Surga Rumah Tangga Berada di Bawah Naungan ULEKAN

Wanita zaman sekarang banyak yang tidak merasakan bahwa antara mereka dengan “ulekan” telah ditentukan sebuah takdir. Kita perlu memakluminya. Sebab, kebanyakan wanita akhir zaman lebih memilih sibuk mengurusi kariernya. Yah, karier di dunia pendidikan juga di dunia kerja.

Iya dong. Sekolah yang tinggi, biar bisa dapat kerja enak. Bisa punya salary yang cukup untuk bisa hunting makanan aneh, fashion, dan teknologi tentunya. 

Sepertinya langka banget, kalau ditemukan seorang wanita yang sekolah tinggi-tinggi, dapat kerja enak, penghasilannya habis buat beli panci, penggorengan, aneka jenis pisau, talenan, apalagi ulekan.

Situasi lah yang membentuk preferensi wanita zaman sekarang. Coda lihat, di akun-akun media sosial mereka, isinya foto-foto hasil blusukan. Dapat info dari tetangga sebelah, “Di jalan anu ada kuliner enak jeung.” 

Apalagi, di era “youtuber” begini, konten-konten hunting kuliner-kuliner aneh dan legend seperti kacang goreng. Ada dimana-mana dan laku keras. Seolah, manusia diciptakan hanya untuk makan dan makan.

Kini. Makanan rumah menjadi sesuatu yang asing. Ia seperti “kue apem” yang sudah ditinggalkan. Dari namanya aja kuno banget. Kalau mau tetap bersaing dengan kuliner-kuliner baru yang sebenarnya cuma menang di “tagline”, kue apem harus introspeksi diri, bahwa ia kuno, ia sudah gak relevan di hadapan “era digital” yang dikit-dikit cekrek..cekrek-nya kaum hawa akhir zaman.

Makanan emak, yang terbukti sehat, bergizi, dan dibuat dengan citarasa cinta paling tinggi, harus tunduk di bawah bayang-bayang akang-akang kece “baso aci mantan”. 

Kata salah seorang pelanggan setia, “Duuh.. baso aci ini aku banget sih. Makan disini rasanya pengen balikan lagi sama mantan.” 

Dan emak cuma bisa pasrah. Biarlah waktu yang menyadarkannya.

Dan doa emak emang makbul. Waktu lah yang mempertemukan para wanita akhir zaman dengan takdir mereka. Takdir yang telah ditetapkan dulu, jauh sebelum ditemukannya konsep kehilangan. 

Takdir tersebut tertulis, “Sebaik-baiknya wanita adalah mereka yang dapat memainkan ulekan, lalu darinya lahir sejenis sambal.”

Emak benar. Pendidikan setinggi apapun, takkan pernah siap kalau itu menyangkut urusan dapur. Sebab, di bangku kuliah, ulekan hampir mustahil masuk sebagai salah satu alat peraga.

Saat pacaran, mungkin, para wanita bisa bersembunyi di balik manisnya rayuan akang-akang kece pinggir jalan. Saat menikah, tidak ada tempat persembunyian yang paling aman selain di balik ulekan.

Sebab, tak mungkin kita menghabiskan waktu berumah tangga untuk mengunyah nasi padang atau nasi rames tiap hari bukan? Tak mungkin juga, makanan pokok kita berubah jadi baso aci atau batagor.

Allah sediakan pasar bukan cuma untuk mereka yang jualan. Dibuatnya pasar agar setiap kita bisa berkreasi untuk mengolah sesuatu yang bisa dimakan. Dan kreasi itulah yang menyehatkan rumah tangga kita.

Wahai gadis-gadis muda akhir zaman. Ingatlah bahwa emak adalah sebaik-baiknya guru menghadapi bahtera rumah tangga. Tarian tangan emak di atas ulekan adalah pelajaran berharga yang kamu akan hadapi nanti. Dan itu nyata. Lebih nyata dari bayang-bayang masa lalu.

Curilah resep-resep klasik emak. Yang resep-resep itu sudah mengerak di kepalanya. Bahkan tanpa dia membuka cookpad atau tuturial masak di youtube sekalipun, emak sudah hafal di luar kepala.

Dan ingatlah, rumah tangga seringkali tak mengenal tradisi “kekinian” di dalamnya. Pada akhirnya, yang menyelamatkanmu nanti adalah sayur asem, sayur sop, sayur bening, opor ayam, semur jengkol, yang biasa kamu temukan di warteg bahari pinggir jalan.

Untuk itu, mulai lah bersahabat baik dengan ulekan emak. Sebab, ia yang akan menjadi “syafa’at”-mu kelak menjalani kehidupan berumah tangga.

Visits: 34

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

6 thoughts on “Surga Rumah Tangga Berada di Bawah Naungan ULEKAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *