PANDEMI: MUQADIMAH YANG INDAH BAGI RAMADHAN

Akhir-akhir ini kita menjadi begitu akrab dengan ‘menahan diri’ dan ‘menjauhkan diri’ dari sesuatu untuk kebaikan diri kita sendiri. Sesuatu yang sebetulnya dalam kondisi biasa diperbolehkan dan sah-sah saja untuk dilakukan, di tengah pandemi ini harus kita tinggalkan demi keselamatan diri kita sendiri dan juga orang lain.

Kondisi seperti ini seolah menjadi suatu training bagi kita sebagai umat Islam untuk memasuki bulan Ramadhan ini. Sungguh ini sebuah hikmah Tuhan yang begitu menakjubkan.

Sejatinya apa yang tengah kita jalankan di masa pandemi ini, semangat dan falsafah itu jugalah yang diusung oleh Ramadhan.

Apa sebetulnya tujuan dari puasa? Sederhana saja, di bulan ini kita diajarkan untuk rela meninggalkan segala sesuatu demi meraih keridhoan Allah Ta’ala. Makan minum adalah hak kita. Demikian pula hubungan suami istri juga adalah hak kita, namun di bulan Ramadhan ini kita dituntut untuk menahannya demi meraih keridhoan-Nya dan demi kebaikan bagi diri kita sendiri.

Sekedar meninggalkan yang bukan hak kita bukanlah standar kebaikan bagi seorang mukmin, itu adalah hal yang sepele. Yang dituntut dari seorang mukmin yang sejati adalah, ia harus rela meninggalkan sesuatu yang sebenarnya adalah haknya demi Allah Ta’ala, demi kebaikan dirinya sendiri serta orang banyak. Sungguh semangat yang diusung oleh Ramadhan ini begitu similiar dengan apa yang kita alami di tengah wabah pandemi ini. Kita hanya perlu menambahkan “makanan” dan “minuman” dalam list yang harus kita hindari dan tinggalkan.

Jika kita sadar akan hal ini, maka tentunya tidak akan ada lagi kesedihan karena tidak bisa tarawihan bersama di musholla. Kita tidak akan kecewa karena tidak bisa melaksanakan shalat ied. Begitu juga dengan berkunjung ke rumah sanak saudara dan mudik ke kampung halaman yang untuk tahun ini hampir pasti akan kita lewatkan.

Pandemi ini juga telah melatih tanggung jawab para kepala keluarga untuk menjadi imam yang sesungguhnya bagi keluarganya. Imam dalam arti letterlijk. Ia harus menambah hafalan supaya tidak keteteran kala memimpin tarawehan di rumahnya. Ia harus menyiapkan materi khutbah Jum’at, padahal sebelumnya hanya tinggal duduk manis mendengarkan sambil sesekali ngantuk-ngantukkan. Ia harus memperbaiki bacaan Al-Quran-nya untuk memimpin daras Al-Quran di keluarganya. Kini ia dituntut menjadi pimpinan proyek keluarga, proyeknya adalah membangun mesjid di rumahnya sendiri.

Sungguh pandemi ini menjadi muqadimah yang indah bagi Ramadhan. Pandemi ini telah menciptakan suasana yang tepat bagi kita untuk memasuki bulan suci ini. Ia telah menciptakan keperihan yang justru diperlukan untuk kekhusyuan dalam beribadah. Virus ini telah membuat manusia entah secara sadar atau karena keseleo lidah menjadi begitu sering mengucapkan kata “Tuhan”, “mukjizat” dan “doa”, yang sebelumnya telah banyak manusia lupakan.

Kita melihat bagaimana wabah ini juga telah meruntuhkan kesombongan manusia akan pengetahuannya dan terpaksa mengakui ketidakberdayaannya. Yang tadinya manusia selalu bangga dengan pencapaiannya di bidang sains, kini terpaksa mengakui bahwa mereka begitu tidak berdaya di hadapan “musuh yang tidak terlihat” ini. Mereka dibuat sadar bahwa selain melakukan upaya nyata, mereka juga membutuhkan faktor x yang bisa didapatkan melalui doa, dan sebetulnya ini lah yang paling utama. Doa lah yang akan membukakan sarana-sarana yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Para pemimpin dunia dan para scientist berulangkali mengatakan di layar televisi bahwa, kami tidak berdaya berhadapan dengan “musuh yang tidak terlihat” ini. Sungguh kesadaran manusia telah sampai pada tahap ini. Namun manusia masih harus juga disadarkan bahwa selama ini mereka juga telah lupa bahwa selain “musuh yang tidak terlihat” ada juga “teman yang tidak terlihat” yang selama ini telah mereka lupakan.

Kita sebagai Muslim yang merupakan pengikut dari suatu agama yang mendeklarasikan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan Yang Hidup, Yang Maha Mendengar dan Maha Pengabul doa, harus menjadi contoh bagi umat manusia lainnya. Kita mesti memperluas cakupan doa kita, bukan hanya berdoa untuk keselamatan diri sendiri dan keluarga, melainkan berdoalah juga untuk keselamatan para pekerja medis yang sedang berjuang di garda terdepan menghadapi virus corona, doakanlah warga dunia, semoga Allah Ta’ala mencurahkan kasih sayang-Nya kepada dunia dan semoga Dia segera mengakhiri wabah ini dari muka bumi.

Sejatinya ini lah pengkhidmatan terbesar kita kepada kemanusiaan di saat ini. Dan tidak ada momen yang lebih tepat bagi kita untuk memperbanyak doa selain di bulan Ramadhan ini, bulan di mana pintu menuju kedekatan kepada-Nya dibukakan selebar-lebarnya.

Visits: 41

Penulis | Website

Faith fighter
Moslem/Interpreter/Interisti/Coffee Lover

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *