Toleransi dan Kasih Sayang Stempel Umat Islam
Di zaman ini, kita semua menyadari bahwa pada umumnya Islam menerima perhatian negatif dari media. Penyebab utama peliputan yang buruk adalah ekstremis yang menyebut diri mereka Muslim menjadi radikal dalam beragama dan bertindak sangat tercela, seraya membenarkan tindakan penuh kebencian mereka atas nama Islam. Akibatnya banyak non-Muslim yang keberatan dan takut terhadap Islam.
Bahkan semakin hari, orang-orang telah menganggap bahwa Islam merupakan ancaman bagi masyarakat karena mengajarkan ekstremisme dan kekerasan. Padahal hal ini sungguh sangat berbeda dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Ajaran Islam adalah ajaran yang perdamaian, cinta, kerukunan, dan persaudaraan. Bahkan, arti harfiah dari kata ‘Islam’ adalah ‘damai’. Ketika nama dan pondasi Islam adalah perdamaian, maka mustahil bagi agama ini untuk mengajarkan atau mengizinkan hal-hal yang merusak kedamaian serta ketenangan masyarakat.
KH. Ahmad Dahlan menyampaikan bahwa, “Kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam.” Hakikatnya dua karakter ini menjadi pondasi bagi seorang Muslim yang seharusnya dijadikan landasan dan jati diri yang tak tergantikan.
Islam merupakan agama yang penuh kasih, hal ini juga dapat terlihat dari sifat Allah dengan sebutan Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Pesan ini menegaskan bahwa Allah ingin agar setiap Muslim mengamalkan kasih sayang sebagai landasan mereka.
Ciri khas seorang Islam juga terlihat dari toleransi. Dalam Al-Qur’an telah ditegaskan dalam surah Al-Kafirun ayat 7, “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” Ayat ini bukan hanya menunjukkan sikap saling menghargai antarumat Islam dan umat agama lain, tetapi menegaskan bahwa perbedaan adalah bagian dari takdir Ilahi yang harus diterima dengan penuh rasa hormat.
Nabi kita, Hadhrat Rasulullah Muhammad saw. memberikan beberapa contoh perilaku kasih sayang dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada sebuah kesempatan, Nabi Muhammad saw. yang sedang duduk segera berdiri sebagai tanda penghormatan ketika beliau melihat ada prosesi pemakaman. Setelah itu, salah seorang sahabat mengatakan bahwa jenazah itu adalah orang Yahudi, bukan seorang Muslim. Mendengar ini, Nabi Muhammad saw. bersabda, ‘Apakah dia bukan manusia?’
Hal ini telah mencerminkan kecintaan yang dalam dalam hati Rasulullah saw. untuk semua umat manusia. Ini juga menunjukkan bagaimana beliau memberikan teladan kepada pengikutnya untuk memperlakukan orang-orang dari semua agama dan keyakinan dengan kasih sayang dan menghormati perasaan dan keperluan mereka. Melalui sikap mulia dan murah hati ini, Rasulullah saw. telah memberikan contoh toleransi, kebebasan beragama, dan beribadah kepada semua orang.
Suatu ketika, delegasi Kristen dari kota Najran datang menemui Rasulullah saw. di Madinah. Selang beberapa waktu, orang-orang Kristen mulai gelisah dan Nabi saw. bertanya apakah ada sesuatu yang salah. Orang-orang Kristen memberi tahu bahwa waktu sudah tiba bagi mereka untuk ibadah kebaktian mereka. Setelah itu, Nabi saw. mempersilakan orang-orang Kristen untuk beribadah di masjid beliau sendiri di Madinah, sesuai dengan tata cara dan kebiasaan mereka. [*]
Semoga akhlak damai dan kebaikan dari Nabi Muhammad saw., yang merupakan manifestasi sempurna ajaran Al-Qur’an, nampak kepada semua umat manusia. Kita diberikan kemampuan untuk memainkan peran kita masing-masing dalam mengakhiri konflik yang telah melanda dunia dan menghapus segala bentuk ketidakadilan dan intoleransi. Menyampaikan Islam dengan cinta kasih, kelembutan dan kedamaian.
Referensi:
[*] https://ahmadiyah.id/toleransi-beragama-dan-kebebasan-dalam-islam.html?amp
Visits: 26
Lanjutkan