu agama. Hal ini bisa muncul dalam berbagai bentuk seperti diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu, pelarangan atau gangguan terhadap praktik ibadah, penolakan pendirian rumah ibadah serta ujaran kebencian dan kekerasan berbasis agama.

Di satu sisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia dilindungi oleh negara. Prinsip ini diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang mendasari hak-hak dasar warga negara terkait kebebasan beragama.

Salah satunya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, Pasal 29 Ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”

Kita merasa malu jika pelaku intoleransi itu individu atau kelompok yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim. Sikap intoleransi tidak pernah dibenarkan dalam ajaran Islam. Perlu kita ketahui bersama bahwa sikap toleransi sudah diajarkan sejak zaman Rasulullah saw. Berikut salah satu kisah Rasulullah saw. yang mengajarkan umatnya untuk bersikap toleransi terhadap berbagai golongan, agama dan suku.

Rasulullah saw. tinggal di lingkungan yang terdiri dari berbagai macam orang, termasuk tetangga yang berasal dari kalangan Yahudi. Salah satu dari tetangga ini sangat tidak menyukai Rasulullah saw., dia sering kali berusaha mengganggunya. Setiap hari tetangga Yahudi tersebut meletakkan kotoran, duri dan sampah di depan rumah Rasulullah saw. Hanya satu harapannya, dia ingin membuat beliau marah atau jengkel.

Namun, Rasulullah saw. tidak pernah menunjukkan kemarahan atau kebencian. Beliau justru selalu menyikapi gangguan itu dengan sabar lalu membersihkan sampah tersebut tanpa mengeluh atau membalas perbuatan tetangganya. Rasulullah saw. tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, tetapi selalu memilih jalan kebaikan dan memaafkan.

Suatu hari, gangguan itu tiba-tiba berhenti. Rasulullah saw. merasa ada yang aneh, karena tidak ada lagi sampah atau kotoran yang biasanya ditemui di depan rumahnya. Beliau kemudian bertanya kepada para sahabat tentang kabar tetangganya tersebut. Para sahabat memberitahunya bahwa tetangga Yahudi itu sedang sakit.

Mengetahui hal ini Rasulullah saw. segera pergi menjenguk tetangganya. Ketika beliau tiba di rumahnya, tetangga tersebut terkejut dan merasa malu karena telah mengganggu Rasulullah saw. selama ini. Melihat akhlak mulia dan sikap kasih sayang yang ditunjukkan Rasulullah saw. tetangga itu merasa sangat terharu. Pada akhirnya, tetangga Yahudi tersebut menyadari kebaikan hati Rasulullah saw. dan memutuskan untuk memeluk Islam.

Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bersikap sabar, pemaaf dan toleran terhadap orang lain, bahkan kepada mereka yang berbuat buruk. Rasulullah saw., menunjukkan bahwa balasan terbaik terhadap keburukan adalah dengan kebaikan dan bahwa sikap kasih sayang bisa melunakkan hati yang keras.

Ini juga menjadi contoh nyata bagaimana seorang Muslim seharusnya memperlakukan orang lain, termasuk mereka yang berbeda keyakinan atau yang mungkin tidak menyukainya. Salah satu ayat yang menggambarkan betapa besar perhatian dan kasih sayang Rasulullah saw. terhadap semua umat di muka bumi tanpa memandang perbedaan yaitu, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari antaramu; berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat mendambakan kesejahteraan bagimu dan terutama terhadap orang-orang mukmin dia sangat penyantun dan penyayang.”[*]

Semoga kita dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sikap yang dicontohkan Rasulullah saw. tersebut yang mengajarkan bahwa mengedepankan kasih sayang, pengampunan, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat membawa perubahan positif dalam hubungan antarmanusia.

Referensi:
[*] QS. At-Taubah 9: 128

Visits: 37

Liana S. Syam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *